"Daya hidupnya lebih tinggi, karena airnya cukup. Selain itu lebih hemat tenaga kerja karena pupuk sudah dilarutkan," ujarnya.
Ditambahkan Subiyanto, tanaman timun di lahan konvensional atau tanpa teknologi irigasi tetes keadaannya memprihatinkan. Pasalnya banyak biji yang tidak tumbuh dan harus disulami.
Padahal ia sudah melakukan pemeliharaan secara optimal dengan melakukan penyiraman secara manual setiap pagi dan sore hari.
Plt Kepala Dinas Pertanian Sleman, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono, menyatakan keyakinannya bahwa di masa yang akan datang, dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan pangan, petani merupakan profesi yang menjanjikan kesejahteraan.
Baca Juga:Gemati, Solusi Cerdas Pemkab Sleman Atasi Deflasi Sayuran
Dia menegaskan Pemkab Sleman selalu berkomitmen untuk menumbuhkan petani milenial yang memiliki kemampuan teknologi dan adaptif. Terhadap tantangan pertanian seperti dampak perubahan iklim, alih fungsi lahan, menurunnya produktifitas, sulitnya pemasaran, sedikitnya tenaga kerja.
"Petani yang mau belajar dan menerapkan teknologi, akan bisa mengefisienkan biaya serta meraih keuntungan usaha," kata Suparmono.