SuaraJogja.id - Momen Hari Raya Idul Fitri menjadi yang paling ditunggu oleh sebagian banyak orang setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh.
Silaturahmi dengan sanak saudara menjadi tradisi yang tak bisa dilepaskan dari keluarga Indonesia.
Kesempatan bertemu keluarga besar yang berasal dari berbagai daerah dalam satu tempat pada momen Lebaran menjadi aktivitas yang menyenangkan. Termasuk untuk sekaligus mempererat tali silaturahmi yang lama dibiarkan.
Namun kadang di tengah suasana hangat tersebut, sering kali muncul pertanyaan basa-basi yang dianggap sebagai bentuk kepedulian.
Baca Juga:Lebaran 2025: Jogja Kehilangan Tradisi Open House Bersama Sultan HB X, Ini Penyebabnya
Namun bagi sebagian orang justru menimbulkan rasa ketidaknyamanan.
Pertanyaan seperti pencapaian pendidikan ataupun karier, kehidupan pribadi hingga soal perubahan fisik sering kali menjadi bahan perbincangan yang tidak dapat dihindarkan.
Bagi sebagian orang, pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin terasa wajar. Namun, bagi yang lain, hal itu bisa menambah beban pikiran.
Lantas bagaimana respons yang bijak untuk menanggapi basa-basi itu?
Psikolog Career and Student Development Unit (CSDU) FEB UGM, Anisa Yuliandri menuturkan berdasarkan teori Cognitive Appraisal dari Lazarus dan Folkman, stres merupakan respons otomatis terhadap suatu situasi.
Baca Juga:Sleman Siap Sambut Pemudik, Perbaikan Jalan Dikebut jelang Lebaran 2025
Hal itu juga bergantung pada bagaimana individu menilai peristiwa tersebut sebagai ancaman, tekanan, atau sesuatu yang netral.