Wacana Buku Cetak di Sekolah Rakyat Jadi Penyelamat, Industri Percetakan Dapat Angin Segar

Percetakan di Indonesia masih terus berkembang, baik buku-buku pelajaran termasuk buku bacaan.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 21 Mei 2025 | 20:24 WIB
Wacana Buku Cetak di Sekolah Rakyat Jadi Penyelamat, Industri Percetakan Dapat Angin Segar
Jogja Printing Expo 2025 yang digelar di Jogja Expo Center (JEC), Rabu (21/5/2025). [Hiskia/Suarajogja]

SuaraJogja.id - Industri percetakan mendorong wacana penggunaan kembali buku cetak dalam dunia pendidikan.

Terutama pada program terbaru pemerintah yakni Sekolah Rakyat.

Ketua Umum Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI), Ahmad Mughira Nurhani, menilai hal ini akan menjadi angin segar bagi sektor grafika nasional yang sempat tertekan akibat digitalisasi.

"Jadi, kami mendukung dengan apa yang diinginkan oleh Menteri Pendidikan, yaitu kembali kepada buku cetak untuk anak SD sampai SMA. Karena memang juga di negara-negara luar, juga negara maju juga sekarang sudah kembali ke buku cetak. Finlandia, Amerika, Jepang, segala semua," kata Ahmad ditemui saat Jogja Printing Expo (JPE) di JEC, Rabu (21/5/2025).

Baca Juga:Dari Gudeg hingga Inovasi, Yogyakarta Gelar Pameran Makanan Minuman Bertaraf Internasional

Menurut Ahmad, anak-anak usia sekolah dasar hingga menengah tidak seharusnya terus-menerus terpapar layar gawai.

Diperlukan untuk membangun kembali membaca dan bahkan menulis.

"Jangan lagi anak-anak SD kita suruh lihat buku dari handphone atau dari tablet," tegasnya.

Dia menyebut kebiasaan itu tidak sehat dan berdampak pada perkembangan kognitif maupun kesehatan mata.

Selain itu, wacana itu sesuai dengan amanat Undang-Undang Sistem Perbukuan Nasional, pemerintah wajib menyediakan buku pelajaran bagi semua siswa.

Baca Juga:Sekolah Rakyat: Solusi Pendidikan untuk Kaum Miskin Ekstrem? Wamen Tinjau Langsung Tamansiswa

Harapan itu juga Ahmad tujukan pada program Sekolah Rakyat. Dia berharap salah satu program prioritas pemerintah di bidang pendidikan itu dapat menjadi stimulus permintaan buku cetak.

"Harusnya stimulus. Jangan lagi pakai handphone ngelihatnya. Kasian yang anak-anak sekarang pakai kacamata gara-gara 24 jam ngelihat handphone. Matanya kan, kasian gitu," tuturnya.

"Ya, buku cetak, buku cetak maupun buku tulis. Buku tulis juga pengaruh," imbuhnya.

Media Cetak Turun tapi Kemasan Naik

Ahmad mengakui saat ini tren produksi di industri percetakan telah bergeser.

Potret hasil percetakan salah satu mesin cetak yang digelar di pameran percetakan, JEC, DIY, Rabu (21/5/2025). [Hiskia/Suarajogja]
Potret hasil percetakan salah satu mesin cetak yang digelar di pameran percetakan, JEC, DIY, Rabu (21/5/2025). [Hiskia/Suarajogja]

Media cetak seperti majalah yang menurun drastis namun kebutuhan kemasan yang justru meningkat drastis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak