- Angka stunting Sleman turun jadi 4,29% pada 2025 dari 4,41% di 2024 menurut data EPPGBM Dinkes.
- Asupan gizi kurang seimbang pada remaja putri dan ibu hamil masih jadi penyebab utama stunting.
- Dinkes gencarkan GASBRO cegah paparan asap rokok, sebab 66,5% kasus stunting terkait perilaku merokok.
SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman mencatat penurunan angka stunting di wilayahnya.
Angka stunting di Kabupaten Sleman terus menurun dalam dua tahun terakhir. Berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), prevalensi stunting pada 2025 tercatat 4,29 persen, turun dari 4,41 persen pada 2024.
"Jadi stunting di Kabupaten Sleman yang saat ini menggunakan EPPGBM angkanya prevalensi stunting di Kabupaten Sleman tahun 2025 adalah 4,29 persen atau 4,2 persen, ini turun dari tahun 2024 yang angkanya 4,41 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Cahya Purnama, Sabtu (1/11/2025).
Kendati angka stunting mulai menurun, Cahya mengingatkan masyarakat untuk tidak lengah. Pasalnya masih ada sejumlah faktor penentu yang harus diwaspadai.
Baca Juga:Dukung Mahasiswa Belajar ke Luar Negeri, EHEF 2025 Buka Peluang Kuliah di Eropa
Ia menyebut asupan gizi yang tidak adekuat menjadi penyebab utama stunting di Bumi Sembada. Pola makan yang kurang seimbang, terutama pada remaja putri dan ibu hamil, masih sering dijumpai.
"Asupan yang inadekuat itu adalah makanan yang dimakan oleh anak atau oleh ibu hamil atau oleh remaja putri ini yang kurang adekuat karena mungkin pola asuhnya yang tidak betul," tuturnya.
Cahya menekankan pentingnya pemenuhan gizi sejak sebelum hamil. Tujuannya agar anak tidak lahir dengan kondisi stunting.
Selain gizi, kebiasaan merokok di dalam rumah juga menjadi ancaman serius. Menurut data Dinkes Sleman, perilaku ini berkontribusi terhadap 66,5 persen kasus stunting di Sleman.
"Kemudian yang kedua adalah adanya anggota keluarga yang merokok. Ini masih menjadi masalah, ini pengaruhnya 66,5 persen untuk stunting yang di Sleman," ungkapnya.
Baca Juga:Yogyakarta Siaga Bencana, Cuaca Ekstrem Mengintai, BPBD Siapkan Langkah Darurat
Cahya menjelaskan bahwa paparan asap rokok dapat menempel di sofa atau pakaian. Ketika kemudian dihirup oleh bayi itu yang dapat berbahaya.
"Kalau ada orang tua yang merokok di sofa, ada partikel-partikel rokok yang menempel. Kalau kita letakkan bayi, dia akan menghirup, begitu terhirup itu paru-parunya akan ada kelainan semacam sumbatan," ucapnya.
"Nah ini yang menyebabkan bayi sering sakit, bayi sering ke rumah sakit, sering ke puskesmas, semua ini dipastikan nanti juga rawan stunting. Kalau dia sering sakit makan sebanyak apapun akan terganggu," imbuhnya.
Dinkes Sleman kini memperkuat Gerakan Keluarga Sehat Bebas Asap Rokok (GASBRO) untuk menekan paparan rokok di rumah tangga. Selain itu, pemerintah daerah turut menyiapkan fasilitas merokok di ruang publik.
"Khusus untuk merokok kita punya GASBRO, nah ini kita tingkatkan terus. Supaya ya, merokok boleh tapi di luar rumah," tandasnya.
Menurutnya, penurunan prevalensi stunting di Sleman memang menggembirakan. Namun tantangan ke depan justru terletak pada perubahan perilaku keluarga.