SuaraJogja.id - Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Assiddiqie mengatakan meski putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal sengketa pemilu sudah dibacakan. Namun dinamika politik tidak akan selesai begitu saja, tanpa ada rekonsiliasi dari kedua kubu yang berseberangan.
Mantan ketua MK tersebut menambahkan rekonsiliasi harus dilakukan untuk menenangkan massa pemilih kedua kubu. Rekonsiliasi itu nanti harus berjalan secara alami. Sebab, secara hukum sudah selesai dengan putusan MK.
"Akan tetapi dinamika politik sudah tidak serta merta selesai begitu saja. Dinamika politik harus dirawat lima tahun," kata Jimly Sabtu (29/6/2019).
Jimly menambahkan yang terpenting para tokoh bangsa dan tokoh agama, mengurangi ujaran kebencian dan mengurangi statemen statemen yang saling menghujat, dan saling 'ngenyek' (mencibir).
Lantaran Kubu yang menang maupun kalah itu sama banyaknya. Dari 178 juta orang pemilih, pihak yang menang meraup suara sekitar 85 juta orang, dan yang kalah sekitar 78 juta itu.
"Suara itu banyak sekali, 78 juta orang ingin ganti presiden itu banyak sekali. Kalau 10 persen saja emosional bahaya, 7 juta orang loh. jadi kita harus sadar itu,"tegasnya.
Menurut Jimly, komunikasi publik memang harus diperbaiki. Yang menang tambah Jimly jangan mencibir yang kalah begitu pula sebaliknya.
"Yang menang tanpa ngasorake dan kalah juga jangan mencibir. Itu penting supaya para pemimpin kita melakukan hal tersebut. Oke, MK sudah selesai move on tapi komunikasi publik harus diperbaiki,"tambahnya.
Selain itu tambahnya, demo di media sosial (medsos) jangan lagi dilakukan supaya demo di jalanan juga tidak dilaksanakan. Sehinggaa demo di darat maupun demo di udara tidak diperlukan lagi.
Baca Juga: Jimly ke Milenial: Hidup Kita Kompleks, Jangan Terpaku Satu Idola
"Gitu loh itu dikurangi dan kita juga kalau ada statement yang 'nganu' jangan baper perasaannya. Namanya kadang-kadang anak muda di Twitter ndak usah ndak usah dibaca, ndak usah ditanggapi gitu loh,"tutupnya.
Kontributor : Rahmad Ali
Berita Terkait
-
Pasca Putusan MK, Agum Gumelar Ajak Purnawirawan Kembali Bersatu
-
Mahfud MD: BPN Sudah Bubar, Jangan Lagi Ada Ribut-ribut Politik
-
Prabowo Disebut Memalukan hingga Wanita Salting, Ini 5 Berita Heboh Kemarin
-
MK Tolak Gugatan Prabowo-Sandi, Mantan Tandem Jokowi Larang Konvoi di Solo
-
Menang Pilpres, Jokowi Dapat 3 Tugas Penting dari Pakar Hukum Tata Negara
Terpopuler
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- 15 Titik Demo di Makassar Hari Ini: Tuntut Ganti Presiden, Korupsi CSR BI, Hingga Lingkungan
- Liga Inggris Seret Nenek ke Meja Hukum: Kisah Warung Kopi & Denda Ratusan Juta yang Janggal
- 3 Negara yang Bisa Gantikan Kuwait untuk Jadi Lawan Timnas Indonesia di FIFA Matchday
- Deretan Kontroversi yang Diduga Jadi Alasan Pratama Arhan Ceraikan Azizah Salsha
Pilihan
-
Danantara Gaet Perusahaan China Garap Proyek Smelter Nikel Milik INCO Senilai Rp23 Triliun
-
Batal Lawan Kuwait! Timnas Indonesia Akhirnya Temukan Lawan Baru
-
Rupiah Terjun Bebas ke Rp16.368, Paling Merana di Asia Hari Ini
-
Pukulan Telak Honda di Pasar Otomotif Indonesia, Penjualan Anjlok dan Dealer Berguguran
-
Download Video TikTok Favoritmu Tanpa Logo dengan Snaptik Gratis!
Terkini
-
Seni Bertemu Data: Pameran 'Life Behind Data' Ungkap Fakta Mengejutkan tentang Indonesia di Jogja
-
Ratusan Siswa SMPN 3 Berbah Keracunan Massal Usai Santap Makanan Bergizi Gratis
-
Jogja Bangun Website Terpadu: RT/RW Terlibat, Data Makro & Mikro Jadi Satu
-
Trans Jogja Terancam! Subsidi Dipangkas, Layanan Bisa Berkurang?
-
Otak Pembunuhan Kacab Bank BUMN merupakan Mahasiswa UGM, Kampus Nonaktifkan Status Dwi Hartono