SuaraJogja.id - Wajah Wiwik, Ngatini dan Sukamti nampak tegang sekaligus antusias di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul, Sabtu (17/8/2019) pagi.
Mengenakan kaos biru bertuliskan "Pejuang Lingkungan" dan caping, tiga pemulung paruh baya itu bersiap menjadi pengibar bendera dalam upacara peringatan HUT ke 74 RI di tengah area gunungan sampah.
Sembari membawa bendera Sang Saka Merah Putih, mulut mereka menghapal langkah yang baru tiga kali mereka pelajari. Saat suara pembawa acara memanggil petugas bendera, mereka bergegas untuk berbaris dengan sigap.
Di depan tiang bendera yang terbuat dari bambu panjang, ketiganya sempat gugup saat harus mengikat bendera ke tali tambang di tiang bendera. Bilamana tidak, tiga ratusan pemulung, warga dan polisi yang menjadi pemandu mereka selama beberapa hari ini berharap mereka bisa mengibarkan Merah Putih dengan benar.
Namun saat lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dikumandangkan, rasa grogi mereka langsung hilang tergantikan percaya diri membawa Merah Putih sampai ke puncak. Ketiganya pun lega saat upacara selesai meski sempat salah langkah saat balik kanan
"Deg-degan sekali, belum pernah jadi petugas (upacara) selama ini. Mimpi saja tidak pernah," kata Wiwik bersemangat.
Sukamti menimpali, buat mereka pengalaman tersebut sangatlah berharga. Sebagai pemulung, keseharian tak jauh dari memungut dan memilah sampah untuk bisa bertahan hidup.
Kadangkala mereka tidak bisa berbuat lebih untuk menunjukkan cinta mereka pada bumi Indonesia yang sudah memberi mereka rejeki sekalipun dari sampah yang dibuang orang. Karenanya dengan ikut jadi petugas upacara meski dalam skala kecil, terlebih ditengah timbunan sampah, mereka sangatlah bangga.
"Ikut upacara ini bukti kami cinta Indonesia," ujarnya.
Baca Juga: Bercelana Panjang, Ma'ruf Amin Tak Sarungan di Peringatan HUT RI
Buat mereka dan pemulung lain, rasa cinta tanah air mereka wujudkan dengan apa yang mereka bisa. Meski harus berkubang sampah dan menghirup polusi setiap harinya. Yang terpenting selain mendapatkan rejeki dari sampah, paling tidak mereka bisa berperan mengurangi dampak dari menimbunnya sampah yang hanya jadi limbah bagi orang lain di berhektar-hektar lahan tersebut.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
'Jangan Main-main dengan Hukum!' Sultan HB X Geram Korupsi Seret Dua Mantan Pejabat di Sleman
-
Rektor UII Pasang Badan: Jamin Penangguhan Penahanan Aktivis Paul yang Ditangkap di Yogyakarta
-
Sisi Gelap Kota Pelajar: Imigrasi Jogja Bongkar Akal-akalan Bule, Investor Bodong Menjamur
-
Jejak Licik Investor Fiktif Yordania di Jogja Terbongkar, Berakhir di Meja Hijau
-
Waspada! BPBD Sleman Ingatkan Bahaya Cuaca Ekstrem di Oktober, Joglo Bisa Terangkat Angin