SuaraJogja.id - Musim kemarau yang terjadi tahun ini berdampak signifikan di Kabupaten Gunung Kidul. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunung Kidul menyatakan ada 15 kecamatan yang terdampak kekeringan di tahun ini.
Pernyataan tersebut disampaikan Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Gunung Kidul Sapto Wibowo saat ditemui di kantornya pada Selasa (5/10/2019).
"Akhir Juni lalu, kami sudah menyuplai air ke sejumlah wilayah yang terdampak kekeringan di Kabupaten Gunungkidul. Terdapat 15 kecamatan di Gunungkidul yang mengalami kekeringan akibat kemarau ini. Jadi solusi paling cepat untuk dengan dropping air," katanya.
Sebanyak 15 kecamatan yang terdampak kekeringan tersebut meliputi, Rongkop, Girisubo, Tepus, Purwosari, Panggang, Nglipar, Patuk, Ngawen, Ponjong, Semin, Semanu, Paliyan, Karangmojo, Tanjung Sari serta Gedang Sari.
Baca Juga: Kekeringan, Warga Jebreng Salat Istisko di Tengah Bengawan Solo
Lebih lanjut, Sapto menilai, musim kemarau tahun ini cukup parah lantaran kecamatan yang sebelumnya tidak pernah meminta pasokan air saat kemarau, tahun ini mengajukan permintaan.
"Ada beberapa kecamatan yang mengajukan dropping air bersih. Padahal kemarau 2018 lalu, kecamatan tersebut tak masuk dalam daftar terdampak kekeringan, seperti Semanu, Karangmojo dan Nglipar," katanya.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, Sapto mengatakan pihaknya telah menerjunkan lima truk tangki air yang dikirim ke sejumlah dusun dan desa tersebut.
"Total armada kami ada enam truk. Namun satu truk harus stand by di kantor untuk jaga-jaga. Lima sisanya kami operasikan. Untuk durasi pengiriman air dilakukan tiap hari di berbagai desa berbeda. Masing-masing desa kami kirim tiap 13 hari sekali," katanya.
Menurutnya, APBD untuk suplai air bersih ke wilayah terdampak kemarau tahun ini menurun dari 3.360 rit menjadi 2.000 rit. Hal itu disebabkan karena BPBD hanya membantu memasok air bersih, tanggung jawab besarnya berada di bawah PDAM.
Baca Juga: Tiga Bulan Kekeringan, Warga Desa Ini Cuci Pakaian di Saluran Irigasi
"Ada penurunan APBD, jika dibandingakan dengan tahun 2018, Tahun 2019 sudah diperkirakan kemarau panjang terjadi tahun ini. BPBD dalam hal ini ikut bertanggungjawab terhadap dampak kemarau, namun BPBD sifatnya membantu, lebih banyak memang ke PDAM," jelas dia.
Berita Terkait
-
Serem! Video Ulat Jati 'Kuasai' Jalanan Gunungkidul, Benarkah Musim Ulat Tiba?
-
Viral! Pemotor 'Bersenjata' di Gunungkidul Dikira Klitih, Ternyata Musuhnya Ulat Jati
-
Lekat dengan Sutrisna Wibawa, dari Kariernya di Dunia Pendidikan hingga Terjun ke Politik
-
Krisis Air Serbia Makin Parah: Bagaimana Nasib Ribuan Ternak?
-
Parah! 7 Provinsi di Indonesia Kekeringan Ekstrem, 2 Bulan Tak Diguyur Hujan
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bau Badan Rayyanza Sepulang Sekolah Jadi Perbincangan, Dicurigai Beraroma Telur
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP 5G Rp 4 Jutaan Terbaik November 2024, Memori Lega Performa Handal
-
Disdikbud Samarinda Siap Beradaptasi dengan Kebijakan Zonasi PPDB 2025
-
Yusharto: Pemindahan IKN Jawab Ketimpangan dan Tingkatkan Keamanan Wilayah
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Chipset Snapdragon, Terbaik November 2024
-
Kembali Bertugas, Basri-Najirah Diminta Profesional Jelang Pilkada Bontang
Terkini
-
Reza Arap Diam-Diam Tolong Korban Kecelakaan di Jogja, Tanggung Semua Biaya RS
-
Sayur dan Susu masih Jadi Tantangan, Program Makan Siang Gratis di Bantul Dievaluasi
-
Bupati Sunaryanta Meradang, ASN Selingkuh yang Ia Pecat Aktif Kerja Lagi
-
Data Pemilih Disabilitas Tak Akurat, Pilkada 2024 Terancam Tak Ramah Inklusi
-
Fadli Zon: Indonesia Tak Boleh Lengah Usai Reog, Kebaya, dan Kolintang Diakui UNESCO