SuaraJogja.id - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menghadapi tekanan ekologis serius.
Jika dibiarkan ekosistem yang ada perlahan bakal mulai lenyap.
Direktur Pusat Sains Lanskap Berkelanjutan (PSLB) Instiper Yogyakarta, Agus Setyarso, mengatakan setidaknya ada dua faktor utama yang menjadi ancaman lanskap alam DIY.
Pembangunan yang tak memperhatikan kelestarian lingkungan serta lemahnya tata kelola hutan rakyat.
"Peta hari ini adalah lanskap di DIY itu ada ancaman terhadap ekosistemnya. Ekosistem Merapi, ekosistem Gunungkidul, ekosistem Kulon Progo, itu ancamannya makin bertambah," kata Agus saat ditemui wartawan, Jumat (1/8/2025).
Agus menyoroti banyaknya pembangunan di DIY yang dilakukan tanpa pertimbangan dampak lingkungan jangka panjang. Padahal, lanskap Merapi hingga Kulon Progo memiliki fungsi penting.
Termasuk di Gunungkidul juga yang erat dengan ketersediaan air dan perlindungan keanekaragaman hayati.
"Pembangunan-pembangunan itu tidak dirancang dengan mempertimbangkan konsekuensi lingkungan," tegasnya.
Diungkapkan Agus, hutan rakyat di DIY kini jauh lebih luas dibanding hutan negara, yakni 50 ribu hektare berbanding 16 ribu hektare.
Baca Juga: Marak Bendera One Piece Berkibar jelang HUT RI, Pakar Sebut Bentuk Rasa Muak Rakyat pada Negara
Namun sayangnya, hutan rakyat itu nyaris tak terurus. Pasalnya tidak ada lembaga maupun aturan khusus yang kemudian mengelolanya.
Hal ini berakibatnya pada maraknya praktik tebang pohon untuk kebutuhan jangka pendek. Tanpa kemudian memikirkan pola pemanfaatan yang berkelanjutan.
"Jadi masyarakat yang hari ini mau mantu, ya hari ini hutan ku tak tebang," ucapnya
Program Perhutanan Sosial Gagal
Agus turut menyoroti program perhutanan sosial yang digagas pemerintah. Program itu dinilai tidak berhasil membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
"Alasannya adalah program pemerintah untuk perhutanan sosial yang paling prioritas itu membagikan lahan pada masyarakat. Memberikan SK perhutanan," ujar Agus.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ole Romeny Menolak Absen di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Tanpa Naturalisasi, Jebolan Ajax Amsterdam Bisa Gantikan Ole Romeny di Timnas Indonesia
- Makna Satir Pengibaran Bendera One Piece di HUT RI ke-80, Ini Arti Sebenarnya Jolly Roger Luffy
- Ditemani Kader PSI, Mulyono Teman Kuliah Jokowi Akhirnya Muncul, Akui Bernama Asli Wakidi?
- Jelajah Rasa Nusantara dengan Promo Spesial BRImo di Signature Partner BRI
Pilihan
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
-
Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus, RI & Thailand Kena 'Diskon' Sama, Singapura Paling Murah!
-
Pemerintah Dunia dan Tenryuubito: Antagonis One Piece yang Pungut Pajak Seenaknya
Terkini
-
Analisis Tajam Sabrang Letto: Kasus Tom Lembong Jadi Pertaruhan: Wasit Tak Adil!
-
Target PAD Pariwisata Bantul Terlalu Ambisius? Ini Strategi Dinas untuk Mengejarnya
-
Marak Pembangunan Abaikan Lingkungan, Lanskap Ekosistem DIY Kian Terancam
-
Status Kedaruratan Ditingkatkan Pasca Kasus Leptospirosis, Pemkot Jogja Sediakan Pemeriksaan Gratis
-
Bosan Kerja Kantoran? Pemuda Ini Buktikan Keripik Pisang Bisa Jadi Bisnis Menguntungkan di Kulon Progo