Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Kamis, 21 November 2019 | 19:03 WIB
Sejumlah warga dan pengunjung bersepeda di Jalan Malioboro yang sedang diujicobakan sebagai kawasan semi-pedestrian, Selasa (19/11/2019). - (SUARA/Baktora)

SuaraJogja.id - Para pengusaha di Malioboro yang tergabung dalam Perkumpulan Pengusaha Malioboro Ahmad Yani (PPMAY) mengeluhkan penutupan Jalan Malioboro dan Ahmad Yani setiap Selasa Wage, ditambah uji coba pada Selasa Pon (19/11/2019) lalu.

Menurut mereka, uji coba tersebut memberi dampak negatif pada para pelaku usaha.

"Tidak adanya area parkir yang representatif membuat mobil atau kendaraan pribadi yang sedianya masuk ke kawasan Malioboro justru harus berbalik arah," ungkap Ketua PPMAY Sadana Muyono melalui rilis yang diterima Harianjogja.com-jaringan Suara.com, Rabu (20/11/2019) malam.

Disebutkan, sejak ada agenda penutupan Jalan Malioboro, penurunan omzet mencapai 50% dialami PPMAY, yang beranggotakan sekitar 220 toko atau tempat usaha di Malioboro.

Baca Juga: Anggita Sari Ngaku Menikah, Kok Tak Ada Foto Suaminya?

Mereka lantas terbebani, terlebih dengan tingginya biaya operasional toko. Belum lagi, kata Sadana, bisnis hotel di Malioboro juga terkena dampaknya.

"Dengan ditutupnya jalan Malioboro, kondisi toko-toko menjadi sepi. Hotel di kawasan ini juga banyak tamu yang mengeluh tidak mendapatkan tamu. Tamu juga kesulitan mengakses hotel. Sebenarnya kami sudah sering menyampaikan masalah ini," kata Sadana.

PPMAY menilai, untuk menggencarkan wisata pedestrian, Pemkot tak perlu menutup Jalan Malioboro karena akses pedestrian sudah tersedia di area bekas jalur lambat becak dan lorong toko.

"Selama belum ada akses parkir kami berharap jalan jangan ditutup. Siapkan dulu infrastrukturnya," tuturnya.

Baca Juga: Masinton Cibir 3 Pimpinan KPK Uji Materi ke MK: Kerjaan Jelang Pensiun

Load More