SuaraJogja.id - Gerakan Anak Negeri Anti Diskriminasi (Granad) mengecam penggunaan kata WNI pribumi dan non pribumi. Mereka menantang orang-orang seperti Roy Suryo, pejabat negara provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan pejabat Badan Pertanahan Nasional (BPN) DIY membuktikan kepribumiannya.
Kekecewaan dengan istilah pribumi dan non pribumi tampaknya masih menjadi polemik di DIY. Granad dengan terbuka menantang pemprov DIY untuk membuktikan jika pejabat negaranya memang keturunan pribumi asli.
Sebelumnya, seorang WNI keturunan Tionghoa, Felix Juanardo Winata melayangkan permohonan pengujian pasal 7 ayat 2 huruf d UU nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY terkait kepemilikan tanah.
Gugatan ini mendapat berbagai respon dari hal positif, namun tak sedikit yang mengecam gugatan itu seperti yang dilakukan Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo.
Roy Suryo menilai jika adanya Instruksi Wagub DIY 1975 sudah tepat. Dimana WNI non pribumi dilarang memiliki hak tanah di DIY. Hal itu didasari agar rakyat DIY hidup sejahtera.
Menanggapi soal masalah itu, Granad mengecam penggunaan kata WNI pribumi dan non pribumi. Mereka menantang baik Roy Suryo, pejabat negara provinsi DIY dan pejabat Badan Pertanahan Nasional (BPN) DIY membuktikan kepribumiannnya.
"Sesuai Inpres nomor 26 tahun 1998 secara tegas melarang pejabat negara menggunakan istilah WNI pribumi dan non pribumi. Kami meminta istilah ini dihentikan karena mendiskriminasi suku Tionghoa Indonesia di bidang pertanahan. Kami tantang kepada pejabat negara provinsi DIY, Roy Suryo dan pejabat BPN DIY membuktikan kepribumiannnya, salah satunya dengan tes DNA," kata ketua Granad, Willie Sebastian, Jumar (22/11/2019).
Tak hanya tes DNA Willie juga meminta orang-orang di jabatan Pemprov DIY itu melampirkan seperti KTP, Akte Lahir, paspor atau silsilah.
"Kami membuat tantangan itu untuk membuktikan apakah mereka benar-benar pribumi. Karena beberapa survey menunjukkan satu orang di Indonesia memiliki ras dan suku yang berbeda saat dilakukan tes DNA," tambahnya.
Baca Juga: 5 Hits Otomotif Pagi: The Marquez Boys, Motor Hilang Roda dan Knalpot
Pernyataan Willie ini merujuk pada proyek Pameran Asal Usul Orang Indonesia (ASOI) yang menampilkan hasil tes DNA sukarelawan seperti Najwa Shihab, Hasto Kristiyanto, Grace Natalie, Budiman Sudjatmiko, Mira Lesmana, Ayu Utami, Riri Riza, dan Ariel Noah dan peserta umum terpilih lainnya.
Hasil itu, hampir tak dipastikan jika relawan ini adalah pribumi asli di Indonesia.
"Kami minta Pemprov DIY segera menghentikan istilah-istilah yang melukai keturunan Tionghoa Indonesia ini. Kami WNI dengan demikian status kami sama dan tak perlu dibeda-bedakan," tambahnya.
Willie menerangkan, jika pemprov tetap ngotot menggunakan istilah tersebut, Granad tak akan tinggal diam.
"Jika memang pemprov tidak bisa mengabulkan permintaan kami. Granad akan mengambil tindakan hukum, berdasarkan UU nomor 40 tahun 2008 tentang diskriminasi ras dan etnis," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Makna Kebaya Hitam dan Batik Slobog yang Dipakai Cucu Bung Hatta, Sindir Penguasa di Istana Negara?
Pilihan
-
Shayne Pattynama Hilang, Sandy Walsh Unjuk Gigi di Buriram United
-
Danantara Tunjuk Ajudan Prabowo jadi Komisaris Waskita Karya
-
Punya Delapan Komisaris, PT KAI Jadi Sorotan Danantara
-
5 Rekomendasi HP Tahan Air Murah Mulai Rp2 Jutaan Terbaik 2025
-
Bak Langit dan Bumi! Gaji Anggota DPR RI vs Eks Bek Milan di Parlemen Georgia
Terkini
-
Hindari Tragedi Keracunan Terulang! Sleman Wajibkan Guru Cicipi Menu MBG, Begini Alasannya
-
PTS Akhirnya Bernapas Lega! Pemerintah Batasi Kuota PTN, Yogyakarta Jadi Sorotan
-
Kisah Diva Aurel, Mahasiswi ISI Yogyakarta yang Goyang Istana Merdeka
-
Angin Kencang Terjang Sleman, Pemkab Pastikan Bantuan Tepat Sasaran, Ini Strateginya
-
Ekspor Kemiri, Susu, Cabai: Yogyakarta Buktikan Bisa Jadi Lumbung Pangan, Ini Strategi Kementan