Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 22 Desember 2019 | 18:19 WIB
Jemaat Gereja Santa Lidwina Sleman menghias gereja, Minggu (22/12/2019), untuk perayaan Misa Natal. - (SUARA/Baktora)

SuaraJogja.id - Kesibukan di Gereja Katolik Roma Santa (St) Lidwina, Dusun Bedog, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman masih terlihat hingga pukul 11.00 WIB, Minggu (22/12/2019). Meski misa pagi telah usai, sejumlah umat masih beraktivitas di dalam gereja sembari menghias altar dan membersihkan lantai dalam gereja.

Seorang pemuda berkaus hitam, Oda Bintang Nagoyasto (17), terlihat sibuk memberi warna pada sebuah replika gua yang terletak di depan altar. Dibantu dengan beberapa umat lainnya yang lebih tua, Bintang menjadi umat yang paling muda pada aktivitas siang itu.

Lelah dengan aktivitasnya, Bintang sengaja mendekati bangku dan duduk di atasnya. Sesekali ia membersihkan peluh di kening lantaran harus bolak-balik mewarnai replika gua tersebut. SuaraJogja.id pun berkesempatan menanyakan aktivitas yang dia lakukan siang itu.

"Ini persiapan untuk misa malam Natal [24 Desember 2019] dan saat hari H [25 Desember 2019] nanti," katanya, sembari membuka masker yang dia kenakan.

Baca Juga: Baru Sehari Diresmikan, Jembatan Gantung Taman Hutan Kemayoran Roboh

"Di gereja ini para pemudanya ikut terlibat saat prosesi misa. Jadi dibuat sebuah drama agar umat yang datang bisa lebih khusyuk dan ingat bagaimana Tuhan Yesus berkorban untuk pengikutnya," tambah Bintang.

Pemuda yang mengaku menjadi misdinar, atau putra altar yang membantu pemimpin perayaan Ekaristi, ini sudah lama aktif untuk kegiatan gereja. Ia pun senang setiap menjelang perayaan hari besar umat Kristiani.

"Saya cukup tergerak dan lebih termotivasi untuk beribadah di gereja ini. Mungkin karena lingkungan saya juga mendukung, dan orang tua juga aktif di dalam kegiatan di Gereja St Lidwina," ungkap dia.

Suasana Gereja Katolik Santa Lidwina di Dusun Bedog, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Minggu (22/12/2019) - (SUARA/Baktora)

Meski sambil bercerita, Bintang sesekali melanjutkan aktivitasnya mewarnai replika gua dengan cat semprot. Ketika lelah, dirinya mencari kursi untuk beristirahat dan kembali membagikan kisahnya selama aktif berkegiatan di gereja setempat.

Menyinggung soal kejadian tahun 2018 lalu, ketika gerejanya diserang seorang pria dengan sebilah pedang tajam, Bintang mengaku saat itu dirinya tak ada di lokasi.

Baca Juga: Banjir Gol, PSS Sleman Lumat Tira Persikabo 5-2

"Saat kejadian itu kan hari Minggu pagi, sedangkan saya mengikuti misa Sabtu malamnya. Memang tidak melihat langsung kejadiannya, tapi mendengar cerita teman-teman memang cukup mencekam," jelas dia.

Namun begitu, Bintang mengatakan, saat ini pihaknya tak merasa takut untuk beribadah di gereja setempat. Bahkan, dari kejadian tersebut, Bintang lebih termotivasi dan merasa keyakinan terhadap agamanya lebih besar.

"Karena kejadian itu banyak perhatian yang diberikan oleh berbagai pihak. Jadi ada bantuan dari pemerintah terhadap patung dan fasilitas rusak, ada juga bantuan dari warga sekitar. Nah dari perhatian itu saya akui rasa untuk menjaga gereja dan keyakinan kepada Tuhan ini lebih besar. Saya, yang aktif di misdinar, juga semakin khusyuk ketika ada misa di gereja ini," tambah dia.

Di sisi lain, seorang umat sekaligus pengurus Bidang Sarana dan Prasarana Gereja St Lidwina, Anas Rahmat Alexander (51), mengungkapkan, pasca-kejadian setahun lalu, terdapat trauma healing yang dilakukan pihak Universitas Gadjah Mada (UGM). Selain itu, warna dinding di dalam gereja diubah untuk membantu menghilangkan ketakutan umat saat beribadah di Gereja St Lidwina.

"Pasca-kejadian [penyerangan] itu ada trauma healing yang dilakukan di gereja ini. Tujuannya agar kami bisa menghilangkan ketakutan setelah insiden terjadi. Saya sendiri memang tidak hadir saat penyerangan Minggu pagi itu. Tapi saat mengikuti proses penyembuhan trauma itu, banyak umat yang sudah tidak takut beribadah di sini," kata Anas.

Pihaknya menuturkan, kejadian itu tak sepenuhnya membuat orang-orang ketakutan. Bahkan ia mengklaim, tidak ada pengaruh setelah insiden penyerangan tersebut.

"Kami rasa itu hanya seseorang yang ingin mencari perhatian. Memang harus diwaspadai, namun setelah kejadian itu, umat yang beribadah malah semakin banyak," jelas dia.

Seorang umat berdoa di tengah aktivitasnya saat membersihkan gereja untuk perayaan Natal 2019 di Gereja Katolik Santa Lidwina, Sleman, Minggu (22/12/2019). - (SUARA/Baktora)

Di samping itu, Koordinator Keamanan Gereja St Lidwina Suyudi mengungkapkan, satu pekan sebelum perayaan Misa Malam Natal dan Misa Natal 25 Desember 2019, pihaknya telah berkomunikasi dengan petugas kepolisian. Selain itu, pengamanan gereja juga sudah ditingkatkan bersama muspika setempat.

"Untuk mengantisipasi aksi serupa, tiap misa baik Sabtu malam atau Minggu pagi, aparat kepolisian selalu berjaga-jaga di sini. Saat hari perayaan Natal kami sudah berkoordinasi terkait keamanannya. Di samping itu sejumlah ormas juga ikut mengamankan saat hari H perayaan Natal," kata dia.

Diketahui, pada Minggu (11/2/2018), di tengah misa, jemaat Gereja St Lidwina diekjutkan oleh seorang penyerang bersenjata pedang bernama Suliyono. Pelaku, yang saat ini berusia 24 tahun itu, melukai tiga orang umat, termasuk pemimpin misa, Pastor Karl-Edmund Prier SJ.

Insiden tersebut juga menyebabkan kerusakaan pada properti dan fasilitas gereja, seperti patung, sound system, serta beberapa fasilitas ibadah di lokasi.

Load More