SuaraJogja.id - Radikalisme diduga telah memengaruhi sejumlah sekolah di Kabupaten Sleman. Kondisi ini dilaporkan Ketua Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam (FKPAI) Sleman Unsul Jalis.
Ia mengatakan, hampir 60 persen SMA di wilayah Sleman terpapar paham radikal. Ada sekitar 30 persen guru-guru SMA yang juga dinilai terpapar paham radikal.
"Itu data hasil kajian dari angket yang kami sebar di seluruh SMA Negeri dan Swasta pada 2019 lalu," kata Jalis pada Harianjogja.com -- jaringan Suara.com, Rabu (15/1/2020).
Jalis menerangkan, penyebaran angket tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa dan guru SMA di wilayah Sleman terpapar paham radikal. Angket disebar tidak hanya di sekolah negeri, melainkan juga sekolah swasta, dan tidak hanya SMA, tetapi juga MA.
"Jadi ini bukan sekadar isu, tetapi faktanya memang seperti itu," ujar Jalis.
Beberapa indikasi atau pertanyaan dalam angket yang ditanyakan berkaitan dengan ulama-ulama yang selama ini menjadi panutan dalam beragama. Hasilnya, jawaban sebagian siswa dan guru merujuk pada ulama-ulama yang dianggap radikal.
"Indikator lainnya, saat ini sudah ada pergeseran penyebutan OSIS menjadi Rohis. Di beberapa sekolah itu sudah terjadi," terang Jalis.
Ia menjelaskan, masuknya paham-paham radikal ke sekolah-sekolah itu bukan terjadi tiba-tiba, tetapi sengaja dibawa.
"Ada gerakan agar paham ini masuk ke sekolah-sekolah. Kalau ada satu saja yang terpapar, entah itu siswa atau guru, pasti mereka akan mengajak orang lain. Dengan begitu perkembangan paham ini akan sangat massif," jelas Jalis.
Baca Juga: Kebanjiran, Yuni Shara Belum Mau Pindah Rumah
Temuan tersebut kemudian disampaikan kepada pemerintah. Supaya penyebaran radikalisme tak makin meluas di kalangan pelajar dan guru, kata Jalis, diperlukan upaya dan langkah nyata untuk membendungnya.
"Misalnya dengan memperbanyak kajian dan dakwah Islam moderat di sekolah-sekolah," ungkapnya.
Selain itu, menurut dia, dibutuhkan juga pendampingan atau penyuluhan bagi siswa-siswi yang sudah terpapar paham radikal, tetapi sampai saat ini para penyuluh agama masih belum bisa masuk ke tanah sekolah untuk memberikan pendampingan tersebut.
"Kami masih menunggu adanya kesepakatan antara Kemenag dengan Disdik Sleman agar bisa masuk ke sekolah-sekolah. Kalau pintu ini dibuka, kami siapkan kurikulum bagi sekolah," kata Jalis.
Sebelumnya, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKTP) Prof M Mukhtasar menyebutkan, selain sekolah, penyebaran paham radikal di Sleman rentan masuk ke kampus-kampus.
"Radikalisme tingkat bawah ditanamkan dengan membangun sifat ekslusif. Menerapkan intoleransi setengah-setengah. Misalnya, tidak mau mengucapkan selamat saat perayaan hari raya agama tertentu," ujar Mukhtasar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik