Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Sabtu, 18 Januari 2020 | 14:32 WIB
Dosen UGM memberikan keterangan soal kasus antraks di Gunungkidul, Sabtu (18/1/2020). - (Suara.com/Putu)

Karenanya, masyarakat diharapkan memiliki kesadaran yang lebih tentang antraks. Apabila seekor ternak telah menunjukkan gejala antraks, seperti demam tinggi, gelisah, tidak mau makan, mati dengan keluarnya darah hitam dari lubang tubuh, atau mati secara mendadak, maka pemilik ternak perlu menghubungi puskeswan atau petugas kesehatan hewan terdekat.

“Jangan justru menyembelih hewan tersebut untuk dijual atau dikonsumsi,” ujar Riris.

Sebab, yang sering terjadi di DIY, sebagian besar kasus dipicu kebiasaan di mana ketika seekor ternak sakit atau mati, masyarakat merasa tidak rela untuk memusnahkannya begitu saja. Daripada mati sia-sia, maka sapi yang sakit itu justru disembelih untuk dijual dengan harga murah atau diberikan kepada masyarakat sekitar.

“Justru hal ini akan meningkatkan risiko penyakit karena dengan menyembelih hewan. Itu akan menyebarkan spora ke lingkungan,” imbuhnya.

Baca Juga: Hingga Sabtu Siang, Sejumlah Wilayah di Jakarta Masih Tergenang Air

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More