SuaraJogja.id - Masyarakat Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul jengah dengan serangan kera ekor panjang yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Ratusan hektar tanaman yang dibudidayakan oleh para petani mengalami kerusakan setelah diserang kera ekor panjang tersebut.
Warga Padukuhan Kepek, Desa Kepek, Saptosari, Putro, menuturkan bahwa hama kera ekor panjang memang sangat meresahkan warga Saptosari.
Tanaman palawija, mulai dari kacang tanah, jagung, hingga kedelai, banyak yang mengalami kerusakan akibat dimakan kera ekor panjang. Tanaman yang seharusnya sebentar lagi bisa dipanen pun tak bisa lagi diharapkan hasilnya. Sebab, sebagian besar sudah dicuri kera-kera ekor panjang yang terus menyerang lahan pertanian milik warga.
"Bagaimana mau panen, wong sudah keduluan monyet," ujar Putro, Rabu (22/1/2020).
Baca Juga: Banyak yang Protes, DPR Tunggu Pemerintah Ajukan Draf Omnibus Law
Di lahan miliknya saat ini, ada tanaman jagung yang usianya sekitar dua bulan, sehingga seharusnya sebentar lagi buahnya bisa dipetik. Namun, sebagian besar pohon jagung yang ia tanam sejak sebelum musim penghujan tersebut kini sudah rusak dan tak bisa dipanen lagi.
Para petani pun terpaksa harus sepanjang hari menunggui tanaman-tanaman mereka jika masih mengharapkan panen.
"Dua bulan lalu kami sudah lapor ke BKSDA [Balai Konservasi Sumber Daya Alam]. Jawabannya akan kita tangani, tapi sampai sekarang belum ada tindakan," keluhnya.
Putro menjelaskan bahwa serangan hama kera ekor panjang tersebut sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir, dan tahun ini merupakan yang terparah dampaknya karena serangan makin masif dan luasannya pun makin bertambah.
Di musim kemarau lalu, sebagian besar rumput-rumput yang dibudidayakan petani untuk pakan ternak juga dirusak kera-kera ekor panjang tersebut. Kini, memasuki musim penghujan, ternyata serangan kera ekor panjang tersebut beralih ke tanaman palawija yang dibudidayakan para petani.
Baca Juga: Geruduk Kemenkumham, Warga Tanjung Priok Tuntut Yasonna Minta Maaf
"Pemerintah ini bagaimana. Petani mau makan apa?" katanya.
Berita Terkait
-
Burung Hantu Jadi Andalan Prabowo Basmi Tikus di Sawah: Mitos atau Fakta?
-
Solusi Anti-Mainstream Prabowo: Burung Hantu Jadi Andalan Berantas Hama Tikus di Sawah
-
Menjelajahi Desa Wisata Nglanggeran: Desa Wisata Terbaik Dunia
-
Polri Garap Jagung 1,7 Juta Hektare: Misi Mulia atau Salah Urus?
-
Liburan ke Gunungkidul? Jangan Sampai Salah Pilih Pantai! Ini Dia Daftarnya
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Harga Emas Antam Berbalik Lompat Tinggi Rp23.000 Hari Ini, Jadi Rp1.777.000/Gram
-
Wall Street Keok, IHSG Diprediksi Melemah Imbas Perang Dagang Trump vs Xi Jinping
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
Terkini
-
Libur Lebaran di Sleman, Kunjungan Wisatawan Melonjak Drastis, Candi Prambanan Jadi Primadona
-
Zona Merah Antraks di Gunungkidul, Daging Ilegal Beredar? Waspada
-
Miris, Pasar Godean Baru Diresmikan Jokowi, Bupati Sleman Temukan Banyak Atap Bocor
-
Kawasan Malioboro Dikeluhkan Bau Pesing, Begini Respon Pemkot Kota Yogyakarta
-
Arus Balik Melandai, Tol Tamanmartani Resmi Ditutup, Polda DIY Imbau Pemudik Lakukan Ini