SuaraJogja.id - Di tengah Kampung Ketandan, Yogyakarta, terdapat satu bangunan yang selama ini hanya dipandang sekelebat mata oleh para wisatawan. Didominasi warna putih dan hijau, bangunan ini sekilas tampak kurang menarik.
Namun ternyata, rumah dengan perpaduan gaya Tionghoa, Eropa, dan Jawa tersebut merupakan bagian dari sejarah panjang hubungan Tionghoa dan Keraton Yogyakarta. Dahulu, bangunan tersebut ditempati kapitan Tionghoa bernama Tan Jin Sing.
- Sejarah
Tan Jin Sing konon adalah anak hasil pernikahan Demang Beber dari Wonosobo dengan putri Sunan Amangkurat IV.
Baca Juga: Sejarah Imlek di Indonesia: Dibelenggu Orde Baru, Bebas saat Reformasi
Tan Jin Sing lantas diangkat anak oleh Oei The Long, seorang kapitan Tionghoa dari Wonosobo setelah bapaknya meninggal dan ibunya tidak mampu merawat.
BACA JUGA: Mahasiswi Klaten Tertahan Di Apartemen Wuhan China, Isi Kulkas Jadi Andalan
Pada usia 11 tahun, Tan Jin Sing sudah menguasai 5 bahasa, bahasa Inggris, Belanda, Jawa, Hokkien, dan Mandarin.
Setelah dewasa, Tan Jin Sing diangkat Sultan Hamengkubuwono III sebagai bupati. Setelah diangkat, Tan Jin Sing diberi gelar Kanjeng Raden Tumenggung Secadiningrat.
Tan Jin Sing berjasa besar dalam membuat kemegahan Candi Borobudur dikenal dunia.
Baca Juga: Makna Lilin Merah yang Terus Menyala saat Perayaan Imlek
Candi Borobudur awalnya ditemukan oleh anak buah Tan Jin Sing. Setelahnya, Tan Jin Sing sendiri mengeksplor candi tersebut dan meminta Sir Thomas Stamford Raffles untuk melakukan restorasi.
Jejak-jejak kehidupan Tan Jin Sing lainnya bisa ditemukan di Kampung Ketandan, Yogyakarta.
- Rumah Tan Jin Sing
Rumah Tan Jin Sing berlokasi di Kampung Ketandan, Yogyakarta.
Menurut Tjundoko, ketua RW di Kampung Ketandan, Tan Jin Sing sebenarnya tinggal di Keraton selama 5 hari dalam seminggu. Sementara, pada Jumat-Sabtu, Tan Jin Sing menempati kediaman di Kampung Ketandan.
BACA JUGA: Berkonsep Klasik, Pizza Hut di Jogja Ini Ternyata Bangunan Cagar Budaya
Tan Jin Sing sendiri diketahui memang memiliki dua istri, satu dari kalangan Keraton sementara satunya adalah keturunan Tionghoa bermarga Yap.
Sebagai kapitan yang berpengaruh sekaligus bupati, rumah Tan Jin Sing sebenarnya tergolong mewah.
Kala itu, areal rumahnya membentang dari perempatan Ketandan hingga Jalan Ahmad Yani. Sayangnya, kini bagian rumah yang tersisa hanyalah satu sub bangunan di Jalan Ketandan Lor.
Jika dilihat dari bentuk bangunan dan ruang-ruang yang ada, sub bagian rumah yang tersisa tersebut diperkirakan adalah bagian kantor.
Selain itu, ada pula bagian istal kuda yang masih tersisa. Jika dikira-kira, luas rumah Tan Jin Sing dulu mencapai satu hektare.
BACA JUGA: Nenek Jajakan Meja Kayu Keliling Solo Naik Sepeda, Yuk Dilarisi Dagangannya Lur
Bagian dalam rumah Tan Jin Sing sendiri didominasi warna putih dengan kusen hijau muda. Dari kejauhan, atap rumah ini terlihat bak joglo khas Jawa.
Meski begitu, travelers juga dapat melihat perpaduan gaya arsitektur khas Tionghoa dan Eropa. Salah satu yang menarik adalah bentuk pintu depannya dan juga pilar-pilar besar yang menghiasi.
Sementara, bagian lantai rumah Tan Jin Sing memiliki ubin kuno khas bangunan Belanda zaman dulu. Di bagian belakang rumah, ada pula halaman yang cukup besar.
Sayangnya, bagian dalam rumah tersebut tampak tak terurus karena proses perbaikan masih berjalan. Ya, rumah Tan Jin Sing kini memang sudah dibeli oleh Pemda Yogyakarta dan tengah direstorasi.
Namun, jika beruntung, travelers dapat meminta izin untuk melihat-lihat sejenak.
Setelah restorasi selesai, rumah ini pun rencananya akan dijadikan sebuah museum yang membahas sejarah peranakan secara makro dan juga kisah Tan Jin Sing selaku pemiliknya dulu.
Simak panduan lengkap wisata bertema Imlek di Kampung Ketandan Yogyakarta di halaman selanjutnya!
- 1
- 2
Berita Terkait
-
5 Ciri Khas Masakan Peranakan yang Wajib Kamu Tahu, Bukan Sekadar Citara Tionghoa!
-
Sosok Orang Tua Titiek Puspa, Benarkah Ada Keturunan Tionghoa?
-
Berencana Liburan ke Keraton Yogyakarta? Ini Harga Tiket dan 5 Pengalaman Unik yang Didapat
-
Unik! Masjid Arab di Tengah Pecinan Makassar, Jemaahnya Hanya Pria
-
Lestarikan Budaya Tionghoa-Indonesia: Kisah Inspiratif Elsa Novia dan Benteng Walking Tour
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 5 Rekomendasi Mobil Tangguh Mulai Rp16 Jutaan: Tampilan Gagah dan Mesin Badak
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Tipe SUV Juni 2025: Harga di Bawah 80 Juta, Segini Pajaknya
- 36 Kode Redeem FF Max Terbaru 5 Juni: Klaim Ribuan Diamond dan Skin Senjata Apik
- 6 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Tranexamic Acid: Atasi Flek Hitam & Jaga Skin Barrier!
Pilihan
-
6 Skincare Aman untuk Anak Sekolahan, Harga Mulai Rp2 Ribuan Bikin Cantik Menawan
-
5 Rekomendasi Mobil Kabin Luas Muat 10 Orang, Cocok buat Liburan Keluarga Besar
-
Indonesia Jadi Tuan Rumah Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Apa Untungnya?
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
Daftar 5 Sepatu Olahraga Pilihan Dokter Tirta, Brand Lokal Kualitas Internasional
Terkini
-
Beda dari Tahun Lalu, Ini Alasan Grebeg Besar 2025 Yogyakarta Lebih Tertib dan Berkah
-
KPK Dapat Kekuatan Super Baru? Bergabung OECD, Bisa Sikat Korupsi Lintas Negara
-
Pemkab Sleman Pastikan Ketersediaan Hewan Kurban Terpenuhi, Ternak dari Luar Daerah jadi Opsi
-
8 Tersangka, 53 Miliar Raib: KPK Sikat Habis Mafia Pungli TKA di Kemenaker
-
Dapur Kurban Terbuka, Gotong Royong Warga Kauman Yogyakarta di Hari Idul Adha