Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 03 Februari 2020 | 19:49 WIB
Foto keluarga Alhamdulillah Rejeki Hari Ini, Senin (3/2/2020). [Julianto / Kontributor]

SuaraJogja.id - Kalimat Alhamdulillah Rejeki Hari Ini mendadak viral di jagad maya. Siapa sangka, untaian kalimat syukur itu merupakan nama seorang balita yang berasal dari Ngampilan, Kota Yogyakarta.

Dari penelusuran SuaraJogja.id, Alhamdulillah Rejeki Hari Ini ternyata adalah putera pertama dari pasangan Didit Saputro (39) dan Meidiana (35) warga Ngampilan, Kota Yogyakarta yang tinggal di Perumahan Bukit Asri Gunung sempu Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Pemberian nama yang cukup unik dan satu-satunya ada di Indonesia tersebut bukan tanpa alasan.

Kepada tim SuaraJogja.id, orangtua balita yang dipanggil Al tersebut memang nampak berbeda dari orang lain. Hal tersebut nampak terlihat ketika sampai di rumahnya yang berada di kawasan perumahan elit. Bukan rumah gedongan yang berlantai marmer ataupun keramik mahal dengan desain modern, rumah dari kedua orangtua Al justru berbeda.

Rumah yang mereka tinggal adalah rumah dengan desain kuno jika dilihat tampak depan. Pintu yang terbuat dari Kayu Lawasan (lama) tanpa plitur dan juga dinding bata tanpa diplester ataupun dicat tampak dominan di antara barisan rumah elit. Di bagian depan rumah pun ada gazebo kecil yang juga terbuat dari kayu lawasan juga.

Baca Juga: Suharsono Ikut Penjaringan Calon Bupati dari Partai Golkar Bantul

Keluarga Alhamdulillah Rejeki Hari Ini pun tergolong cukup terkenal di komplek tersebut. Tak lain tentu saja lantaran nama nyentrik sang anak.

Sang Ayah, Didit menceritakan awal mula mengapa memberi nama yang sangat unik tersebut. Didit bertutur jika nama Alhamdulillah Rejeki Hari Ini merupakan manifestasi dari rasa bersyukurnya kepada Alloh SWT. Di mana sebelumnya, Didit mengaku pernah menjadi manusia yang tidak memiliki rasa syukur terhadap sang Pencipta.

Dulu, cerita Didit, dirinya adalah fotografer freelance yang bergelimang dengan harta. Penghasilan yang cukup besar ia peroleh dari fee fotografer corporate yang melayani perusahaan-perusahaan yang ingin membuat iklan ataupun dokumentasi untuk kepentingan publikasi perusahaan mereka.

"Nah saat itu, pikiran saya itu tidak pernah tenang. Di mana setiap saat saya selalu kepikiran apakah besok mendapat order yang lebih besar lagi dari sekarang," tuturnya.

Awal tahun 2008, dirinya yang berasal dari keluarga mampu pergi ke Jakarta untuk bekerja. Dalam pikirannya kala itu yang ada hanyalah mencari uang sebanyak-banyaknya. Dan tahun 2011, tibalah dia mendapatkan kesempatan menjadi manusia yang bergelimang dengan harta karena uangnya cukup banyak.

Baca Juga: Siswi SMK di Bantul Dicabuli Paman sejak SD, Pelaku Ditangkap

Titik nadir kehidupannya pun terjadi di tahun 2014. Sekitar bulan Juni dirinya diberi 'ganjaran' Yang Maha Kuasa sakit stroke. Tangan dan kaki kirinya sulit untuk bergerak ketika diajak untuk beraktivitas, sehingga hal tersebut membuatnya kesulitan menjalankan profesinya sebagai seorang fotografer.

"Stroke yang saya alami itu ada di tahun kedua pernikahan saya. Coba bayangkan bagaimana rasanya,"ujarnya.

Di tengah kesulitan menjalankan profesinya sebagai fotografer karena sakit stroke tersebut, tiba-tiba ada pemuda asal Bali yang meminta untuk diajari secara privat tentang fotografi. Kesepakatanpun dicapai di mana dirinya akan tinggal selama sepekan di Bali untuk mengajari fotografi kepada pemuda tersebut.

Saat itu, Didit mengaku mematok harga yang cukup besar yaitu sebesar Rp30 juta di luar akomodasi dan makan. Pada awal mematok harga tersebut, ia beranggapan jika pemuda asal Bali tersebut berasal dari Keluarga kaya dan mampu. Namun akhirnya ketika ia sampai ke Bali, barulah dirinya mengetahui keadaan sebenarnya keluarga tersebut.

"Ternyata dia itu membayar saya dengan menggadaikan sertifikat tanah milik orangtuanya,"ceritanya.

Selama di Bali itulah ia mendapatkan ilmu tentang bersyukur di mana ia melihat dari keseharian pemuda yang ia ajari ilmu fotografi tersebut. Hampir setiap hari, pagi siang ataupun sore pemuda tersebut selalu menyempatkan diri untuk menyisihkan sedikit makanannya untuk disajikan ke leluhur. Rupanya hal tersebut merupakan salah satu bentuk bersyukur.

"Karena penasaran saya ingin belajar, lantas diketemukan dengan Tetua Agama Hindu di sana dan dijelaskan,"kenangnya.

Dan yang justru membuatnya heran, di akhir penjelasan tersebut Tetua Agama Hindu berpesan kepada dirinya agar jangan murtad. Saat itu juga ia dipertemukan dengan ustad di Bali karena ingin belajar tentang filosofi bersyukur tersebut. Dan selama belajar ilmu bersyukur itu pula ternyata penyakit strokenya bisa sembuh total tanpa diobati.

Meskipun sembuh total, rasa hampa tetap menghinggapi dirinya karena tidak kunjung diberi momongan. Berbagai upaya telah keduanya lakukan agar bisa segera diberi momongan. Hingga akhirnya, di tahun ketiga pernikahan mereka, sang istri putus asa dan mulai bersikap 'Luweh' alias cuek.

Tahun 2018 tepatnya bulan Oktober dirinya mendapat cobaan lagi. Di mana istrinya mendapat musibah karena kecelakaan setelah menabrak seekor anjing. Tempurung kakinya divonis dokter pecah dan harus dioperasi untuk memulihkannya agar bisa segera berjalan. Namun setelah dua minggu operasi ternyata belum sembuh juga dan belum juga bisa berjalan.

"Sayapun pergi ke pengobatan tradisonal china yang mahal namun belum juga bisa jalan. Oleh sinse di situ disarankan ke pijat tradisional di Muntilan," tambahnya.

Di kali kedua istrinya terapi di tukang pijat tersebut, ia justru diberitahu jika istrinya sulit memiliki bayi karena ada beberapa syaraf yang kejepit. Karena itu pula, istrinya langsung dipijit dan diterapi agar bisa memiliki anak. Dan benar saja, ternyata selang sebulan kemudian istrinya bisa hamil.

Namun kehamilan anaknya tersebut baru diketahui di umur kandungan 2,5 bulan. Yaitu ketika keduanya mudik ke rumah orangtuanya di Palembang. Bahkan untuk meyakinkan apakah istrinya hamil atau tidak, ia sampai mengajak istrinya melakoni tes USG sebanyak dua kali.

"Istri saya baru hamil di usia pernikahan kami masuk ke tahun ke 7. Nah ketika hamil sekitar usia 6 bulan itulah saya ingin memberi nama Rejeki Hari Ini. Terus karena saat itu berkembang tren memberi anak dengan nama kebarat-baratan dan ke arab-araban, sayapun ingin ikutan memberi nama anak saya dengan bahasa Arab. Akhirnya munculah ide menambahi Alhamdulillah, jadilah Alhamdulillah Rejeki Hari Ini," paparnya.

Kontributor : Julianto

Load More