Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 11 Februari 2020 | 17:04 WIB
Sejumlah pekerja di salah satu tempat peternakan babi di Dusun Gancahan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman mengangkut babi untuk dikirim ke luar kota, Selasa (11/2/2020). - (Saura.com/Baktora)

SuaraJogja.id - Munculnya virus African Swine Fever (ASF), atau Flu Babi Afrika, yang menyerang babi di sejumlah wilayah Indonesia, membuat geger masyarakat dan pengusaha olahan hewan tersebut. Setelah membunuh ratusan babi di Bali dan Sumatra Utara, merebaknya virus yang berasal dari family Asfarviriade ini membuat peternak babi di wilayah DIY makin waspada.

Ana, salah seorang pengusaha ternak babi di wilayah Dusun Gancahan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, mengungkapkan bahwa di Sleman sendiri belum ada babi yang mati lantaran virus ASF.

"Memang di luar Jawa virus itu [ASF] sudah menyebabkan babi mati. Namun, hingga saat ini babi yang saya pelihara tidak ada yang terserang virus tersebut," ungkap Ana saat ditemui di lokasi peternakannya, Selasa (11/2/2020).

Ana menjelaskan, pihaknya lebih waspada lagi untuk menjaga kesehatan babi miliknya. Sejumlah obat dan vaksin disuntikkan untuk membuat daya tahan hewan-hewan tersebut lebih kuat.

Baca Juga: Positif Benzo, Lucinta Luna Ngotot Berkelit Obat Diduga Ekstasi ke Polisi

"Pemberian disinfektan sebanyak dua kali sehari di dalam kandang kami lakukan tiap hari. Itu wajib untuk menjaga babi dari penyakit. Tentunya pemberian vaksin kami lakukan agar babi tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit," terang Ana.

Wanita yang tergabung dalam Asosiasi Karya Tunggal DIY (Peternak Babi) itu mengaku bahwa pemerintah sudah menyosialisasikan pentingnya untuk lebih ketat menjaga hewan ternak babi.

"Mereka sudah mengimbau kami untuk menjaga kesehatan babi [usai muncul ASF]. Pemberian makan, disinfektan, dan vaksin terus kami lakukan," terangnya.

Sejumlah pekerja di salah satu tempat peternakan babi di Dusun Gancahan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman mengangkut babi untuk dikirim ke luar kota, Selasa (11/2/2020). - (Suara.com/Baktora)

Disinggung dari mana pihaknya mengambil babi untuk diperjualbelikan, Ana mengaku mengambil dari wilayah lokal Sleman.

"Jadi kami mengambil dari lokalan saja [Sleman]. Kami tidak mengambil dari luar Jawa karena biaya dan pengirimannya yang jauh," ungkap dia.

Baca Juga: Nama Kampungnya Tercemar, Warga Sambirejo Geram pada SS yang Jual Istri

Dalam dua minggu sekali, pihaknya mengirim babi ke Jakarta. Sekali pengiriman, jumlah babi mencapai 70 ekor.

"Kami mengirimnya dalam partai besar ke Jakarta, bukan ke wilayah DIY, karena memang pasar kami di Jakarta saja," terang dia.

Kendati demikian, pihaknya mengaku ada penurunan permintaan pengiriman babi lantaran virus ASF.

Pedagang olahan daging babi, Eko Samudera, saat diwawancarai wartawan di warung miliknya di Dusun Gancahan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Selasa (11/2/2020). - (Suara.com/Baktora)

"Ya mulai ada penurunan permintaan dari sana [Jakarta]. Dampaknya memang berpengaruh kepada peternak seperti kami. Namun untuk masalah apakah ada babi mati karena virus ASF di Jogja sendiri, kami belum melihat kasusnya," ungkap dia.

Salah seorang pedagang olahan babi, Eko Samudera (65), menerangkan bahwa akhir-akhir ini warung jualannya mulai sepi. Namun pihaknya tak memastikan berkurangnya pembeli lantaran penyebaran virus ASF itu.

"Akhir-akhir ini sedang sepi, tidak tahu pasti apa penyebabnya. Mungkin bisa jadi itu [ASF], tapi beberapa lalu saya memang tidak berjualan," jelasnya.

Pihaknya mengaku tak begitu was-was dengan penyebaran virus ASF yang menyebabkan babi mati.

"Tidak was-was karena memang penyebarannya baru terjadi di luar Jawa. Semoga tidak sampai merebak ke sini," ungkap Eko.

Load More