Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Kamis, 20 Februari 2020 | 14:32 WIB
Sejumlah warga sedang mencermati dan mendokumentasikan desain tol Jogja, usai sosialisasi pembangunan tol di Balai Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. - (Suara.com/Uli Febriarni)

SuaraJogja.id - Perubahan desain tol Yogyakarta-Solo di kawasan simpang empat Monumen Jogja Kembali (Monjali) berefek pada perubahan jumlah bidang terdampak di Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Dari yang awalnya hanya ada 9 bidang terdampak, kini terdata ada 79 bidang yang harus mengalah demi proyek infrastruktur pemerintah tersebut.

Kepala Desa Sariharjo Sarbini menuturkan, dengan adanya perubahan jumlah bidang terdampak itu, maka Pemdes harus berhadapan dengan proses manajemen yang sangat rawan.

"Saya tidak mau banyak berkomentar, apalagi ini terkait keberadaan sumbu imajiner. Bukan pelit [informasj] ya, tapi saya hanya memilih untuk berhati-hati," kata dia, dijumpai SuaraJogja.id di Balai Desa Sariharjo, Kamis (20/2/2020).

Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker Pelaksana Jalan Bebas Hambatan (PJBH) Tol Yogyakarta-Solo Wijayanto menjelaskan, perubahan jumlah bidang terdampak dikarenakan adanya kebutuhan pelebaran dalam desain terbaru tol, tepatnya diperuntukkan bagi sisi kanan dan kiri jalan.

Baca Juga: Opsi Pencabutan Kewarganegaraan Eks Kombatan ISIS, Menkumham: Masih Dikaji

Pelebaran itu, kata dia, dilakukan bukan tanpa tujuan, melainkan untuk mendukung adanya penggantian arus lalu-lintas, mengingat, perubahan desain tol di simpang empat Monjali, yang awalnya elevated (melayang) menjadi at grade (sejajar tanah), berdampak pada penggunaan jalan yang terlebih dulu ada.

"Jadinya kan harus ada jalan pengganti," ungkap lelaki yang kerap disapa Totok ini.

Ia menegaskan, fiksasi desain masih terus didiskusikan dan tengah diajukan kembali ke Pemda DIY. Fiksasi bukan tahapan mudah, mengingat pembangunan jalan tol di Yogyakarta juga mempertimbangkan betul fungsi sekaligus estetika.

"Yogyakarta ya ada keindahannya, kan ada Monjali juga. Jadi tol bukan sekadar yang tadinya melayang lalu turun, bukan.
Jadi ada estitika yang dipikirkan, bukan. Tapi desain pastinya ada setelah konsultasi publik," ungkapnya.

Selain itu, keberadaan jalan tol hanya akan mematikan sementara fungsi jalur lambat karena digunakan untuk mendukung proses konstruksi.

Baca Juga: Havening, Teknik Mengelola Stres yang Diterapkan Justin Bieber

Kontributor : Uli Febriarni

Load More