Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Sabtu, 22 Februari 2020 | 14:33 WIB
Sejumlah siswa SMPN 1 Turi hanyut saat kegiatan Pramuka Susur Sungai Sempor, di Dusun Dukuh, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Jumat (21/2/2020). - (ist)

"Jadi mungkin [Pak Y] menganggap itu sudah biasa," kata Fibri.

Selain tak ada persiapan serta permohonan izin ke orang tua siswa, Fibri mengatakan, Susur Sungai Sempor juga dilakukan tanpa ada izin kepala dukuh setempat.

"Padahal sudah diingatkan warga, enggak usah nyemplung, tapi ya namanya anak-anak, bagaimana sih, kalau disuruh pembinanya kan ya nurut-nurut aja," jelasnya.

Begitu sampai di Sungai Sempor, terang Fibri, murid laki-laki kelas 8 turun terlebih dahulu, diikuti para murid perempuan, yang berbaris di belakangnya.

Baca Juga: Insiden Susur Sungai SMPN 1 Turi, Mendikbud Nadiem Sampaikan Belasungkawa

Lalu, anak-anak laki-laki yang di depan merasakan tingginya air sungai. Untuk itu, mereka memperingatkan teman-temannya yang lain supaya naik lagi menjauh dari sungai.

"Yang cowok pada turun duluan, terus merasa kok airnya meninggi, jadi mereka inisiatif memberi tahu yang lain buat tidak usah lanjut dan menepi dari sungai. Di adik saya sudah sebetis, rok pramukanya jadi basah," ungkap Fibri.

Namun, karena sudah telanjur, akhirnya air makin deras, dan para siswa berusaha saling menyelamatkan dengan berpegangan pada akar pohon atau batu di dekatnya. Pasalnya, tak ada perangkat pengamanan juga yang disediakan pihak sekolah dalam kegiatan susur sungai yang mendadak di cuaca yang tak bersahabat itu.

Hingga kini, Fibri mengatakan, pihak sekolah mbelum memberi informasi lanjutan apa pun soal kegiatan belajar mengajar pascainsiden. Keberadaan Pak Y pun juga belum diketahui sampai saat ini.

Baca Juga: Pencarian Lanjutan Pelajar SMP N 1 Turi yang Hanyut

Load More