Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 01 April 2020 | 11:44 WIB
Pengemudi ojek online membawa penumpang melintas di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (17/2). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraJogja.id - Mewabahnya virus corona di DI Yogyakarta ikut berdampak terhadap pendapatan driver ojek online (ojol). Sepinya orderan dari pelanggan membuat sejumlah driver mau tidak mau harus memikirkan alternatif pendapatan untuk tetap bertahan hidup dengan kondisi saat ini.

Salah seorang driver ojek asal Sleman, Yuliyanto (39) harus terus membanting tulang untuk menghidupi keluarganya. Memanfaatkan media sosial, ia lantas menjual masker kain.  Yulianto tak lain adalah ayah dari Bagus Rifki, korban klitih pada awal November 2019 lalu. 

"Meski ada wabah ini, kami tetap narik (on bid) hanya saja hasil tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga saya mengambil jalur lain dengan menjual masker hand" terang Yuliyanto dihubungi SuaraJogja.id, Rabu (1/4/2020).

Ia menjelaskan, langkah tersebut diambil agar kebutuhan sehari-hari keluarganya tetap terpenuhi. Masker berbahan kain yang dibuat oleh salah satu pabrik itu, dia jual melalui media sosial.

Baca Juga: Miris, PMI Alami Kekurangan Stok Darah 70 Persen Sejak Pandemi Corona

"Akun-akun Facebook dan WhatsApp yang saya miliki dimanfaatkan untuk berjualan. Saya juga cukup aktif membagikan informasi di dua jejaring media sosial itu. Responnya memang ada, meski tidak banyak yang membeli dalam sehari tetap ada yang memesan untuk dikirim," kata dia.

Yuliyanto membeberkan, satu masker yang dia jual seharga Rp5 ribu. Keuntungan yang ia ambil per masker yang terjual sebesar  seribu rupiah. Ia sudah memesan empat kotak, yang masing-masing berisi 40 buah masker.

"Ya hitung-hitung jadi penopang hidup di saat keadaan seperti ini. Jadi ketika ada peluang, saya berusaha untuk memanfaatkan. Artinya untuk kebutuhan hidup di tengah virus Corona ini," katanya.

Tidak hanya Yulianto, driver ojol lain asal Sanggrahan, Umbulharjo, Gatot Indra (48) juga memanfaatkan momen ini dengan memanfaatkan keahliannya dalam mitigasi bencana.

"Saya juga sebagai relawan SAR di Yogyakarta. Selama wabah ini saya juga diminta untuk memberi penyuluhan kepada warga untuk menanggulangi penyebaran Corona itu. Dari situ saya mendapat tambahan uang untuk bisa memenuhi kebutuhan," kata Gatot.

Baca Juga: Jasad Pasien Corona di Banyumas Ditolak Warga, Ganjar: Ini yang Terakhir

Kedua driver ini mengaku, semenjak virus corona mewabah, dalam sehari order paling banyak yang bisa ia peroleh hanya tiga order saja, bahkan bisa kurang dari itu. Padahal sebelum virus mewabah, mereka bisa melakukan trip delapan hingga sepuluh kali.

Load More