Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Senin, 06 April 2020 | 16:54 WIB
Ilustrasi rapid test virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

Baru pada 8 maret 2020 malam, yang bersangkutan merasakan keluhan demam serta nyeri persendian. Namun, remaja ini tidak langsung berobat dulu karena keesokan harinya harus kembali ke SPN Selopamioro untuk mengikuti kegiatan di sana.

Setelah pulang ke rumah, baru malam harinya ia memeriksakan diri ke RS Panti Rahayu dan di IGD dilakukan tes. Kemudian tanggal 10 Maret 2020 yang bersangkutan masih di rumah, dan tanggal 11 cek di RS Panti Rahayu. Tanggal 12 Maret 2020, ia ada kegiatan rutinitas olahraga sampai GOR atau Stadion Handayani.

"Yang bersangkutan itu merasa sehat, sehingga terus beraktivitas. Bahkan tanggal 19 maret 2020 dimulai tes kesehatan di Brimob Baciro sampai tanggal 24," papar Dewi.

Baru kemudian tanggal 24 maret 2020, remaja tersebut merasakan gejala yang agak berat, yaitu sesak napas, dan tanggal 25 Maret, meskipun masih merasakan hal yang sama, tetapi keluhan tersebut diabaikan. Baru pada tanggal 26 maret 2020 ia periksa ke poliklinik, kemudian dibawa ke RS Bhayangkara untuk menjalani isolasi karena statusnya Pasien Dalam Pengawasan (PDP).

Baca Juga: Satu Keluarga Terinfeksi Corona, Warga Sawah Besar Jakpus Batasi Aktivitas

Tanggal 31 Maret 2020, sempat dilakukan rapid test, dan hasilnya negatif. Saat itu kondisinya membaik, sehingga oleh pihak rumah sakit sudah diperkenankan untuk pulang ke Gunungkidul. Namun, saat itu hasil swab-belum keluar, sehingga tidak diketahui apakah pasien ini positif atau tidak.

"Hasil laboratorium swab baru keluar tanggal 4 april 2020 dan dinyatakan positif," ungkap Dewi.

Tanggal 6 April 2020 ini, pihaknya sudah mendatangi kediaman yang bersangkutan untuk melakukan contact tracking dan imengedukasi apakah bersedia melakukan isolasi mandiri atau dirawat di rumah sakit agar tidak menimbulkan risiko. Sore ini kemungkinan yang bersangkutan akan dijemput dan dirawat di RS Panti Rahayu, kata Dewi.

Pihaknya juga melakukan pemeriksaan kontak yang ada di rumah pasien tersebut. Sudah ada tujuh orang yang dilakukan contact crossing, di mana semuanya tidak ada keluhan. Rapid test pun sudah dilakukan kepada empat orang: ayah, ibu, adik, dan asisten rumah tangga (ART). Hasilnya negatif semua.

"Tiga orang akan kita telusuri. Namun yang satu, yaitu simbahnya, ada di Jakarta. Jadi untuk sementara baru dua orang yang akan kita telusuri," kata Dewi.

Baca Juga: Komisi VI Sosialisasi Masker Non-Medis untuk Masyarakat

Kontributor : Julianto

Load More