Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Kamis, 09 April 2020 | 14:48 WIB
Seminar proposal tesis daring Rangga Kala Mahaswa, mahasiswa S2 UGM, Rabu (8/4/2020). - (dok Humas UGM)

SuaraJogja.id - Pagi itu, Rabu (8/4/2020), seorang mahasiswa S2 Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) sudah tampak rapi mengenakan kemeja putih dan dasi, lengkap dengan jas hitam. Namun, ia tak bersiap untuk pergi ke mana-mana, melainkan duduk di depan laptopnya dalam kamar kontrakannya di Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.

Rangga Kala Mahaswa, nama mahasiswa itu, hendak menjalani seminar proposal tesisnya. Ia pun membaca-baca kembali materi yang akan ia presentasikan.

Seminarnya dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Webex. Tepat pukul 10.00 WIB, seminar tersebut akhirnya dimulai. Dari layar laptopnya ia bisa menatap wajah tiga dosen pengujinya yang berada di tempat tinggal masing-masing.

Sekitar 40 menit berlalu, seminar pun usai. Rangga menyatakan bahwa presentasi dan seminarnya berjalan lancar tanpa hambatan. Ia juga mampu menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan para dosen penguji kepadanya.

Baca Juga: Mengulik Keterkaitan Renjana, Unggahan Aura Kasih untuk Glenn Fredly

Rangga menjelaskan bahwa seminar tersebut digelar secara daring sesuai instruksi dari Rektor UGM untuk membatasi aktivitas di kampus sehubungan dengan pandemi COVID-19. Lantas, semua aktivitas akademik di UGM, termasuk seminar proposal maupun sidangnya, dilakukan secara daring.

Menurut keterangan Rangga, dipilihnya Webex sebagai medium kegiatan akademiknya juga merupakan arahan dari Fakultas Filsafat UGM. Ia mengatakan, tim IT dari fakultasnya itulah yang telah menyiapkan seminarnya melalui Webex, sehingga dirinya tinggal menyiapkan berbagai peralatan pendukung, seperti laptop yang disertai webcam, headset, dan tentu saja koneksi internet.

Rangga menilai, internet adalah salah satu faktor penentu kelancaran seminar daringnya yang paling vital. Pasalnya, ia juga telah merasakan sendiri pengalamannya mengajar sebagai asisten dosen selama ini. Selama pandemi COVID-19, sebagai asisten dosen Epistemologi dan Filsafat Teknologi, Imam Wahyudi, Rangga telah empat kali membantu perkuliahan daring melalui Webex.

"Banyak mahasiswa yang akhirnya tidak bisa mengikuti perkuliahan secara optimal karena masalah koneksi internet. Mereka mengeluh koneksi yang jelek. Hal itu sebenarnya wajar saja karena jangkauan internet di Indonesia beragam, tergantung operator yang mereka pakai," terang Rangga, dikutip dari rilis Humas UGM.

Kendati demikian, Rangga tetap merasakan bahwa pembelajaran tatap muka secara langsung lebih berkualitas daripada daring.

Baca Juga: Menko PMK Bahas Rencana Pergeseran Libur Idul Fitri 2020 Sore Ini

"Pembelajaran daring mengurangi interaksi dan gerak peserta maupun pengisinya. Agak capai juga karena harus pakai headset dan duduk terus, sehingga kurang nyaman. Selain itu, ketika tatap muka tidak perlu menyiapkan peralatan juga, semua sudah disiapkan dari kampus. Kita juga tidak perlu was-was koneksi terputus," jelas Rangga.

Karena itulah, Rangga berharap ujian tesisnya kelak dapat dilaksanakan secara tatap muka langsung dan tentu saja pandemi ini segara berujung.

"Tidak hanya karena ingin ujian itu berjalan lebih interaktif, tetapi saya juga ingin harap wabah ini segera mereda. Tentu saya mendukung physical distancing dan work from home (WFH), tapi semakin lama tidak baik bagi kesehatan mental," tutur Rangga.

Tak hanya Rangga, Sonjoruri Budiani Trisakti, salah seorang penguji seminar proposal tesis Rangga, menyatakan bahwa para dosen sebenarnya mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan akademik secara daring. Salah satu sebabnya, kata dia, banyak dosen yang usianya sudah tua dan kesulitan beradaptasi dengan teknologi masa kini.

Di samping itu, wanita paruh baya yang akrab disapa Ruri ini mengatakan, para dosen juga mengeluhkan koneksi internet, sama seperti mahasiswa. Namun, ia menambahkan, mau tak mau dosen harus berusaha beradaptasi demi kebaikan bersama, termasuk mahasiswanya.

"Work from home tidak bisa menjadi alasan kita untuk bermalas-malasan. Memang suasananya tidak seformal ketika tatap muka, tapi bukan berarti tidak serius, termasuk menjadi penguji seminar tadi pun harus kami lakukan. Jika ditunda, kasihan mahasiswa yang masa studinya juga harus tertunda," pungkas Ruri.

Load More