Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Rabu, 15 April 2020 | 21:30 WIB
Embung Nglanggeran, Yogyakarta (Wikimedia Commons)

SuaraJogja.id - Sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung sebagian masyarakat Gunungkidul kini lumpuh. Agar para pelaku wisata bisa tetap survive melewati masa pandemi corona, Dinas Pariwisata mendorong para pelaku usaha untuk mencari peluang usaha baru guna mencukupi kebutuhan ekonomi.

Heru Purwanto, Bidang Pemasaran Pokdarwis Desa Wisata Nglanggeran mengaku sekarang memulai usaha pembuatan roti untuk memenuhi pendapatannya dan keluarga sehari-hari. Sebab bisnis makanan masih mampu menghasilkan di tengah situasi ini.

"banyak warga yang tinggal di rumah sehingga kebutuhan makanan akan meningkat,"tutur Heru, Rabu (15/4/2020) di Nglanggeran.

Heru mengungkapkan, banyak pelaku wisata yang saat ini beralih profesi agar tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selama ini sebagian besar warga Nglanggeran menggantungkan hidup pada wisata di Nglanggeran. 

Baca Juga: Boyong Keluarga di Dunia Game, Begini Serunya Raditya Dika Main The Sims 4

Sebagian dari mereka kini beralih ke pertanian dan perkebunan agar tetap ada pendapatan, dan tidak sedikit pula yang berjualan seperti dirinya. 

Hal ini menjadi pilihan karena mereka mengaku, mencari pekerjaan pun sulit di masa pandemi seperti saat ini. HSerupa seperti yang diungkapkan oleh Ketua Pokdarwis Telaga Jonge, Yudhi Prasetyo.

Ia mengatakan saat ini sama sekali tak ada aktivitas di tempat wisata yang berada di Desa Pacarejo, Semanu tersebut. 

"Para anggota hanya datang ke telaga untuk pemeliharaan rutin,"paparnya. 

Menurutnya, banyak anggota Pokdarwis yang kembali mengurus sawah selagi wisata ditutup. Bahkan, ia menyebut tidak sedikit yang terpaksa menganggur. Ia merasa kasihan dengan rekan-rekannya karena sudah tidak ada hasil lagi yang diharapkan.

Baca Juga: Ancam Polisikan Akun Gosip, Dewi Perssik Malah Disalahkan Warganet

Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul, Harry Sukmono mengungkapkan sebanyak 42 obyek wisata yang ada di wilayah ini telah dinyatakan ditutup sejak tanggal 23 Maret lalu.

"Akibat kunjungan wisata sama sekali tidak ada maka ribuan wisata menganggur,"ujarnya.

Sebanyak 3.635 pelaku wisata pun juga mengalami dampak. Hitungan kerugian yang dialami selama penutupan obyek wisata ditengah pandemi corona sampai bulan Mei saja mencapai Rp 100 miliar rupiah

Namun jika dihitung hingga bulan Mei 2020 mendatang. Jika nantiya kondisi belum membaik, potensi kerugian sampai dengan Desember 2020 bisa mencapai Rp 500 milyar rupiah. Hal tersebut sudah memperhitungkan dampak berlipat dari sektor pariwisata.

Kontributor : Julianto

Load More