Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Selasa, 21 April 2020 | 17:20 WIB
Kisah perjuangan perempuan 70 tahun penyintas COVID-19 di RSA UGM - (Kompas TV, Facebook/Fransiska Ncis)

SuaraJogja.id - Perjuangan berat dihadapi oleh seorang perempuan 70 tahun di Jogja yang sempat dinyatakan positif COVID-19. Pengalaman itu diceritakan di Facebook oleh akun Fransiska Ncis, putrinya.

Melalui unggahan pada Sabtu (18/4/2020) itu, Fransiska menceritakan perjuangan yang harus dilalui ibunya sejak merasakan gejala penyakit yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2 itu. Ia menyebutkan bahwa kesembuhan sang ibu saat ini tak lepas dari kepasrahan dan kedisiplinannya selama menjalani isolasi di Rumah Sakit Akademik Universiats Gadjah Mada (RSA UGM).

"Saya tinggal di Jakarta dan Ibu di Jogja. Hingga suatu ketika, saya sedang berada di Jogja, Ibu sakit. Kita bawa ke salah satu rumah sakit, dicek darah dan divonis kena TYPUS, dan dipersilakan rawat jalan, tidak perlu rawat inap. Dari RS kita bawa istirahat ke tempat anak sulungnya, supaya bisa dipantau dan dirawat," tulisnya.

Beberapa hari setelahnya, lanjut Fransiska, dirinya kembali ke Jakarta dan tetap memantau kondisi ibunya dari jauh. Menurut keterangannya, meski telah meminum obat secara rutin dari dokter, sang ibu tak kunjung sembuh hingga akhirnya diperiksakan di rumah sakit lain.

Baca Juga: Detik-detik Pembantaian Satu Keluarga Tenaga Medis Purwakarta

"Singkat cerita, Ibu divonis Infeksi Paru atau Pneumonia. Tapi suasana dokter dan perawat menunjukkan kekhawatiran bahwa Ibu bisa jadi mengarah ke covid (dan berita ini ternyata didengar oleh banyak saudara dan warga desa di tempat tinggal Ibu, MUNGKIN karna info dari anak sulung juga yang menceritakan ke satu orang dan menyebar, sehingga muncul sedikit kepanikan)," ungkap Fransiska.

Lantas, ibu Fransiska dicarikan rujukan rumah sakit yang ruang isolasinya masih tersisa. Akhirnya, ibu Fransiska diisolasi di RSA UGM dengan diagnosis yang masih sama -- pneumonia.

Selama ibu Fransiska beberapa hari dirawat di RS tersebut, pihak RS mengambil sampel swab-nya untuk diperiksa di laboratorium di Jakarta. Namun, meski hasil uji lab belum keluar, ia diperbolehkan pulang karena kondisinya sangat membaik, sehat, dan segar.

Kisah perjuangan perempuan 70 tahun penyintas COVID-19 di RSA UGM - (Facebook/Fransiska Ncis)

Namun, beberapa hari setelah dirawat di rumah, seorang warga di lingkungan rumah kontrakan ibu Fransiskan mengirim pesan WhatsApp bahwa ada petugas puskesma yang datang mencarinya.

"Saya tanya ada apa? Ternyata dia bilang bahwa Ibu POSITIF covid. Saya kaget dan sedikit emosi. Kenapa emosi? Ya kenapa berita itu malah sampai lebih dulu ke warga, bahkan keluarga saja belum melihat surat hasil tertulisnya. Ketika saya telusuri, rumah sakit yang mengirim sampel Ibu sajapun ternyata belum tahu hasilnya. Beberapa hari kami sempat ribut, panik dan marah karna masalah ini (ini sulit saya ceritakan). Karena kejelekan puskesmas yang sembarangan menyebar berita di desa, warga desa jadi MENOLAK IBU. My heart [emoji patah hati]," tulis Fransiska.

Baca Juga: Dukung Tenaga Medis Covid-19 Lewat Lagu, Prilly Latuconsina Raih MURI

Meski begitu, keluarga Fransiska memilih untuk memfokuskan perhatian pada kesehatan sang ibu, yang kemudian kembali dibawa ke RS. Di sana, kata Fransiska, ibunya dirawat tanpa diinfus. Bahkan para dokter dan perawat yang merawat ibunya tak memakai alat pelindung diri (APD).

"Dokter yakin, Ibu sehat dan sembuh. Dokter selalu bilang: "Ibu itu sehat, saya yakin. Coba lihat kami semua sekarang, merawat ibu tanpa APD, Ibu juga tidak diinfus. Ibu di sini karna kita mau sample swab terakhir untuk mencari hasil NEGATIF." Bahkan dokter sempat bilang, Ibu bisa menjadi donor Plasma untuk orang yang sakit, karna imun Ibu baik sekali," jelas Fransiska.

Ia menambahkan, selama dirawat di RS, ibunya tetap menunjukkan suasana hati yang bahagia dan bahkan selalu mencuci sendiri bajunya di kamar, hingga akhrinya dinyatakan negatif virus corona pada hasil swab kelima dan keenam.

"Puji Syukur, kami ucapkan pertama kepada Tuhan Yesus, sang empunya kekuatan yang melebihi kekuatan manusia. Lewat perpanjangan tangannya melalui para dokter, perawat dan petugas lainnya.

Teman-teman bisa bayangkan bila menjadi saya. Seorang anak, yang TIDAK BISA MENEMANI ibunya di Jogja sana, yang sakit dan dirawat berminggu-minggu, karena alasan banyak hal, dimulai dari jenis sakit Ibu, peraturan orang Jakarta yang diperketat jangan mudik, dll dll," tulis Fransiska.

Dirinya menceritakan pula, selama di rumah sakit, ibunya mengisi waktu dengan berkreasi membuat lagu dan pusi untuk dokter di kamar isolasinya. Dalam liputan Kompas TV, pasien COVID-19 yang sudah sembuh itu juga sempat menyanyikan lagu ciptaannya di depan kamera.

Fransiska melanjutkan, kini ibunya sudah sembuh berkat kedisiplinan dan ketabahannya menghadapi penyakit tersebut. Kendati demikian, tetangga tetap menolak ibunya, yang lantas kembali membuat sedih hati Fransiska.

"Para warga di desanya tetap MENOLAK kehadiran Ibu, padahal anak sulung Ibu sudah menyebarkan surat SEMBUH dari Rumah Sakit. Ini sangat menyayat hati saya. Di saat saya selalu melakukan aksi sosial dan kemanusian untuk sesama, ibu saya sendiri diperlakukan tidak manusiawi, tapi Ibu tetap tegar, kuat. Dari hati beliau, tetap memaafkan semua orang yang memperlakukannya secara tidak adil," ungkapnya.

Ia pun tersentuh dengan hati pemaaf sang ibu dan memilih untuk turut meneladaninya. Fransiska juga menyampaikan ungkapan terima kasih pada para tenaga medis yang telah merawat ibunya.

Dalam unggahannya di Facebook, Fransiska menyertakan pula lirik lagu ciptaan sang ibu. Bahkan, kata dia, dr Didit dari RSA UGM telah menambahkan aransemen untuk lagu tersebut.

"Terima kasih kepada kalian para tenaga medis yang sudah sangat mencintai dan merawat Ibu saya selama dirawat.

Ini ada persembahan lagu ciptaan ibu saya dan akhirnya diarransemen oleh Dokter Didit RSA UGM, untuk kalian semua para tenaga medis di seluruh dunia (bisa didengar memakai headset). Semoga menjadi penyemangat kalian bertugas. Kalian adalah kebaikan dari perpanjangan tangan Tuhan. Terima kasih.

Dan kepada semua warga bahkan saudara, yang mempunyai ketegaan hati menolak kehadiran Ibu, terima kasih juga, dari kalian kami belajar apa itu artinya sabar, pasrah dan mengampuni.

Semoga secuil kisah ini, menjadi motivasi dan pelajaran bagi kita semua.

Salam,
Fransiska Ncis," tutupnya.

Load More