Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Kamis, 30 April 2020 | 13:10 WIB
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono meninjau pembangunan RSA UGM, Rabu (29/4/2020). [Antara/Humas UGM]

SuaraJogja.id - Didampingi Rektor UGM Panut Mulyono dan Direktur RSA UGM Arief Budiyanto, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau pembangunan dua gedung baru untuk penanganan khusus pasien COVID-19 di Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, Rabu (29/4/2020).

"Saya ke sini atas permintaan pak rektor dan surat keputusan Gubernur DIY bahwa RSA sebagai sebagai RS rujukan covid, dua gedungnya akan digunakan penanganan covid. Ada tiga daerah yang minta, selain DIY, ada Lamongan juga," kata Basuki, melansir Antara.

Dalam kesempatan tersebut, ia mengatakan gedung darurat Covid-19 itu akan menyediakan 107 kamar untuk isolasi ICU dan ruang rawat inap.

Basuki menuturkan, pembangunan gedung darurat Covid-19 di RSA UGM tidak memerlukan waktu lama karena sudah ada konstruksi bangunan yang dibangun sejak 2010.

Baca Juga: Langgar Larangan Mudik, 340 Kendaraan 'Diusir' dari Bogor

"Sudah uji teknis, beberapa struktur perlu penguatan strukturnya. Sementara panel sudah ada dan perlatan medis sudah siap. Semua sesuai rekomendasi kemenkes," katanya.

Pembangunan dua gedung baru dimulai sejak 20 April 2020. Meski demikian, selama dalam sembilan hari pengerjaan tingkat kemajuan penyelesaian pembangunan mencapai 28 persen.

"Sesuai dengan jadwal tanggal 27 Mei akan sudah bisa dimanfaatkan dan mulai bisa beroperasi," kata dia.

Basuki menyampaikan, pembangunan gedung darurat penanganan pasien Covid-19 ini tidak berbeda jauh dengan pembangunan rumah sakit darurat Covid-19 di Pulau Galang, Kepulauan Riau.

"Di Pulau Galang ada 340 bed, sekarang terisi 150-an. Namun kita harus siap jika yang masuk lebih banyak, kalau sedikit justru alhamdulillah. Mudah mudahan bisa terlayani," katanya.

Baca Juga: Hamil Besar, Katy Perry Ngidam Makan Semangka Tengah Malam

lebih lanjut, pembangunan RS ini memang mengharuskan penyedia jasa dan kontraktor melaksanakan pembangunan lebih cepat namun tidak mengurangi kualitas dari bangunan yang dihasilkan.

“Semua sesuai standarisasi dan metodologi kerja lebih cepat. Sudah sesuai dengan kontrak kerjanya," kata dia.

Ditemui di kesempatan yang sama, Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan, dua gedung baru yang digunakan untuk penanganan pasien Covid-19 ini merupakan bekas gedung yang tertunda pengerjaannya sejak 10 tahun lalu.

"Kami berharap gedung ini segera dimanfaatkan untuk penanganan dan penanggulangan Covid-19," katanya.

Saat pandemi Covid-19 selesai gedung baru ini akan dimanfaatkan sesuai perencanaan semula untuk penanganan penyakit menular di RSA UGM.

Direktur RSA dr Arief Budiyanto mengatakan pembangunan dua gedung darurat Covid-19 ini akan diselesaikan dalam waktu kurang lebih satu bulan ini dikerjakan dalam masa pandemi virus corona. Namun demikian gedung tersebut nantinya diharapkan bisa membantu penanganan pasien Covid-19 di DIY dan sekitarnya.

"Pembangunan gedung ini berlangsung cepat. Apalagi RSA ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan covid. Sejak 17 maret lalu, sudah ada 1.197 pasien yang kita periksa," katanya.

Sejak awal masa pandemi, RSA UGM merawat empat pasien positif Covid-19. Tiga diantaranya sudah dinyatakan sembuh, dan satu pasien dalam masa perawatan.

Selain itu, Basuki juga menegaskan pentingnya aspek kesehatan dan keselamatan 300 pekerja konstruksi RSA UGM untuk tetap dikedepankan dengan mengikuti protokol pencegahan Covid-19 secara ketat.

"Jangan sampai kita membangun Rumah Sakit malah pekerja konstruksi kita ada yang terpapar Covid-19," tegas Menteri Basuki dalam keterangan tertuli.

Menteri Basuki juga mengingatkan untuk menjaga kerapihan dan keselamatan kerja, termasuk bagi 300 pekerja yang terlibat.

Load More