SuaraJogja.id - Dugaan kekerasan seksual yang dilakukan oleh Ibrahim Malik alias IM, alumnus Universitas Islam iIndonesia (UII), kepada beberapa mahasiswi di lingkungan kampus, memasuki babak baru. Koalisi Peduli Perempuan mendesak supaya beasiswa pendidikan S2 Master of Urban Planning di University of Melbourne yag diterima Ibrahim dicabut.
"Kami telah mengirimkan laporan hasil petisi online pada pihak pemerintah Australia terkait dugaan kasus pelecehan atau kekerasan seksual yang dilakukan terduga Ibrahim Malik. Korban dalam kasus ini setidaknya ada sekitar 30 perempuan baik di Yogyakarta atau Melbourne. Melalui petisi online [change.org], dari petisi tersebut kami mendesak pencabutan beasiswa terduga pelaku yang sekarang menempuh S2 Master of Urban Planning di University of Melbourne," kata perwakilan Koalisi Peduli Perempuan, Retno Agustin, melalui rilis yang diterima SuaraJogja.id, Rabu (13/5/2020).
Ia menjelaskan bahwa dalam enam hari, sejak dikeluarkan pada tanggal 7 Mei 2020, petisi ini mendapat dukungan publik hingga memperoleh tanda tangan yang mencapai angka 10.334. Empat orang pengaju petisi ini merupakan alumni dari beasiswa Australia Award Indonesia (AAI).
"Petisi ini merupakan kegelisahan kami tentang adanya dugaan praktik kekerasan dan tidak adanya penghormatan pada hak asasi perempuan yang dilakukan oleh salah satu awardee yang saat ini masih berada di Melbourne dengan dukungan beasiswa AAI," lanjut dia.
Retno menambahkan, sebelum petisi tersebut dibuat, pihaknya telah melayangkan surat kepada penyedia AAI berisi tuntutan agar pihak terkait mengambil sikap tegas atas dugaan kekerasan seksual yang dilakukan Ibrahim.
"Pertama AAI harus melakukan aksi nyata dengan melakukan investigasi dugaan pelecehan atau kekerasan seksual yang dilakukan oleh terduga Ibrahim Malik. Kedua memberikan pendampingan psikologis dan hukum kepada beberapa penyintas yang merupakan alumni atau awardee Australia Award Indonesia, mengingat mereka mengalami kekerasan seksual ini saat mendapatkan beasiswa AAI di Melbourne," ujarnya.
Ia juga meminta agar keadilan bagi penyintas dapat ditegakkan sesuai dengan hukum yang berlaku. Dengan demikian, AAI harus membangun koordinasi dengan LBH Yogyakarta, selaku perwakilan penyintas di Indonesia, Komnas Perempuan Indonesia, University of Melbourne, dan komunitas Indonesia di Australia.
"Kami juga meminta AAI menerapkan zero tolerance pada perilaku pelecehan seksual dengan mencabut beasiswa serta merekomendasikan pencabutan visa terduga pelaku setelah melakukan investigasi internal tanpa harus menunggu tahapan hukum di Indonesia atau Australia selesai. Hal ini sesuai dengan kontrak antara pemberi dan penerima beasiswa bahwa pihak AAI berhak menghentikan beasiswa apabila penerima beasiswa melakukan tindakan yang melampaui batas yang dapat diterima di Australia," katanya.
Terakhir, lanjut Retno, AAI juga harus memastikan penerima beasiswa mendatang berprespektif keadilan gender, anti-kekerasan, dan menghormati hak asasi perempuan.
Baca Juga: Bank BJB Raih Indonesia Corporate PR Award 2020
Lantaran pengusutan kasus ini dinilai akan menemui kendala karena pandemi Covid-19, Retno berharap dukungan dan komitmen dari pihak bersangkutan dengan ikut mengawal kasus tersebut lebih serius, mengingat sistem hukum di Indonesia belum berpihak kepada korban kekerasan seksual.
Berita Terkait
-
Kekerasan Seksual UII Disoroti Media Asing, IM Juga Dilaporkan di Melbourne
-
Alumnus UII Terduga Pelaku Pelecehan Seksual Bantah Semua Tuduhan
-
Pengakuan Dua Korban Dugaan Pelecehan Seksual Alumnus UII di Melbourne
-
Sederet Kasus Kekerasan Seksual di Kampus Yogyakarta, Bukan Cuma UII
-
UII Bakal Cabut Gelar Mawapres Alumnus yang Diduga Pelaku Pelecehan Seksual
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
Terkini
-
Warisan Leluhur di Tangan Anak Muda: Bagaimana Bantul Bangkitkan Pariwisata Budaya?
-
Bupati Sleman Janji Bonus Atlet Porda 2025 Lebih Besar dari Tahun Lalu
-
Dari Sampah Berubah Berkah: Hotel Tentrem Jogja Sulap Limbah Organik jadi Pupuk Cair
-
Danais DIY Triliunan Sia-Sia? Aliansi Gerakan Nasional Minta UU Keistimewaan Dihapus, Ini Alasannya
-
Diskominfo Sleman Gandeng Polisi Usut Peretasan CCTV Kronggahan Berunsur Provokatif