SuaraJogja.id - Belum lama ini, Miftah Maulana Habiburrahman atau yang dikenal dengan panggilan Gus Miftah mengkritisi sikap masyarakat atau warganet yang menganggap Islam Nusantara bertentangan dengan Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam.
Ia menyoroti tanggapan warganet berkaitan dengan unggahannya sebelumnya, dalam unggahan tersebut Gus Miftah menampilkan gambar ketupat bersamaan dengan lebaran ketupat.
"Salah satu tradisi Islam nusantara adalah lebaran ketupat atau bakdo kupat. Kupat itu Ngaku lepat, mengakui kesalahan. Biasanya dilaksanakan tanggal 7 di bulan Syawal, tradisi yang Sangat bagus untuk di lestarikan. Bagaimana di kampungmu masih ada tradisi ini? Kalau ditempat mu namanya lebaran apa?" tulis Gus Miftah dalam unggahan pada tanggal 30 Mei lalu.
Namun, nampaknya ada yang tidak setuju dengan istilah Islam Nusantara yang dituliskan Gus Miftah dalam unggahannya. Menanggapi hal tersebut, Gus Miftah beranggapan, masing-masing golongan berhak memiliki istilah masing-masing.
"Assalamualaikum warohamtullahi wabarokatuh, saudaraku gara-gara kemarin saya posting lebaran ketupat adalah merupakan tradisi Islam Nusantara, saya banyak dibully. Katanya, gak ada Islam Nusantara, itu kan Islam yang bertentangan dengan Islam Rahmatan Lil Alamin," ungkapnya dalam unggahan video di akun Instagramnya.
Lebih jauh, ia menyebut, golongan lain juga memiliki istilah dalam menamai istilah "Islam-nya", seperti Ikhwanul Muslimin yang memiliki istilah Islam Kaffah atau Muhammadiyah dengan Islam berkemajuan. Ia juga menyebut Islam 212 yang menurutnya istilah palng baru.
"Saudaraku, semuanya punya istilah masing masing kok. PKS punya istilah Islam terpadu, Ikhwanul Muslimin punya istilah Islam Kaffah, Muhammadiyah punya istilah Islam berkemajuan, Nahdlatul Ulama punya istilah Islam Nusantara. Bahkan sekarang yang terbaru ada yang mengaku Islam 212," ujar Gus Miftah.
Namun, ia menyayangkan sebagian masyarakat yang senantiasa menyerang istilah Islam Nusantara yang selalu digaungkan Nahdlatul Ulama. ia menganggap, seharusnya perbedaan tidak menjadi alasan untuk saling mencaci maki.
"Kalo semuanya punya istilah masing-masing, kenapa selama ini selalu yang diserang Islam Nusantara? Please deh, anda penasaran ya? Yok kita gunakan istilah masing-masing, fastabiqul khoirot, walaupun kita berbeda toh pancasila kita tetap sama. Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya lagi.
Baca Juga: Anak Gampang Beli Rokok karena Harganya Murah
Ia juga menyayangkan sikap sebagian warganet yang masih saja saling menjatuhkan di situasi pandemi virus corona yang belum juga usai.
"Kenapa saling menjatuhkan? Di situasi pandemi, tolong jangan memperburuk situasi kecuali situ as*," pungkasnya.
Tag
Berita Terkait
-
Kader Jadi Pembicara Diskusi Diteror, PP Muhammadiyah: Gejala Ala Orde Baru
-
Pengancam Mahasiswa Diskusi Pemakzulan Presiden Mengaku dari Ormas
-
Keluarga Panitia Diskusi CLS FH UGM Dapat Ancaman Pembunuhan
-
Jelang Kebijakan New Normal, PP Muhammadiyah Minta Pemerintah Transparan
-
Pesan Lebaran Ketum PP Muhammadiyah: Jangan Lengah Atas Nama Berdamai
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- Sabrina Chairunnisa Ingin Sepenuhnya Jadi IRT, tapi Syaratnya Tak Bisa Dipenuhi Deddy Corbuzier
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Dibalik Keindahan Batik Giriloyo: Ancaman Bahan Kimia dan Solusi Para Perempuan Pembatik
-
Target PAD Bantul di Ujung Mata: Strategi Jitu Siasati Pengurangan Dana Transfer Pusat Terungkap
-
Dari Kirab Kampung Hingga Pernikahan Anak Presiden: Kisah Sukses Pemuda Jogja Lestarikan Budaya Lewat Prajurit Rakyat
-
Satu Bulan Rampung? Progres Pemindahan Ratusan Makam Terdampak Tol Jogja-Solo Dipercepat
-
Rayakan HUT Balairung ke-40, Kagama Persma Soroti Bahaya Algoritma dan Krisis Kepercayaan Media