Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 03 Juni 2020 | 15:31 WIB
Foto keluarga Anita Fajar Rianti dan Edi Wundartono - (SuaraJogja.id/HO-dok Anita)

SuaraJogja.id - Niat masyarakat Kabupaten Kulon Progo untuk menunaikan rukun Islam yang kelima tahun ini harus rela mengalami penundaan. Hal ini menyusul keluarnya Keputusan Menteri Agama (KMA) 494/2020 tentang pembatalan badah haji 2020 karena kendala pandemi Covid-19.

Kulon Progo sendiri memiliki 254 orang jemaah haji yang sebenarnya siap diberangkatkan tahun ini. Tidak sedikit yang menyambut baik keputusan ini meskipun menyisakan ada perasaan kecewa karena harus menunda setahun lagi untuk berangkat haji.

Seperti yang dirasakan salah satu calon jemaah haji asal Kulon Progo, Anita Fajar Rianti (37), warga Kalurahan Depok, Kapanewon Panjatan, ia mengatakan harus tetap ikhlas menerima keputusan tersebut.

"Dari Ramadan sudah sangat berharap bisa berangkat untuk ibadah haji tahun ini karena memang sudah menunggu sekitar sembilan tahun," ujar Anita, dihubungi SuaraJogja.id melalui sambungan telepon, Rabu (3/6/2020).

Baca Juga: Cerai dari Krisdayanti, Anang Hermansyah Cuma Pegang Duit Rp 10 Juta

Anita mengaku sudah membayangkan jika keberangkatan hajinya tahun ini akan ditunda kembali. Namun dalam hati kecilnya ia masih tetap berharap ada secercah titik terang untuk tetap bisa berangkat.

"Kami nunggu pas puasa itu sampai makin ke sini belum ada kabar, sempat khawatir akan ditunda. Kami berpikir kalau memang ditunda, itu juga sudah yang terbaik untuk kita semua walaupun kita sudah sangat pengin untuk ke sana," ungkapnya.

Anita tidak memungkiri adanya kekecewaan yang ia rasakan akibat pembatalan tersebut. Pasalnya, ia dan suami sudah melakukan semua persiapan yang diperlukan jauh-jauh hari, mulai dari mengikuti manasik sejak 2018, meningkatkan ketahanan fisik dengan rutin jogging seminggu tiga kali, menyiapkan perlengkapan yang akan dibawa, hingga menyelesaikan segala administrasi yang diperlukan.

"Seragam tinggal nunggu jadi, oleh-oleh belum beli juga karena masih nunggu ditunda atau tidaknya kemarin, eh malah benar ditunda," jelasnya.

Diungkapkan Anita, ia dan suaminya, Edi Wundartono (37), sudah mendaftar haji sejak 2011 silam. Sebenarnya mereka sudah dijadwalkan untuk berangkat pada 2019 lalu. Namun karena sang suami, yang berprofesi sebagai polisi, harus mengikuti pendidikan lanjutan, maka mereka memutuskan menunda setahun untuk berangkat.

Baca Juga: Polisi Polsek Rambutan Tembak Kepala Sendiri di Rumah Orangtua

Jadi, di 2020 ini merupakan penundaan keberangkatan haji yang kedua bagi Anita dan Edi. Yang pertama memang karena sudah direncanakan dan diputuskan bersama oleh Anita dan suami. Namun, yang kedua karena kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.

"Penundaan pertama mikirnya, saya masih bisa berangkat tidak ya tahun depan, karena umur tidak ada yang tahu. Begitu pun tahun ini, kami berdoa terus agar tetap bisa berangkat," katanya.

Ia mengaku awalnya sudah yakin bisa berangkat tahun ini. Namun mulai masuk awal Maret, ia merasa galau bisa berangkat atau tidak. Pasalnya, semua kegiatan yang berkaitan dengan haji mulai dihentikan.

Terbilang sejak manasik yang dihentikan oleh Kemenag, tanda-tanda penundaan haji juga terlihat ketika bertemu sesama calon jemaah haji dibatasi, bahkan tidak bisa. Komunikasi dengan para calon jemaah haji lainnya hanya menggunakan aplikasi WhatsApp saja. Dari situ hingga masuk bulan Ramadan,  keraguan Anita dan suami makin membesar sampai pada akhirnya keluar keputusan dari Kementerian Agama (Kemenag) yang memastikan keduanya harus menunda haji lagi tahun ini.

Walaupun begitu, Anita tetap memaklumi dan menghormati keputusan tersebut. Dia juga tidak ingin mengambil risiko fatal terkait keselamatan dirinya sendiri dan suami di tengah masa pandemi ini. Satu harapannya yaitu agar pandemi bisa segera usai agar tahun depan impiannya berangkat ke Tanah Suci dengan suami bisa terlaksana.

Sementara itu, Edi mengatakan tetap akan mengikuti petunjuk pemerintah. Ia meyakini penundaan ini tidak lain demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

"Kami selaku jemaah mengikuti saja keputusan tersebut, toh tidak ada satu pun jemaah Indonesia yang bisa berangkat, dan ini sudah diperhitungkan oleh semua pihak, jadi memang ini keputusan yang terbaik," ucap Edi.

Ia percaya, keberangkatan haji ini bukan dibatalkan, melainkan hanya diundur hingga tahun depan. Meski demikian, Edi tetap mengaku kecewa karena ini merupakan kali keduanya harus menunda beribadah di Tanah Suci.

"Ini terkait ibadah, kalau mengatakan kecewa, kami tetap kecewa. Namun ini dibuat demi kebaikan semuanya. InsyaAllah tahun depan tidak diundur lagi," tegasnya.

Load More