SuaraJogja.id - Tangan lentik Yeni dengan cekatan mengambil beberapa perlengkapan make up dari dalam tas bertulis Adias. Tak lupa sebuah lipstik merah muda dia letakkan disamping kakinya untuk menebalkan warna bibir Yeni yang mulai pudar.
Transpuan asal Maguwoharjo, Depok, Sleman ini menyambut wartawan dengan senyum kecil ketika masuk ke pendopo di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta, Selasa (9/6/2020).
Yeni merupakan satu dari 42 santri Ponpes Waria Al-Fatah yang cukup aktif mengaji selama setahun ini. Transpuan yang bergabung dengan ponpes milik Shinta Ratri, sejak 2019 ini mengaku merindukan kebersamaan rekan santrinya saat belajar agama bersama.
"Dulunya diajak teman untuk bergabung ke ponpes itu. Niat awal agar bisa menambah teman yang sepemikiran dengan saya. Tapi setelah enam bulan belajar agama, ada rasa untuk tetap mendekat ke Allah, meski keadaan saya seperti ini," kata Yeni sesekali mengibaskan rambut panjang coklatnya.
Baca Juga: Jelang Kembalinya Santri ke Ponpes, Pemkab Jember Siapkan 50 Ribu Rapid Tes
Yeni menuturkan, sebelum bergabung ke ponpes itu dirinya tidak bisa mengontrol emosi. Bahkan mudah marah ketika banyak cemoohan terhadap dirinya.
"Di sini banyak belajar soal agama, lalu belajar soal kesabaran. Sejak memiliki teman di sini dan mengetahui agama, saya lebih tenang dan bisa mengontrol emosi," katanya.
Bully atau sindiran menjadi makanan yang kerap dia temui selama beraktivitas. Kendati demikian dirinya tak mempermasalahkan orang-orang tersebut yang menganggap Yeni berbeda.
"Saya memahami bahwa di dunia ini manusia itu tidak ada yang sempurna. Apalagi saya, lahir sebagai laki-laki, namun dari jiwa saya adalah perempuan. Stigma negatif terhadap saya sudah biasa saya terima. Namun ketika kita diberi kesempatan hidup sekali, bermanfaatlah buat orang lain," jelas dia.
Transpuan yang memiliki keahlian merias wajah ini memiliki salon pribadi. Usaha kecil-kecilan yang dia buka di rumahnya ini tak mematok harga tinggi. Bahkan dia hargai murah untuk membantu warga yang ingin memotong rambut atau mencuci rambut.
Baca Juga: Polisi Tetapkan Putra Pengasuh Ponpes di Garut Tersangka Penipuan Umrah
"Salon di rumah tarifnya sama semua. Sekali potong tarifnya Rp 10 ribu, itu sudah dengan cuci rambut. Kadang jika tidak ada yang punya uang saya gratiskan," kata transpuan kelahiran 27 Januari itu.
Berita Terkait
-
Kalimat Ini Sering Diucapkan Orang Dengan Kecerdasan Emosi Tinggi, Kamu Salah Satunya?
-
Bukan Hanya Warna, ZEROBASEONE Ungkap Beragam Emosi Melalui Lagu 'Blue'
-
8 Tanda Kamu Tidak Depresi, Tapi Punya Kecerdasan Emosional Tinggi
-
Orang Tua Zara Yupita Terduga Pembully Dokter PPDS yang Bunuh Diri Disorot Publik
-
DMC Dompet Dhuafa Luncurkan Program Sedekah Pohon untuk Peringati Hari Bumi
Terpopuler
- Olok-olok Sepak Bola Indonesia, Erick Thohir 'Usir' Yuran Fernandes
- Ramadhan Sananta Umumkan Mau Pensiun dari Sepak Bola
- 3 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan RAM 12 GB Terbaik Mei 2025
- Selamat Datang Pascal Struijk! Calon Pemain Timnas Indonesia Diarak di Jalan Raya Inggris
- 5 Rekomendasi HP Gaming Rp1 Jutaan: Kamera Oke, RAM Besar Baterai Awet
Pilihan
-
3 Pemain China Jebolan Liga Indonesia: Tak Ada yang Sukses Berakhir Miris
-
Eks Pemain Prancis Ini Cocok Jadi Pelatih Anyar Persija: Mantan Rekan Marc Klok
-
5 Rekomendasi HP Samsung dengan NFC Harga di Bawah Rp 4 Juta, Terbaik Mei 2025
-
Eks Wapres Ma'ruf Amin Lagi-lagi Absen, Sidang Wanprestasi Mobil Esemka Tetap Berlanjut
-
3 Rekomendasi HP Samsung Rp 2 Jutaan Terbaik Mei 2025, Memori Besar Performa Handal
Terkini
-
Parangtritis Tak Mau Jadi 'Bali' Kedua: Wisata Malam Bakal Lebih Lokal
-
BUMDes DIY Siap Launching 15 Dapur Gizi, Dukung Program MBG dan Tekan Stunting
-
Akhir Penyelidikan Soal ASPD Bocor: Disdikpora DIY Sebut Hanya 'Mirip', 2 Soal Jadi Bonus
-
Restoran Sepi Bisa jadi Dapur Gratis, Cara Badan Gizi Nasional Pangkas Biaya Program MBG
-
Update Pria Tewas di Kos Sleman: Guru Privat Alumni UGM, CCTV jadi Kunci?