SuaraJogja.id - Suara decitan pintu ruang Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito memecah suasana kantor yang berisi lebih kurang 10 pegawai RS. Dua orang pria lengkap dengan peci dan masker masuk ke dalam dan memberi salam kepada seisi ruangan.
Dua pria berseragam safari cokelat ini langsung diterima oleh Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan. Duduk di ruang tamu ruang setempat, Banu memperkenalkan kepada wartawan dua orang rohaniawan yang sebelumnya berjanji bertemu untuk diwawancarai.
Dumono, pria asal Pogung Lor, Sinduadi, Mlati, Sleman, DI Yogyakarta ini telah bekerja di RSUP Sardjito sejak 1984, 15 tahun sebagai Medical Record dan 21 tahun di Bagian Pelayanan Rohani. Pria lulusan S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan S2 Universitas Sunan Giri (Unsuri) Surabaya ini merupakan rohaniawan agama Islam.
Selama 21 tahun menjadi rohaniawan, ada banyak cerita yang dia dapatkan. Bahkan kehadiran rohaniawan di tengah pasien yang berharap sembuh sangat penting untuk membuat mereka lebih tenang, terutama pasien dengan penyakit kronis.
"Banyak orang yang berusaha untuk sembuh dengan mendatangi rumah sakit. Namun tak semua pasien mau mengikuti anjuran perawat, bahkan dokter sekalipun. Kami hanya melengkapi untuk memberi dukungan dan semangat bagi pasien-pasien ini," ungkap Damono ditemui SuaraJogja.id, Senin (29/6/2020).
Dumono berkisah, ia pernah menemui seorang perempuan yang ingin sembuh namun sama sekali tidak menuruti perkataan dokter ataupun perawat.
"Ada pengalaman menarik saat saya menjalankan tugas saya. Saat itu saya menghadapi pasien yang sakit dengan suhu panas tubuhnya tak kunjung reda. Hampir tiga hari tidak turun. Akhirnya kami mengajak berkenalan pasien ini. Mengajak berdoa untuk bisa pulih dan kembali beraktivitas," kata dia.
Setelah itu, Dumono juga menanyakan sakit pasien yang enggan dia beberkan identitasnya tersebut. Pasien juga mengaku sakit panas dan tak kunjung mereda.
"Saya juga bertanya apakah obat sudah diminum, namun pasien hanya diam saja. Saya bilang ibu harus jujur, akhirnya pasien ini menunjukkan bahwa obat yang seharusnya diminum dia buang ke bawah kolong kasurnya," kata dia.
Baca Juga: Pasien Corona Jalan Kaki dari RS Sardjito Setelah Sembuh, Disambut Selawat
Dumono kembali menanyakan alasan pasien tidak mau mengonsumsi obat yang diberikan.
"Jadi alasan pasien ini tidak bisa menelan obat yang diberikan. Saya juga bertanya kenapa tidak bilang ke dokter, dia jawab karena jika tidak minum obat dirinya akan disuntik, dia juga mengaku takut disuntik. Tapi saya beri tahu jika sudah diinfus obatnya bisa masuk lewat infus," katanya.
Dumono akhirnya memberitahu kepada perawat musabab pasien tersebut tak kunjung sembuh. Selama tiga hari, obat tersebut disembunyikan pasien.
"Akhirnya perawat mengecek kolong tempat tidurnya dan menemukan banyak obat. Perawat mengambil langkah dengan disuntik dan pasien baru mau mengikuti anjuran perawat. Tidak lama, ketika hari itu juga suhu panas pasien turun," jelas pria yang juga sebagai dosen di FKKMK UGM ini.
Kehadiran rohaniawan tak sekedar mengajak kepada pasien untuk berdoa dan termotivasi untuk bisa sembuh. Namun pendekatan kepada pasien juga diperlukan agar mereka nyaman dan tenang dengan keadaannya.
Hal lain dikisahkan Uyun Subari (48), rohaniawan muslim yang sudah empat tahun berada di Pelayanan Rohani RSUP dr Sardjito, sempat takut menghadapi pasien yang berada pada sakaratul maut.
"Saya sebelumnya bekerja sebagai staff pelayanan jantung. Saya tidak tega melihat orang-orang terutama keluarga saat salah satu ayah atau ibunya mengahadapi sakaratul maut. Saya dulu belum mau menjadi rohaniawan. Namun setelah melihat bahwa ini pekerjaan mulia dimana pekerjaan dunia dan akhirat bisa didapatkan di sini akhirnya saya terjun dan menikmati," kata Uyun.
Pria lulusan S1 UIN Sunan Kalijaga ini mengetahui bahwa pasien yang menghadapi akhir perjalanan kehidupan di dunia perlu dibimbing untuk mengucap kalimat syahadat bagi yang berkeyakinan muslim.
"Kami juga mengajak keluarga yang mungkin berada di sekitar pasien untuk berkumpul. Saya ajak untuk bisa ikhlas dan sabar, sembari membimbing pasien untuk kembali mengingat Tuhan. Jika dia muslim kami bimbing untuk mengucap dua kalimat syahadat," kata dia.
Uyun juga pernah menemukan pasien yang selama hidupnya tidak pernah mengaji dan sholat, padahal ia seorang muslim. Namun, karena sakit yang diderita, pasien meminta untuk dibimbing melaksanakan lagi sholat dan mengaji
"Hal ini sering kami temukan, bahkan mereka cukup senang ketika di datangi dan diajak doa bersama-sama seperti ini. Karena mereka akui lebih tenang," jelasnya.
Ditengah pandemi Covid-19, para rohaniawan, baik dari Muslim, Nasrani, katolik, Budha dan Hindu harus menggunakan APD lengkap berseragam hazmat. Terlebih saat menghadapi pasien yang positif Covid-19.
"Tentu kami ikut menggunakan pelindung lengkap. Tak hanya itu kami juga membantu untuk memandikan dan merukti jenazah yang positif Covid-19 sesuai SOP RS setempat," terangnya.
Untuk memandikan jenazah pasien Covid-19, pihak rumah sakit menggunakan metode yang berbeda. Tidak dimandikan sebagai mana umumnya, melainkan dengan diusap dengan kain basah.
"Ada tahapan sesuai SOP yang ada. Anggota pelayan rohani juga ikut mendoakan pasien dan juga menyolati," kata Uyun.
Hingga kini, Dumono menyebut, ada 20 orang Rohaniawan di RSUP Dr Sardjito. Dari jumlah tersebut, terdiri dari 15 rohaniawan muslim, dua rohaniwan Katolik, serta rohaniawan Nasrani, Budha dan Hindu masing-masing 1 orang.
Dumono yang juga Kepala Pelayanan Rohani RSUP Dr Sardjito mengakui, kehadiran rohaniawan sangat diperlukan. Tidak hanya pasien, dokter dan perawat juga merasa ringan dengan kehadiran mereka.
"Jadi kami disini saling melengkapi dan membantu. Bagi pasien kami berusaha mereka yang sakit bisa tetap ingat kepada Tuhan dengan bimbingan masing-masing rohaniawan. Sementara dokter dan perawat kami bisa membantu agar pasien bisa lebih nyaman dan mengikuti anjuran dokter untuk bisa sembuh," katanya.
Berita Terkait
-
Pasien Corona Jalan Kaki dari RS Sardjito Setelah Sembuh, Disambut Selawat
-
Bank Mantap Salurkan 1.000 APD ke RS Hasan Sadikin Bandung
-
Kabar Baik! Indonesia akan Produksi 17 Juta Baju Hazmat Per Bulan
-
Bikin Heboh, Dokter Ini Tak Sadar Kena Virus Corona dan Tetap Bekerja
-
Anggaran APD Pilkada 2020 Belum Pasti, Ketua KPU Khawatir Petugas Dipidana
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Rp4 Miliar untuk Jembatan Pucunggrowong: Kapan Warga Imogiri Bisa Bernapas Lega?
-
2000 Rumah Tak Layak Huni di Bantul Jadi Sorotan: Solusi Rp4 Miliar Disiapkan
-
Malioboro Bebas Macet? Pemkot Yogyakarta Siapkan Shuttle Bus dari Terminal Giwangan untuk Turis
-
Tunjangan DPRD DIY Bikin Melongo, Tunjangan Perumahan Lebih Mahal dari Motor Baru?
-
KPKKI Gugat UU Kesehatan ke MK: Komersialisasi Layanan Kesehatan Mengancam Hak Warga?