Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 12 Juli 2020 | 14:03 WIB
Warga Dusun Wonorejo, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman menanam tumbuhan konservasi berupa beringin dan gayam di bantaran Sungai Boyong, Minggu (12/7/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Rawannya longsor di beberapa tebing Kali Boyong mendorong warga Dusun Wonorejo, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman untuk mengantisipasi bencana dengan menanam tumbuhan konservasi di beberapa bantaran sungai. Pasalnya, longsoran kerap menimbun pipa masyarakat bahkan sampai menutup mata air yang ada di sekitar sungai.

Seorang warga Dusun Wonorejo, Slamet Riyadi, mengaku, warga kerap membersihkan sisa longsoran yang menimbun sejumlah pipa yang mengalirkan air ke rumah masyarakat.

"Baik saat kemarau atau musim hujan, ada beberapa titik tebing yang longsor. Akibat longsoran itu, pipa-pipa yang mengalirkan air ke rumah warga juga tertimbun. Jadi ketika ada kebocoran [pipa] misalnya, kami memperbaiki juga sulit. Maka penanaman tanah dengan menanam tumbuhan konservasi ini penting," jelas Slamet, ditemui SuaraJogja.id saat penanaman pohon di Bantaran Sungai Boyong, Sleman, Minggu (12/7/2020).

Dukuh Wonorejo Monika Esti saat memberi keterangan kepada wartawan saat penanaman tumbuhan konservasi di bantaran Sungai Boyong, Dusun Wonorejo, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Minggu (12/7/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Ia melanjutkan, tak hanya soal longsor, kegiatan yang diinisiasi warga, Forum Komunitas Sungai Sleman (FKSS), serta Pemkab Sleman ini juga menjadi edukasi masyarakat untuk memahami, menjaga, dan memelihara lingkungan.

Baca Juga: Banjir Bandang dan Longsor Tewaskan Puluhan Orang di Nepal

"Jadi tak hanya menanam saja, tetapi juga memberi edukasi kepada warga lain untuk menjaga kelestarian sungainya karena warga juga bergantung dengan aliran air sungai Boyong untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.

Dukuh Wonorejo Monika Esti menuturkan, terdapat 500 tanaman yang ditanam di sekitar bantaran Sungai Boyong, terdiri dari 80 tanaman konservasi serta 420 tanaman buah.

"Warga yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani sangat membutuhkan air. Tidak hanya warga Wonorejo, warga dari desa lain seperti Harjobingangun memanfaatkan aliran air ini untuk menghidupi kesehariannya. Total ada 500 tanaman, terdiri dari 80 tanaman konservasi berupa gayam dan beringin serta tanaman buah seperti alpukat, durian, dan manggis sebanyak 420," katanya.

Dalam aksi penanaman tersebut, Pemkab Sleman, melalui Kabid Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Purwoko Sasmoyo, menilai, pemilihan tanaman gayam dan beringin sesuai dengan kebutuhan warga.

Warga Dusun Wonorejo, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman menanam tumbuhan konservasi berupa beringin dan gayam di bantaran Sungai Boyong, Minggu (12/7/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Tanaman gayam sendiri cukup baik untuk menyimpan air. Jadi saat musim kemarau, tanaman ini tentu bisa membuat mata air di sekitarnya. Beringin kami pilih karena kuat untuk menahan tanah agar tak longsor. Jadi kami bantu 500 tanaman untuk konservasi dan juga pemberdayaan masyarakat," ujarnya.

Baca Juga: Kondisi Jepang Usai Dilanda Banjir dan Longsor

Terpisah, Ketua FKSS Irawan menyebut bahwa masyarakat harus peduli dengan lingkungan di sekitarnya, termasuk sungai.

"Di Wonorejo warga sudah bergantung dengan sungai. Artinya tidak hanya mengambil sumber daya alamnya saja, tapi bagaimana mereka berdampingan dengan alam, salah satunya pelestarian sungai. Tentu dalam hal ini menjaga, baik dari biota sungai dan juga hal lainnya di sekitar sungai," tutur dia.

Load More