Scroll untuk membaca artikel
Rendy Adrikni Sadikin | Arendya Nariswari
Rabu, 15 Juli 2020 | 15:21 WIB
Manguji Nababan S.S, tokoh adat desa Batak dalam acara Festival Kebudayaan Desa (YouTube)

SuaraJogja.id - Bagi masyarakat desa adat Batak, salah satu upaya menghadapi COVID-19 ialah dengan mempertahankan ketahanan pangan mereka.
Seperti yang dipaparkan oleh tokoh desa adat Batak yakni Manguji  Nababan, S.S, masyarakat di sekitar Danau Toba mayoritas dihuni masyarakat agraris, sehingga masalah pangan belum menjadi persoalan sulit bagi warga.

Melalui webinar Festival Kebudayaan Desa, Rabu (15/7/2020), Manguji Nababan mengungkapkan bahwa kearifan lokal di Batak seperti salah satunya ketahanan pangan berupa 'Lumbung Jea' ini menjadi sumber kekuatan pertahanan di tengah pandemi.

"Jadi di daerah tertentu desa adat Batak, terdapat namanya 'Lumbung Jea' yang menyimpan cadangan beras untuk mengantisipasi paceklik biasanya, nah kearifan lokal ini juga rupanya menjadi penyelamat di tengah krisis pandemi," sebut Manguji Nababan.

Masyarat desa adat Batak juga disebutkan bahwa sudah terbiasa hidup hemat dengan makan seadanya, sembari menampung bahan untuk persediaan jika suatu saat dibutuhkan.

Baca Juga: Di Balik Kongres Kebudayaan Desa, Jaringan Internet Jadi Kendala Utama

Terlepas dari masalah pangan, penerapan physical distancing di desa adat Batak juga dikabarkan oleh Manguji Nababan sudah berjalan dengan sangat baik.

Manguji Nababan S.S, tokoh adat desa Batak dalam acara Festival Kebudayaan Desa (YouTube)

Terlebih, masyarakat desa adat terbiasa bercocok tanam sehari-harinya dengan mengatur jarak di ladang milik masing-masing warga.

"Ini sebenarnya sudah menjadi kebiasaan, jadi tidak sulit bagi warga masyarakat khususnya desa adat Batak untuk melakukan pertahanan di tengah pandemi yang masih merebak. Tentu saja, kita juga berdiskusi saling bergotong royong dengan tokoh desa adat, polisi, ulama, untuk menertibkan aturan demi mencegah penularan COVID-19," imbuhnya.

Pada akhir pemaparan materi, Manguji Nababan menyebutkan bahwa tradisi pesta di desa adat Batak yang biasanya dilakukan meriah dan mengundang banyak orang, juga telah disesuaikan dengan situasi pandemi COVID-19 saat ini.

Itu artinya, pesta duka diberlakukan aturan melayat dengan jumlah terbatas di desa adat Batak. Demikian pula untuk upacara perkawinan, di mana pasangan hanya diberkati di gereja, sedangan tradisi pesta ditunda hingga kondisinya memungkinkan.

Baca Juga: LIVE STREAMING: Webinar Kongres Kebudayaan Desa Senin, 6 Juli 2020

Sebagai informasi, Festival Kebudayaan Desa-Desa nusantara ini akan digelar tanggal 13 Juli hingga 16 Juli 2020.

Acara ini diharapkan dapat menjadi ruang untuk menggali gagasan, pemikiran dan praktik kebudayaan yang hidup dalam ruang keseharian warga desa-masyarakat adat di Indonesia.

Upaya ini dinilai penting untuk meletakkan kembali pondasi kebudayaan dalam tatanan Indonesia baru.

Load More