SuaraJogja.id - Kongres Kebudayaan Desa (KKD) merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menyusun sebuah tata kehidupan masyarakat indonesia yang baru, berawal dari desa. Kegiatan ini terdiri dari pelaksanaan webinar yang berlangsung selama 10 hari berturut-turut.
Ketua Steering Comitte KKD Ryan Sugiarto menyampaikan, setiap harinya ada dua sesi webinar dengan masing-masing lima sampai enam narasumber dan satu moderator. Dari 90 orang panitia, setiap harinya mereka dibagi kedalam dua kelompok untuk mendukung setiap sesi.
Ryan mengatakan, ada 10 orang panitia yang berjaga di ruang kontro,l sementara sisanya bekerja di luar ruang kontrol. Setiap harinya, Ryan berjibaku untuk menyiapkan jaringan internet yang akan digunakan, termasuk dalam platform pertemuan.
"Kerja-kerja offline tetap dipersiapkan, seperti menghubungi narasumber, mempersiapkan naskah, dan sebagainya," ujar Ryan, ditemui SuaraJogja.id di sela persiapan sesi kedua webinar, Rabu (8/7/2020).
Kali pertama diselenggarakan, Ryan mengakui, pelaksanaan KKD secara virtual sama rumitnya dengan pelaksanaan acara secara offline. Jaringan internet menjadi salah satu kendala utama dalam acara yang sudah berlangsung selama delapan hari ini.
Ryan mengatakan, pihaknya sendiri sampai menambahkan bandwith jaringan internet untuk meningkatkan performa pelaksanaan acara. Jaringan internet yang tidak merata di seluruh bagian Indonesia mengakibatkan banyak peserta kesulitan mengikuti acara.
"Meskipun kita memastikan di sini aman secara jaringan, ada beberapa kendala dari narsumber dan partisipan," imbuh Ryan.
Sejauh ini, Ryan mengaku, kendala-kendala tersebut masih dapat teratasi. Antusias dari peserta juga cukup tinggi. Dalam satu kali live ada 600 hingga 700 peserta. Sementara, untuk peserta siaran langsung melalui media sosial diikuti hingga 7.000 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Ia menilai, tingginya antusias peserta membuktikan bahwa kegiatan tersebut merupakan acara bersama. Dari pengamatan SuaraJogja.id, selain panitia yang bersiap di ruang kontrol untuk menjaga acara berlangsung secara baik, panitia lainnya secara sigap memenuhi kebutuhan keberlangsungan acara.
Baca Juga: Peneliti ICW Ungkap Alasan Anggaran Dana Desa Marak Dikorupsi
Kegiatan tersebut diselenggarakan di Kampung Matraman, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Pendopo yang sebelumnya berfungsi untuk menikmati pemandangan diubah menjadi kantor sekretariat tak bersekat. Sembilan puluh orang anggota panitia yang bertugas dapat tetap melaksanakan tugasnya dengan saling menjaga jarak.
Berita Terkait
-
Peneliti ICW Ungkap Alasan Anggaran Dana Desa Marak Dikorupsi
-
Demi Berantas Korupsi, Frans Maniagasi Sebut Papua Butuh Pendampingan
-
Direktur PJKAKI KPK: Kompetensi Lurah Jadi Kunci Pemberantasan Korupsi Desa
-
LIVE STREAMING: Sistem Anti Korupsi dari Desa untuk Tatanan Indonesia Baru
-
Eko Prasetyanto Tekankan Skala Prioritas Dalam Reformasi Birokrasi Desa
Terpopuler
Pilihan
-
Berkaca Kasus Nikita Mirzani, Bolehkah Data Transaksi Nasabah Dibuka?
-
Emas Antam Makin Terperosok, Harganya Kini Rp 1,8 Juta per Gram
-
Profil Riccardo Calafiori, Bek Arsenal yang Bikin Manchester United Tak Berkutik di Old Trafford
-
Breaking News! Main Buruk di Laga Debut, Kevin Diks Cedera Lagi
-
Debut Brutal Joan Garcia: Kiper Baru Barcelona Langsung Berdarah-darah Lawan Mallorca
Terkini
-
Remisi Kemerdekaan: 144 Napi Gunungkidul Dapat Angin Segar, 7 Langsung Bebas!
-
ITF Niten Digenjot, Mampukah Selamatkan Bantul dari Darurat Sampah?
-
Gagasan Sekolah Rakyat Prabowo Dikritik, Akademisi: Berisiko Ciptakan Kasta Pendidikan Baru
-
Peringatan 80 Tahun Indonesia Merdeka, Wajah Penindasan Muncul jadi Ancaman Bangsa
-
Wasiat Api Pangeran Diponegoro di Nadi Keturunannya: Refleksi 200 Tahun Perang Jawa