SuaraJogja.id - Tanggung jawab untuk tetap menjalankan bisnis di tengah pandemi nyatanya agak sulit dilakukan seorang pengusaha. Hal itu pun dialami pengusaha kedai Kopi Merapi yang berada di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Pemilik kedai Merapi, Sumijo, menceritakan situasi sulit yang dialaminya, di mana ia hampir menjual tanah pribadinya untuk tetap memutar usaha dan juga membayar gaji 20 karyawannya selama pandemi Covid-19.
"Adanya pandemi tak hanya kedai saya saja yang tutup. Petani kopi, sayur, kentang yang biasanya mengirim bahan-bahan ke kedai saya juga tidak ada pemasukan. Terlebih, ada karyawan yang harus saya gaji agar mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Sumijo kepada SuaraJogja.id, Minggu (19/7/2020).
Pria yang sejak kecil sudah menjadi petani kopi ini mengatakan bahwa dirinya sempat menjual aset pribadi agar bisa membayar pegawainya. Hal itu dia lakukan karena sudah menjadi tanggung jawab kepada para pekerjanya.
Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Juru Kunci Gunung Merapi Ingatkan Ini
"Sempat akan menjual tanah pribadi untuk bisa membayar pegawai karena bagaimanapun mereka adalah orang yang memiliki banyak kebutuhan. Di saat pandemi ini mereka tak memiliki pemasukan lain dari kedai ini," tuturnya.
Sempat hampir menjual aset berharganya, tetapi akhirnya Suamijo mengurungkan niat itu. Pasalnya, rekan satu usahanya memberi informasi bahwa ada biaya yang masih bisa diambil untuk dialokasikan membayar pegawai.
"Dulu sempat membeli tanah di wilayah desa ini. Saya mendapat kabar, biaya yang pernah saya bayar bisa dipinjam terlebih dahulu. Dari situ akhirnya beban saya lebih ringan. Gaji karyawan bisa saya bayar, termasuk biaya pendukung lainnya yang harus saya lunasi," kata Sumijo.
Meski terdampak pandemi Covid-19, Sumijo menganggap bahwa usaha kedai kopi yang dia bangun merupakan penghasilan pegawai. Maka dari itu, dirinya tetap mengupayakan agar mereka mendapatkan hasil walau sedikit.
"Dari awal saya membangun usaha ini menggunakan konsep memberdayakan orang-orang dan petani di wilayah ini, sehingga warga di sekitar tempat saya tinggal saya ajak untuk bergabung, termasuk petani yang ada di sini. Saya pernah mengalami keadaan sulit ketika bekerja dengan orang. Maka dari itu saya tahu kondisi mereka ketika masa seperti ini, dan harus dibantu," terangnya.
Baca Juga: BPBD Sleman Cek Kondisi Sabo Dam di Lereng Merapi, Begini Kondisinya
Dua bulan menghadapi masa sulit di tengah pandemi, akhirnya pemerintah melonggarkan aturan dengan kenormalan baru. Akhir Juni lalu, kedai kopi milik Sumijo pun kembali dibuka.
"Setelah dibuka, kami pikir akan kembali dari nol lagi. Namun karena kedai ini sudah jadi ikon, perlahan tapi pasti banyak pelanggan yang datang. Mulanya, akses masuk dibatasi. Lalu awal Juli beberapa jalur sudah dibuka dan saat ini kembali dikunjungi pembeli," katanya.
Dirinya tak menampik bahwa keadaan saat ini memengaruhi jumlah kunjungan pelanggan dari sebelumnya. Kendati demikian, pihaknya tak mempersoalkan karena usaha sudah kembali beroperasi saja, ia sudah bersyukur.
"Artinya ada proses yang harus kami lalui lagi. Namun terlepas dari itu semua, pelajaran dari Covid-19 yang bisa kami ambil adalah kesabaran. Meski sudah dikenal [Kopi Merapi] usaha seperti ini bisa goyah, tetapi bagaimana kita tetap bertahan dan mengambil ide lain untuk bisa berjalan lagi," ungkapnya.
Saat ini kedai kopi miliknya bisa mendatangkan 200 pelanggan setiap harinya. Di akhir pekan, pelanggan yang datang bisa mencapai 500-700 orang.
Keamanan dan protokol pencegahan Covid-19 juga diterapkan. Pelanggan harus dicek suhu tubuhnya dan wajib mencuci tangan serta mengenakan masker. Pemilik kedai juga menyediakan lebih banyak wastafel dan hand sanitizer di setiap sudut kedai.
Berita Terkait
-
Surya Paloh Nyaris 'Sulap' Kantor NasDem Bali Jadi Kedai Kopi! Ini Penyebabnya Batal
-
3 Kedai Kopi Legendaris di Bandung yang Masih Eksis hingga Saat Ini
-
Tradisi Sadranan di Boyolali: Jaga Kerukunan Jelang Ramadan
-
100 Hari Prabowo-Gibran: Optimisme Publik Tinggi, Catatan Merah di Penegakan Hukum
-
Pelaku Penusukan Sandy Permana Bukan Tetangga yang Ramah Menurut Warga
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
Terkini
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin
-
Soroti Maraknya Kasus Kekerasan Seksual Dokter Spesialis, RSA UGM Perkuat Etika dan Pengawasan