SuaraJogja.id - Ratusan tukang becak motor (betor) mendatangi kantor DPRD DIY, Rabu (19/08/2020). Mereka mempertanyakan kebijakan Pemda dan Kementerian Sosial (kemensos) yang tak merata.
Padahal selama pandemi COVID-19 ini, sekitar 600 bentor di DIY tidak mendapatkan penghasilan. Hal tersebut tak lain setelah kawasan Malioboro dan sejumlah destinasi wisata yang ditutup pasca pandemi, hingga membuat mereka tidak mendapatkan penumpang.
Karena tak memiliki penghasilan, sebagian betor terpaksa beralih profesi. Sebagian jadi tukang parkir, lainnya menjadi pengamen hingga ke luar kota.
"Hampir lima bulan, teman-teman kami banyak yang belum dapat bansos. Padahal [program bansos] ini kan sudah susulan, tapi tetap juga belum dapat. Kami juga tidak dapat bantuan lainnya," ungkap Ketua Paguyuban Becak Motor Yogyakarta (PBMY), Parmin (56) saat bertemu Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana di sela aksi.
Parmin mengaku dijanjikan bantuan oleh pengampu kebijakan. Bahkan mereka sudah mengirim fotokopi Kartu Keluarga (KK) dan KTP untuk pengajuan bansos pada Juni 2020 lalu.
Namun hingga saat ini, program bantuan tersebut juga belum ada kabarnya.
Persoalan mereka semakin bertambah dengan adanya pembatasan parkir betor.
Mereka kesulitan mendapatkan penumpang karena lahan parkir di kawasan Beringharjo yang biasa digunakan justru beralih menjadi lahan parkir motor.
Karenanya mereka berharap pemangku kebijakan bisa lebih memperhatikan nasib mereka. Sebab mereka juga warga DIY yang sangat terdampak pandemi COVID-19.
Baca Juga: Deteksi Gempa Kecil di DIY, BMKG Bakal Pasang Mini Regional Seismometer
"Kami hanya dapat satu-dua penumpang saat ini kalau lagi untung. Padahal dulu sebelum pandemi lebih dari lima kali," ungkapnya.
Sementara Huda mengungkapkan, pihaknya menerima aduan 665 anggota betor yang belum tercatat masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Sehingga mereka belum bisa mendapatkan bantuan meski terdampak pandemi COVID-19.
"Karenanya kami belum tahu kapan mereka bisa mendapatkan bantuan. Ini sekalian juga mewakili puluhan ribu warga yang saat ini masih menunggu kepastian masuk dalam DTKS," ungkapnya.
Huda menyebutkan, DTKS yang dimiliki pemerintah maupun pemda masih data lama sebelum pandemi. Sementara warga miskin gara-gara terdampak COVID-19 belum terakomodasi sepenuhnya.
"Problemnya mereka belum masuk DTKS, padahal akses DTKS juga belum dibuka. Karenanya kami sudah masukkan usulan aduan ini ke DTKS baru," paparnya.
Terkait keluhan ditutupnya destinasi wisata, termasuk di kawasan Malioboro, Huda menegaskan mendukung upaya Pemda DIY untuk membuka lagi wisata secara bertahap sesuai protokol kesehatan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- STY Siap Kembali, PSSI: Tak Mudah Cari Pelatih yang Cocok untuk Timnas Indonesia
Pilihan
-
Heboh di Palembang! Fenomena Fotografer Jalanan Viral Usai Cerita Istri Difoto Tanpa Izin
-
Tak Mau Ceplas-ceplos Lagi! Menkeu Purbaya: Nanti Saya Dimarahin!
-
H-6 Kick Off: Ini Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2025
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
Terkini
-
'Itu Ranah Hukum' Bupati Sleman Bungkam Saat Ditanya Soal Korupsi Dana Hibah yang Jerat Sri Purnomo
-
Keluarga Terdakwa Kecelakaan BMW Maut Buka Suara: Bagikan Pledoi Christiano, Mohon Keadilan
-
Tak Ada Bukti Nikmati Rp1 Pun, Tim Hukum Mantan Bupati Sleman Sayangkan Penahanan Sri Purnomo
-
Momentum Pasar Godean Bangkit: Setelah Direvitalisasi Total, Pedagang Optimis Tatap Masa Depan
-
Sinyal Kuat Kejari: Sri Purnomo Tak Sendiri, Jaringan Korupsi Dana Hibah Sleman Dibongkar