Scroll untuk membaca artikel
M. Reza Sulaiman
Kamis, 27 Agustus 2020 | 16:06 WIB
Nyamuk aedes aegypti penyebab DBD. (Dok: Shutterstock)

SuaraJogja.id - Yogyakarta mengalami penurunan kasus DBD secara signifikan hingga 77 persen, karena bakteri Wolbachia. Ini menjadi kabar baik, mengingat DBD masih menjadi salah satu penyakit menular paling sering terjadi di Indonesia.

Dilandir VOA Indonesia, Peneliti Utama World Mosquito Programme (WMP) Yogyakarta, Prof. Adi Utarini menyebut ini sebagai hasil penelitian yang menggembirakan.

"Terdapat penurunan sebesar 77 persen kasus dengue, di wilayah intervensi dengan nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia. Arti dari angka 77 persen ini kalau kita berpikir dalam konteks penyakit menular, maka penurunan ini sangatlah berarti. Ini penurunan yang luar biasa," kata Adi Utarini dalam sesi penjelasan resmi kepada media di Yogyakarta, Rabu (26/8).

Wolbachia adalah bakteri yang hidup alami di sekitar 60-70 persen serangga, tetapi tidak ditemukan di nyamuk Aedes aegypti.

Baca Juga: 7 Nakes Positif Covid-19, IGD RS Pratama Jogja Sementara Ditutup

Seorang peneliti dari Australia menemukan fakta, wolbachia dapat memutus replikasi virus dengue, sehingga tidak dapat ditularkan oleh nyamuk.

Keuntungan lain, nyamuk yang sudah ber-wolbachia akan mewariskan bakteri itu ke generasi selanjutnya.

WMP Yogyakarta sendiri merupakan kolaborasi antara World Mosquito Program-Monash University, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Yayasan Tahija.

Sejak 2011, para ahli bekerja sama dalam proyek yang awalnya bernama Eliminate Dengue Project (EDP) itu. Setelah penelitian laboratorium, pelepasan dalam skala kecil mulai dilakukan pada 2014.

WMP kemudian melanjutkan program penyebaran nyamuk ber-wolbachia pada 2017 melalui teknik randomised controlled rrial (RCT). Penelitian ini menyasar 35 dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta dengan populasi 312 ribu orang.

Baca Juga: Kadispar Gunungkidul Ungkap Tantangan Kelola Wisata di Era New Normal

Dipilihlah secara acak 24 area di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, dengan dua belas memperoleh intervensi Wolbachia dan sisanya tidak.

Program pengendalian demam berdarah yang biasa dilakukan, seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tetap dilaksanakan di kedua wilayah.

Setelah periode pelepasan nyamuk ber-Wolbachia, WMP Yogyakarta memonitor 8.144 pasien yang mengalami demam, dalam rentang usia 3-45 tahun. Mereka diidentifikasi dari 18 Puskesmas di kedua wilayah.

"Diperkirakan terdapat 7 juta kasus demam berdarah setiap tahunnya. Hasil penelitian RCT tersebut menunjukkan dampak signifikan dari metode wolbachia dalam menurunkan demam berdarah di wilayah perkotaan," kata Adi Utarini.

Penelitian ini telah dilakukan di 12 negara endemik demam berdarah, namun Yogyakarta diklaim sebagai yang pertama melakukannya dalam skala kota.

Angka DBD Turun Drastis

Load More