Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 09 September 2020 | 07:10 WIB
Sebuah papan peringatan tertempel di pos SAR yang berada di kawasan Pantai Selatan, Selasa (8/9/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Karakteristik di Pantai Cemara Berbahaya

Ketika ditanya mengenai karakteristik pantai selatan DIY sendiri, Rias menyebutkan memang terdapat cukup banyak palung yang cukup besar dan curam.

Jadi memang hal itu membuat evakuasi jika ada seseorang yang terseret ombak dan masuk tenggelam ke palung tersebut menjadi lebih susah.

"Kalau kedalaman bisa sampai 4-5 meter dari palung yang berada paling dekat dengan bibir pantai. Jaraknya juga cukup dekat ditambah arusnya pun sangat kencang jadi memang sangat diimbau untuk tidak bermain di sekitar bibir pantai apalagi berenang," tegasnya.

Baca Juga: Kampanye Pilkada Lewat Medsos, Bawaslu Bantul Awasi Akun-Akun Buzzer

Papan peringatan larangan mandi di laut terpasang di kawasan Pantai Gua Cemara, Selasa 98/9/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Sementara itu Komandan SAR Pantai Parangtritis, Ali Sutanto, juga mengatakan hal serupa terkait dengan karakteristik pantai selatan DIY yang memang terbilang berbahaya dan sulit untuk diprediksi.

Oleh sebab itu peringatan atau rambu-rambu pun berupa gambar palung yang di dalamnya tertulis dilarang mandi di laut sudah terpasang di beberapa titik.

Ali menuturkan karakteristik di Pantai Gua Cemara memang lebih curam dibanding pantai lain seperti Pantai Parangtritis yang mayoritas masih lebih landai.

Bantul sendiri memang memiliki pantai bertipe curam di Pantai Parangkusumo ke arah barat sampai Pantai Kuwaru.

Kondisi yang lebih curam itu membuat arus air laut menjadi lebih kencang sehingga tarikan arus ke arah selatan juga menjadi lebih kuat. Dikatakan Ali, kondisi seperti yang membuat wisatawan tidak perbolehkan mandi di laut.

Baca Juga: Bupati dan Wabup Ikut Pilkada, Bantul Kebut Pengerjaan Perda dan Perbup

"Jadi meskipun terlihat landai tapi kawasan pantai selatan ini bisa sewaktu-waktu memakan korban. Maka dari itu harus tetap mematuhi imbauan dari petugas yang berjaga demi keselamatan bersama," kata Ali.

Alat Penyelamat Tidak Sesuai Standar

Tidak dipungkiri bahwa melakukan penyelamatan terhadap korban laka laut bukanlah hal mudah. Diperlukan ketrampilan khusus dan tentunya dukungan dari alat-alat yang memadai pula.

Namun menurut, Koordinator SAR Satlinmas Wilayah IV Dwi Rias Pamuji alat-alat pendukung yang dimiliki pihaknya hingga saat ini masih terbilang belum mencukupi. Tidak jarang hal itu yang menyulitkan timnya untuk memaksimalkan upaya penyelamatan.

Dikatakan Rias, hingga saat ini tercatat masih ada 30 personel yang bertugas di dalam wilayahnya. Dari semua personel yang ada itu, kata Rias, mereka hanya bisa memanfaatkan sejumlah sarana dan prasarana penyelamatan di antaranya pelampung dan tali tampar saja.

Bahkan, lebih lanjut Rias menyebutkan beberapa alat sudah tergolong tidak sesuai standar atau dapat dikatakan rusak sehingga tidak bisa digunakan lagi. Pihaknya hanya akan mengandalkan kemampuan anggota SAR yang ada jika terpaksa untuk berenang di laut berhadapan dengan gelombang tinggi.

Load More