SuaraJogja.id - Deburan ombak dan desiran pasir tak dimungkiri menjadi pemikat para wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Selatan Yogyakarta.
Tapi, jajaran pantai yang mempesona itu nyatanya kerap menyisakan cerita miris nan ngilu. Terbaru, satu dari empat wisatawan asal Jawa Timur hilang tergulung ombak saat asyik bermain air di Pantai Parangtritis.
Setelah sehari hilang, remaja bernama Faran Diva Bahtyarta (15) ditemukan sekitar 10,5 Km dari lokasi kejadian tepatnya di Pantai Cangkring.
Ya, kematian Faran menambah panjang daftar korban laka laut di kawasan Pantai Selatan dalam beberapa bulan ini.
Baca Juga: Kampanye Pilkada Lewat Medsos, Bawaslu Bantul Awasi Akun-Akun Buzzer
Terhitung dalam dua bulan terakhir saja sudah tercatat dua laka laut yang memakan korban jiwa. Pertama pada hari Kamis (6/8/2020) lalu di Pantai Gua Cemara, dan Jumat (4/9/2020) kemarin Pantai Parangtritis.
Koordinator SAR Satlinmas Wilayah IV Dwi Rias Pamuji, mengatakan pihaknya masih belum bisa memastikan secara lebih detail terkait dengan angka pasti kejadian laka laut yang sudah terjadi di tahun ini.
Namun pihaknya menyebut jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya memang ada peningkatan.
"Kalau dibilang meningkat sih bisa juga dari tahun. Soalnya memang dalam jangka waktu dua tahun lalu masih landai, tahun ini saja yang kebetulan banyak sekali. Bahkan tidak hanya di wilayah kita saja," ujar Rias saat dihubungi SuaraJogja.id, Selasa (8/9/2020).
Rias menyebutkan ada beberapa hal yang memang menjadi penyebab laka laut di pantai Selatan ini terjadi. Pertama karena memang ombak yang masih cukup besar dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Bupati dan Wabup Ikut Pilkada, Bantul Kebut Pengerjaan Perda dan Perbup
Kedua akibat dari kelalaian pengunjung yang datang dan keasyikan bermain-main di bibir pantai sehingga tidak memperhatikan kondisi sekitarnya.
Menurut Rias, sejauh ini petugas yang berjaga bersama pokdarwis setempat sudah berkoordinasi untuk mengantisipasi kejadian seperti itu tidak terulang kembali.
Mulai dari pemasangan spanduk larangan mandi di laut, hingga selalu mengingatkan wisatawan untuk berhati-hati jika bermain di pantai menggunakan pengeras suara.
"Sebenarnya kita sudah kerja pontang-panting namun masih tetap ada saja wisatawan yang ngeyel dan nekat meski sudah diperingatkan. Apalagi jika kurang berhati-hati sedikit saja pasti akan berakhir dengan laka laut," tuturnya.
Dijelaskan Rias, kebanyakan laka laut itu terjadi saat hari-hari biasa atau sepi. Saat seperti itu yang menjadikan wisatawan terlepas dari pantauan atau pengawasan petugas.
Tidak dipungkiri bahwa pihaknya juga kesulitan jika harus melakukan pengawasan secara terus menerus setiap saat kepada semua pengunjung yang datang. Menurutnya kewaspadaan dari sendiri menjadi hal utama yang perlu diperhatikan setiap pengunjung.
Karakteristik di Pantai Cemara Berbahaya
Ketika ditanya mengenai karakteristik pantai selatan DIY sendiri, Rias menyebutkan memang terdapat cukup banyak palung yang cukup besar dan curam.
Jadi memang hal itu membuat evakuasi jika ada seseorang yang terseret ombak dan masuk tenggelam ke palung tersebut menjadi lebih susah.
"Kalau kedalaman bisa sampai 4-5 meter dari palung yang berada paling dekat dengan bibir pantai. Jaraknya juga cukup dekat ditambah arusnya pun sangat kencang jadi memang sangat diimbau untuk tidak bermain di sekitar bibir pantai apalagi berenang," tegasnya.
Sementara itu Komandan SAR Pantai Parangtritis, Ali Sutanto, juga mengatakan hal serupa terkait dengan karakteristik pantai selatan DIY yang memang terbilang berbahaya dan sulit untuk diprediksi.
Oleh sebab itu peringatan atau rambu-rambu pun berupa gambar palung yang di dalamnya tertulis dilarang mandi di laut sudah terpasang di beberapa titik.
Ali menuturkan karakteristik di Pantai Gua Cemara memang lebih curam dibanding pantai lain seperti Pantai Parangtritis yang mayoritas masih lebih landai.
Bantul sendiri memang memiliki pantai bertipe curam di Pantai Parangkusumo ke arah barat sampai Pantai Kuwaru.
Kondisi yang lebih curam itu membuat arus air laut menjadi lebih kencang sehingga tarikan arus ke arah selatan juga menjadi lebih kuat. Dikatakan Ali, kondisi seperti yang membuat wisatawan tidak perbolehkan mandi di laut.
"Jadi meskipun terlihat landai tapi kawasan pantai selatan ini bisa sewaktu-waktu memakan korban. Maka dari itu harus tetap mematuhi imbauan dari petugas yang berjaga demi keselamatan bersama," kata Ali.
Alat Penyelamat Tidak Sesuai Standar
Tidak dipungkiri bahwa melakukan penyelamatan terhadap korban laka laut bukanlah hal mudah. Diperlukan ketrampilan khusus dan tentunya dukungan dari alat-alat yang memadai pula.
Namun menurut, Koordinator SAR Satlinmas Wilayah IV Dwi Rias Pamuji alat-alat pendukung yang dimiliki pihaknya hingga saat ini masih terbilang belum mencukupi. Tidak jarang hal itu yang menyulitkan timnya untuk memaksimalkan upaya penyelamatan.
Dikatakan Rias, hingga saat ini tercatat masih ada 30 personel yang bertugas di dalam wilayahnya. Dari semua personel yang ada itu, kata Rias, mereka hanya bisa memanfaatkan sejumlah sarana dan prasarana penyelamatan di antaranya pelampung dan tali tampar saja.
Bahkan, lebih lanjut Rias menyebutkan beberapa alat sudah tergolong tidak sesuai standar atau dapat dikatakan rusak sehingga tidak bisa digunakan lagi. Pihaknya hanya akan mengandalkan kemampuan anggota SAR yang ada jika terpaksa untuk berenang di laut berhadapan dengan gelombang tinggi.
Begitu pun dalam urusan proses evakuasi wisatawan yang sudah berhasil dievakuasi namun masih dalam kondisi kritis dan membutuhkan pertolongan yang cepat. Pihaknya tidak memiliki ambulans yang siap sewaktu-waktu digunakan untuk memberikan pertolongan sesegera mungkin.
Contoh yang belum lama ini dialami adalah sewaktu insiden Pantai Gua Cemara yang memakan tujuh korban jiwa beberapa waktu lalu. Personel SAR Satlinmas yang bertugas di lokasi terpaksa harus menggunakan kendaraan milik warga untuk membawa dua korban awal yang masih sempat bisa dievakuasi ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
"Inventarisasi sarana dan prasarana ini menjadi krusial bagi kami. Jadi akan segera kami lakukan lagi untuk melihat apa saja keperluan yang memang mendesak dan harus disediakan," ujar Rias.
Pengadaan sarana dan prasarana pendukung itu memang diperlukan mengingat Rias dan timnya tetap harus berjaga setiap hari. Pengawasan wilayahnya sendiri mencakup dari muara sungai Opak hingga muara Sungai Progo yang berjarak kurang lebih lima kilometer.
"Ada kurang lebih 10 personel yang berjaga saat siang hari. Nanti bakal ganti lima personel yang piket waktu malam," katanya.
Diakui Rias, personel yang berjaga itu selalu melakukan pemantauan kepada wisatawan yang berkunjung ke pantai. Namun pengawasan itu menjadi kurang maksimal karena terkendala fasilitas kendaraan seperti ATV atau motor trail.
Sehingga pengawasan tadi hanya bisa dilakukan pada pos-pos pemantauan saja tidak sampai ke menyeluruh ke bibir pantai.
Butuh Pelatihan
Sementara itu Ketua Pokdarwis Pantai Gua Cemara, Suratijo (40), menuturkan sudah berusaha mengantisipasi semaksimal mungkin kejadian yang memang tidak diinginkan terjadi kepada setiap pengunjung.
Bahkan pihaknya sudah menyiapkan petugas khususnya untuk melakukan pemantauan dengan berkeliling di pantai.
"Kita juga sembari memanfaatkan HT, nanti jika petugas kami mendapati ada pengunjung yang tidak tertib dalam arti malah bermain-main di dekat air akan langsung kontak sekretariat untuk selanjutnya diberi imbauan melalui pengeras suara," kata Suratijo.
Lebih lanjut, Suratijo pun sempat memasang tali tampar atau tambang yang membentang di tepi pantai. Pemasangan itu guna menandai bahwa di sekitar situ adalah kawasan palung.
Harapannya pengunjung menjadi sadar bahwa memang wilayah pantai selatan tergolong berbahaya karena memang sulit diprediksi.
Meski sudah diberikan beberapa bantuan dari Dinas Pariwisata Bantul semisal pengeras suara atau megaphone untuk mengimbau pengunjung, pihaknya berharap adanya pelatihan terkait dengan peningkatan sumber daya manusia. Khususnya bagi pengelola wisata yang berada di sepanjang pantai selatan tersebut.
"Pelatihannya mungkin bisa dari Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) karena memang kecelakaan di tempat wisata itu tidak hanya laka laut tapi juga banyak macamnya yang tak terduga," ungkapnya.
Menurut Suratijo, pihaknya tidak boleh hanya bergantung kepada tim atau petugas terkait yang sedang bertugas di lapangan saja. Namun juga harus bisa mengatasi kejadian atau kecelakaan itu dengan sesegera mungkin.
Selain itu pihaknya juga berharap perhatian baik dari pihak Pemkab Bantul atau swasta terkait dengan sinyal di wilayah pantai selatan. Hal itu dirasa penting mengingat komunikasi menjadi satu hal krusial ketika memang ada suatu masalah atau kejadian yang terkait dengan bantuan dan segala macamnya.
"Sinyalnya memang susah di sini jadi saat misalnya butuh pertolongan atau ingin melaporkan kejadian tidak bisa secepat di tempat lain. Nanti itu juga akan berpengaruh kepada pengembangan kepariwisataan terkait dengan marketing dan lainnya," pungkasnya.
Di sisi lain, salah satu pengunjung di Pantai Gua Cemara, Dyah, mengakui sudah mudah menemukan rambu-rambu atau imbauan yang terpasang di beberapa titik sepanjang pantai itu. Selain itu pengeras suara juga terlihat sudah terpasang walaupun memang sedang tidak digunakan.
"Mungkin karena ini sepi jadi petugas juga tidak jaga terus. Tapi imbauannya sudah ada beberapa terpasang kok," ungkapnya.
Menurut Dyah, setiap pengunjung perlu memperhatikan setiap aktivitas mereka masing-masing selama berada di tempat wisata khususnya di pantai selatan. Pasalnya kondisi alam yang ada diakui sangat sulit diperkirakan dan jika tidak waspada akan berakibat fatal.
"Intinya hati-hati saja mas, senang-senang boleh tapi jangan lupa jaga diri lihat kondisi sekitarnya," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah Desain Timeless: Enak Dilihat Sepanjang Waktu, Mulai Rp 30 Jutaan
- Pemain Keturunan Rp 312,87 Miliar Juara EFL Masuk Radar Tambahan Timnas Indonesia untuk Ronde 4
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Mesin Diesel Harga di Bawah Rp100 Juta
- Selamat Tinggal Mees Hilgers, Penggantinya Teman Dean James
- 5 Alasan Honda Supra X 125 Old Masih Diminati, Lengkap dengan Harga Bekas Terbaru Juni 2025
Pilihan
-
3 Mobil Toyota Bekas di Bawah Rp80 Juta: Kabin Lapang, Hemat Bensin dan Perawatan
-
Catatan Liputan Suara.com di Jepang: Keajaiban Tas, Uang dan Paspor Hilang Kembali ke Pemilik
-
Proyek Rp1,2 Triliun Kerap Bermasalah, Sri Mulyani Mendadak Minta Segera Diperbaiki
-
DOR! Dua Bule Australia Jadi Korban Penembakan di Bali, Pelaku Disebut Gunakan Jaket Ojol
-
AFPI Geram, Ajak Pelaku Gerakan Gagal Bayar Pinjol Dipolisikan Biar Ditangkap
Terkini
-
Geger di Bantul! Granat Zaman Perang Ditemukan Saat Kerja Bakti, Tim Gegana Turun Tangan!
-
Proyek Tol Jogja-Solo: Penambahan Lahan 581 Bidang di Sleman dan Progres Konstruksi Sentuh 60 Persen
-
Mbah Tupon Jadi Korban Mafia Tanah: JPW Desak Polda DIY Umumkan Tersangka
-
Motif Penumpang Begal Driver Ojol di Kalasan, Terlilit Utang Pinjol
-
Kiprah Sultan HB II di Jogja, Seminar Nasional Bakal Ungkap Perlawanan dan Pemikirannya