Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Senin, 14 September 2020 | 15:10 WIB
Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid. [Suara.com/Stephanus Aranditio]

SuaraJogja.id - Aktivis Sosial, Alissa Wahid mengaku tak bisa membendung air mata dan rasa sedihnya setiap kali melihat video penghormatan tenaga kesehatan yang gugur karena Covid-19. Ia menilai pasti sangat sulit bagi tenaga medis untuk menjalani hidup di tengah pandemi seperti ini.

Melalui akun Twitter pribadinya @AlissaWahid, putri sulung presiden keempat Indonesia, almarhum Gus Dur ini menyampaikan ceritanya. Alissa mengaku sudah berulangkali menangis karena video penghormatan terakhir untuk tenaga kesehatan yang berpulang karena covid-19.

Tangisnya tersebut akhirnya luruh saat membuat video untuk acara tahlil akbar RMI, NU dan PDNU serta lembaga lain. Menganalogikan tangisnya itu seperti air bah yang datang begitu deras, Alissa menilai itu adalah videonya yang paling emosional.

"Saya tidak bisa membayangkan beratnya kehidupan para nakes saat ini, terutama yang bertugas di bangsal COVID-19. Kelelahan, kesusahan karena APD yang rumit, kecemasan akan nasib para pasien & keselamatan pribadi, kepenatan mencari rujukan untuk pasien-pasiennya," cuit Alissa Senin (14/9/2020).

Baca Juga: Wacana Rapid Test bagi PPS, Pemkab Bantul Tunggu Perkembangan Pandemi

Wanita yang berprofesi sebagai psikolog itu tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan para tenaga medis saat ini. Ia menilai para dokter dan perawat tersebut pasti tengah menjalani hidup yang berat. Ada banyak hal, ketakutan dan keresahan yang tengah dihadapi.

Menurut Alissa, hal yang paling berat adalah menjaga jarak dengan orang-orang yang dicintai. Sebagain dokter dan tenaga kesehatan lainnya bahkan tidak berani pulang. Sedangkan sebagian yang pulang dengan kecemasan tinggi khawatir membawa virus.

Terkait seluruh dokter dan tenaga medis yang gugur selama perang melawan pandemi, Alissa tidak sampai hati harus bagaimana mengungkapkan perasaannya. Ia bertanya apa yang sekiranya bisa mengobati luka dan duka dari keluarga yang ditinggalkan. Bangsa Indonesia dinilai berhutang kepada mereka.

"Di setiap jasad dokter & nakes yang membujur kaku, ada hati & kebahagiaan keluarga yang ikut membeku," cuit Alissa.

Wanita lulusan Fakultas Psikologi UGM ini juga menyematkan video yang ia sebut sebelumnya. Berdurasi 2 menit 20 detik, video tersebut diunggah oleh akun @GUSDURians dan sudah ditayangkan lebih dari 1,6 ribu kali.

Baca Juga: Pegawai Ada yang Positif, PN Sleman Tutup Layanan Mulai Hari Ini

Dalam tayangan tersebut, Alissa menyampaikan hal yang sama seperti yang ia tuang dalam cuitannya. Namun, dari matanya yang terututup kacamata berbentuk bulat, terlihat berkaca-kaca menahan tangis karena menceritakan tentang para dokter dan tenaga kesehatan.

Kalimatnya mulai terbata-bata dan suara Alissa menjadi serak saat membahas keluarga para dokter dan tenaga medis yang ditinggalkan. Ia mengucapkan maaf saat air mata mengucur dari sudut matanya dan membasahi pipi karena rasa bersalah kepada para pahlawan kesehatan tersebut.

Alissa berpesan, bahwa meski masyarakat tidak bisa mengembalikan nyawa mereka yang pulang akibat gugur di medan pertempuran. Namun, masyarakat bisa iku bertanggungjawab untuk menyelesaikan persoalan yang tengah dihadapi hampir oleh seluruh penduduk bumi ini.

Load More