Soeharsono menjelaskan, BPTP memperkenalkan beberapa teknologi, di antaranya ada pengolaan lahan air, varietas, tata kelola, seperti pemupukan, dan kelembagaan, atau pembentukan kelompok tani. Menurutnya, perkembangan yang ditunjukkan oleh kelompok tani lahan pasir ini sangat pesat.
Hal itu terbukti dengan kemampuan lelang hasil panen yang hampir bisa dilaksanakan setiap hari. Artinya, petani dapat menjual komoditas yang bahkan tiap hari harganya berubah.
"Para petani juga sudah melakukan kolaborasi dan terintegrasi untuk dapat membangun pasar, yang tidak hanya di lokal Bantul, tapi bisa ke luar Bantul, di tingkat provinsi hingga antar provinsi bahkan ada jaringan antar pulau. Artinya ini spesial karena memang komoditas pertanian di DIY itu kecil, tapi bisa dinamis, bisa memberikan produknya hingga ke berbagai daerah," ujar Soeharsono.
Soeharsono memaparkan bahwa kualitas hasil panen dari para petani lahan pasir ini lebih baik ketimbang di lahan sawah pada umumnya. Pasalnya, kualitas panen di lahan pasir memiliki kadar air yang lebih tinggi.
Hal itu nanti akan menjadikan para petani mendapatkan bobot per kilogram dengan jumlah cabainya lebih sedikit dibandingkan dengan lahan sawah, ditambah juga menjadikan hasil panen di lahan pasir lebih awet untuk disimpan.
"Kalau cabai cepat rusak itu karena kadar airnya sedikit. Jadi memang untuk hasil panen baik cabai atau bawang merah di lahan pasir ini kualitas lebih baik," paparnya.
Soeharsono menambahkan, kesulitan teknis yang dihadapi pihaknya dan para petani sendiri hingga saat ini tidak terlalu dirasakan. Hal itu karena memang dulu pihaknya telah menimbun lahan pasir tersebut dengan tanah liat.
Tidak tanggung-tanggung, dulu dibutuhkan tanah liat yang mencapai 20 ton per hektare yang akan digunakan. Namun setelah semua itu terlewati, pihaknya mengakui tidak merasakan kesulitan secara teknis lagi.
"Dulu sudah sempat ditimbun dengan tanah liat. Nah, tanah liat sendiri tidak bisa habis, sehingga sekarang hanya perlu ditambah pupuk organik saja jika ingin menanam sesuatu. Kendala sekarang hanya di pasca panen karena tidak bisa mengendalikan harga cabai yang fluktuasinya tinggi," tandasnya.
Baca Juga: Dongkrak Harga Cabai Merah, Petani Lahan Pasir Pesisir Bantul Gelar Lelang
Berita Terkait
-
Dongkrak Harga Cabai Merah, Petani Lahan Pasir Pesisir Bantul Gelar Lelang
-
Lagi Asyik Foto, Seorang Pemuda Lenyap Terseret Ombak Pantai Selatan
-
Tanah Sultan Terdampak Tol Jogja-Solo, Krido: Bakal Dapat Ganti Untung Juga
-
Kemnaker Beri Bantuan Program Padat Karya pada 25 Kelompok Tani
-
Petani di Pesisir Bantul Usir Alat Berat, Protes Pembangunan Kantor BMT
Terpopuler
- 3 Pemain Keturunan yang Menunggu Diperkenalkan PSSI usai Mauro Zijlstra
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Usai Kena OTT KPK, Beredar Foto Immanuel Ebenezer Terbaring Dengan Alat Bantu Medis
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Terbukti Tak Ada Hubungan, Kenapa Ridwan Kamil Dulu Kirim Uang Bulanan ke Lisa Mariana?
Pilihan
-
Mantan Wali Kota Solo Teguh Prakosa Ditunjuk Jadi Plt Ketua DPC PDIP Solo
-
Gaji Anggota DPR Pajaknya Ditanggung Negara
-
BREAKING NEWS! Timnas Indonesia Batal Hadapi Kuwait di FIFA Matchday September 2025
-
Ditemukan di Tempat Sampah, Ditolak Panti Asuhan: Kisah Lily yang Jadi Jawaban Doa Nagita Slavina
-
Harga Emas Antam Hari Ini Lebih Murah Rp 4.000 Jadi Dibanderol Rp 1.929.000 per Gram
Terkini
-
Ricuh Suporter PSIM dan Persib di Jogja, Polisi Sebut Timbulkan Beberapa Korban Luka
-
Saksi Mata: 'Kami Kira Orang Piknik!' Kengerian Kericuhan Suporter PSIM di Parkiran Ngabean Jogja
-
Kiper PSIM Jadi Pahlawan, Gagalkan Penalti Klok di Detik Akhir, Persib Gagal Raih Poin Penuh
-
Polemik Royalti Lagu: Transparan atau Tidak? Temuan Pakar UGM Bongkar Borok Sistem Distribusi
-
Kuasa Hukum Keluarga Diplomat Arya Daru Tegaskan: 'Tidak Ada Masalah Mental! Keluarga Lebih Tahu!