Scroll untuk membaca artikel
Dany Garjito | Farah Nabilla
Kamis, 24 September 2020 | 12:20 WIB
Kegiatan arung jeram Mapagama (Dokumentasi Mapagama)

SuaraJogja.id - Tahan fisik, cekatan, dan banyak cerita. Begitulah image yang melekat pada anggota Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Gadjah Mada atau Mapagama.

Latihan fisik sudah pasti menjadi rutinitas setiap pekan. Seperti ketika Suara.com menyambangi basecamp mereka yang terletak di kawasan Bulaksumur, Yogyakarta, para anggota sedang melakukan olahraga ringan meski kampus sepi karena pandemi.

Ketahanan fisik memang menjadi modal dasar untuk para anggota Mapagama. Hal ini tak luput dari kegiatan inti mereka yang mengharuskan berkelana dan bertahan hidup di alam.

Namun, fisik saja tidak cukup. Mereka juga harus dibekali pengetahuan mendasar baik kemampuan teknis maupun manajerial.

Baca Juga: Begini Caranya Dapat Bantuan Kuota Internet Siswa Gratis Dari Kemendikbud

Iqbal Setya Nugaraha, Ketua Mapagama menjelaskan bahwa untuk bisa bergabung menjadi mahasiswa pecinta alam sebenarnya tidak sulit. Mereka tidak mengharuskan peserta yang mendaftar punya kemampuan tertentu.

"Enggak ada, yang penting niat. Soalnya nantinya mahasiswa akan diberi pelatihan dulu, diklat (pendidikan dan pelatihan)," kata Iqbal.

Sudah tiga tahun Iqbal bergabung dengan Mapagama. Iqbal adalah punggawa Mapagama dari divisi Orad atau Olahraga Air dan Arus Deras. Selama itu pula ia telah melanglang buana ke pelosok Sumatera hingga menyusuri sungai di Pulau Tasmania, Australia. 

Ada lima divisi yang ditawarkan oleh Mapagama untuk dipilih para peserta,  di antaranya adalah divisi Gunung Hutan, Paralayang, Orad, Climbing (panjat tebing), dan Caving (susur gua).

Kegiatan mendaki Mapagama (Dokumentasi Mapagama)

Untuk menjadi anggota di Mapagama, ada serangkaian kegiatan yang harus dilakukan mulai dari Gladi Mula hingga Gladi Madya.

Baca Juga: Cara Menerima Bantuan Kuota Internet Kementerian Pendidikan

Namun, di tengah pandemi seperti ini, Iqbal mengakui jika proses pelatihan tersebut mengalami kendala.

"Kalau untuk tahap pematerian mungkin masih bisa ya, jadi untuk mengajarkan tali temali, atau manajemen risiko lapangan itu masih bisa, tapi nanti kita tetap akan ada proses lapangan juga, tapi itupun tidak semua peserta diwajibkan," ungkap mahasiswa Fakultas Psikologi ini.

Bukan hanya pelatihan saja yang terkendala, tapi pandemi juga membuat UKM dibentuk pada 29 September 1973 ini memutuskan untuk tidak menggelar ekspedisi di sepanjang tahun 2020.

Melawan Stigma 'Mahasiswa Paling Lama'

Tak dipungkiri, mahasiswa tua atau mahasiswa yang lama lulusnya menjadi stereotip yang melekat pada anggota Mapala, tak terkecuali Mapagama.

Stigma ini lekat menempel pada anggota Mapagama lantaran kegiatan di luar yang begitu padat dan membutuhkan persiapan maksimal.

Load More