SuaraJogja.id - Seniman space art asal Yogyakarta Venzha Christ kembali membuat terobosan. Pernah ikut simulasi Mars Desert Research Station (MDRS) di Utah, Amerika Serikat pada 2018 lalu, pengalaman tersebut rencananya akan ia coba terapkan di Yogyakarta.
Bersama timnya di HONF Foundation dan ISSS, platform terbuka yang dibangun untuk siapa saja yang tertarik dengan Space Science dan Space Exploration, Venzha selama dua tahun terakhir mengembangkan riset cara hidup di Mars di laboratoriumnya.
Hasil riset tersebut akan diterapkannya dalam simulasi Mars di tiga titik di Yogyakarta dengan nama v.u.f.o.c Mars Analog Research Station (VMARS) pada akhir tahun 2020 nanti.
"Kami akan memulai proto program pada awal tahun 2021, yang kemudian program pertamanya dilaksanakan pada pertengahan 2021," ungkap Venzha di galeri seni rumahnya, Selasa (29/09/2020).
Baca Juga: Keren! Seniman Indonesia di China Gelar Pameran Seni Bertemakan Tahun 2020
Menurut Venzha, program VMARS tersebut rencananya dimulai pada awal tahun ini. Namun karena terjadi pandemi COVID-19, maka terpaksa mereka memundurkan jadwal pelaksanaannya.
Tiga titik yang akan digunakan untuk simulasi kehidupan di Mars masih dirahasiakan Venzha. Yang pasti, ada kawasan yang mirip dengan kondisi di Mars yang memiliki banyak bebatuan dan pasir.
Dia akan berkolaborasi dengan berbagai komunitas regional, nasional, maupun internasional dalam ranah sains dan teknologi antariksa dalam simulasi tersebut.
Beberapa lembaga dan Institusi yang terlibat antara lain berasal dari kalangan akademisi, praktisi astronomi, universitas baik dalam maupun luar negeri, hingga institusi yang pernah menjalin kerja sama dengannya selama 10 tahun terakhir.
Sebut saja Laboratoire d'Astrophysique de Marseille (LAM), Field Assistant (Jepang), NARIT (Thailand), LAPAN (Indonesia), Mars Society (USA/Japan), Observatorium BOSSCHA (Indonesia), IMeRA Institute for Advance Study (Perancis), CEOU (Korea), IRAM (Perancis), SETI Institute (USA), ISAS (Jepang), dan SCASS (UAE).
Baca Juga: Profil Butet Kartaredjasa, Seniman yang Handal Tiru Presiden Soeharto
"Misalnya ahli botani yang membantu pengolahan tanah agar bisa ditumbuhi tanaman dengan protokol di Mars," ujarnya.
Simulasi tersebut, lanjut Venzha, sangat penting dilakukan karena Planet Mars menjadi salah satu alternatif kehidupan selain Bumi. Durasi hari di Planet Mars juga sangat mirip dengan Bumi. Hari berdasarkan Matahari di Mars tercatat selama 24 jam 39 menit 35,244 detik, sangat mirip dengan Bumi.
Mars memiliki kemiringan sumbu sebesar 25,19°, sementara kemiringan sumbu Bumi 23,44°. Musim di Mars berlangsung hingga hampir dua kali lebih lama karena satu tahun di Mars sama dengan 1,88 tahun di Bumi.
Luas permukaan Planet Mars kurang lebih 28,4% Bumi, sedikit lebih rendah dari luas daratan di Bumi, yang meliputi 29,2% permukaan Bumi. Sedangkan jari-jari Mars tercatat setengah dari Bumi dan massanya sepersepuluh Bumi.
Melalui simulasi di beberapa titik kawasan di Yogyakarta yang memiliki indikator laiknya kondisi di Mars, program tersebut diharapkan menjadikan pemahaman baru tentang Mars atau planet lainnya yang memungkinkan untuk dihuni, yakni dengan pendekatan berbagai perspektif sains, teknologi, etika, dan juga seni.
Fokus VMARS pada riset Radio Astronomy mengenal radiasi benda langit, kreasi Space Food alternatif, inovasi teknologi Space Farming, serta penelitian Extra-Terrestrial Life. Riset ini jadi acuan untuk mengolah logika dan penalaran bagi generasi yang ada sekarang dan akan datang.
"Dengan hadirnya VMARS ini diharapkan dapat mendorong industri antariksa nasional, dan ekonomi kreatif di bidang sains antariksa di Indonesia," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Misi ke Mars Terancam Gagal? Radiasi jadi Kendala Utama bagi Manusia
-
Dari Teater Musikal hingga Workshop: Yuk, Eksplorasi Seni Visual di Jakarta Doodle Fest 2024 Akhir Pekan Ini!
-
Dedikasi untuk Kemajuan Sosial, Inilah Pameran Amal Sarana Seni Cahaya Cita Indonesia
-
Komunitas Pecinta Sneaker Merapat, Ini Gelaran Perayan Pop Hingga Hadirkan Seniman Asal Bali
-
Melawan Arus Modernitas: Seniman Indonesia di Hamburg Lestarikan Tato Handtapping
Terpopuler
- Vanessa Nabila Bantah Jadi Simpanan Cagub Ahmad Luthfi, tapi Dipinjami Mobil Mewah, Warganet: Sebodoh Itu Kah Rakyat?
- Reaksi Tajam Lex Wu usai Ivan Sugianto Nangis Minta Maaf Gegara Paksa Siswa SMA Menggonggong
- Kini Rekening Ivan Sugianto Diblokir PPATK, Sahroni: Selain Kelakuan Buruk, Dia juga Cari Uang Diduga Ilegal
- TikToker Intan Srinita Minta Maaf Usai Sebut Roy Suryo Pemilik Fufufafa, Netizen: Tetap Proses Hukum!
- Adu Pendidikan Zeda Salim dan Irish Bella, Siap Gantikan Irish Jadi Istri Ammar Zoni?
Pilihan
-
Kekerasan di Pos Hauling Paser, JATAM Desak Pencabutan Izin PT MCM
-
Jelajah Gizi 2024: Telusur Pangan Lokal Hingga Ikan Lemuru Banyuwangi Setara Salmon Cegah Anemia dan Stunting
-
Pembunuhan Tokoh Adat di Paser: LBH Samarinda Sebut Pelanggaran HAM Serius
-
Kenapa Erick Thohir Tunjuk Bos Lion Air jadi Dirut Garuda Indonesia?
-
Sah! BYD Kini Jadi Mobil Listrik Paling Laku di Indonesia, Kalahkan Wuling
Terkini
-
Akademisi UGM: Program Transmigrasi di Papua Masih Dibutuhkan
-
Satpol PP Kota Yogyakarta Terjunkan 100 Personel Amankan Kampanye Terbuka
-
DPD Golkar Gunungkidul Pecat Kader AMPI karena Dukung Paslon Selain Endah-Joko
-
Geger, Remaja Diduga Klitih Diamankan Warga di JJLS Gunungkidul
-
Peringati Hari Pahlawan, The 101 Yogyakarta Tugu dan Museum Benteng Vredeburg Hadirkan Pameran Seni Peaceful Harmony