Scroll untuk membaca artikel
Reza Gunadha | Hadi Mulyono
Sabtu, 17 Oktober 2020 | 21:32 WIB
Awak BPPM Balirung saat liputan turun ke lapangan. (Arsip BPPM Balairung)

Baru kemudian pada suatu masa lahirlah rubrik wawancara dengan beberapa ahli medio tahun 1988 atau 1989 untuk menyuguhkan artikel tema.

Kala itu, papar Fahmi, BPPM Balairung mulai berani mengangkat isu-isu teraktual di sekitar kampus, Jogja dan Nasional seperti saat ini.

November 1998, Balairung ikut andil dalam sarasehan pers mahasiswa yang melahirkan konsep pers komunitas dan pers wacana.

Sejak saat itulah, kedua konsep tersebut diimplementasikan ke dalam produk-produk jurnalistik BPPM Balairung hingga hari ini.

Baca Juga: Nadiem Terjunkan Mahasiswa Bidikmisi Bantu Siswa Belajar Dari Rumah

Majalah Balairung sebagai bentuk pers komunitas, dan jurnal ilmiah multidisipliner Balairung sebagai implementasi pers wacana,” urai Fahmi.

Meski beberapa kali menghadapi perubahan arah gerak lembaga, BPPM Balairung tetap eksis sampai saat ini dibuktikan dengan banyaknya kader yang terserap dari seluruh fakultas di UGM.

“Sekarang itu ada 124 anggota yang terdiri dari tiga angkatan. Jadi ada angkatan magang, angkatan I, angkatan II, dan angkatan III,” tambahnya.

Bagi calon anggota BPPM Balairung, Fahmi membeberkan proses seleksi yang harus dilalui tahap demi tahap.

Pertama ada seleksi berkas, dengan mengisi identitas diri secara umum, wawancara, hingga penugasan per divisi.

Baca Juga: Tolak Omnibus Law, BEM SI Geruduk Kawasan Patung Kuda

“Misalnya redaksi akan diminta membuat tulisan, kalau di zaman saya itu ada essay soal sejarah pers mahasiswa, kalau di tahun ini ada tulisan jurnalistik hard news,” ungkap Fahmi lagi.

Menghadapi situasi pandemi seperti sekarang ini, BPPM Balairung turut terkena dampak yang menurut mereka merepotkan. Pasalnya, pendaftaran yang sedianya dilakukan secara offline terpaksa dilakukan secara online.

Di BPPM Balairung, anggotanya akan dihadapkan dengan kegiatan rutin seperti diklat setiap divisi hingga diskusi untuk mematangkan wacana masing-masing kepala.

Sebagai pemantiknya, Fahmi menambahkan, penanggung jawab diskusi harus mencari pemateri seperti tokoh ahli, alumni, atau dari anggota internal Balairung yang punya inisiasi untuk mengisi.

Kegiatan diklat Balairung untuk menguatkan skill dan wacana awak. (Arsip Balairung)

Produk-produk BPPM Balairung

Semakin sore, sorot jingga matahari menyelusup melalui celah dinding dan atap bangunan belakang kantor Balairung.

Load More