SuaraJogja.id - Sebagian wilayah Gunungkidul yang berkapur terkadang mendatangkan persoalan tersendiri bagi masyarakat setempat. Endapan kapur sering muncul di air yang mereka konsumsi.
Seperti yang terjadi di wilayah padukuhan Keruk 2 Kelurahan Banjarejo kapanewon Tanjungsari Gunungkidul. Endapan kapur selalu muncul di air yang mereka konsumsi terutama air yang diambil dari mata air setempat. Endapan kapur tersebut muncul ketika air yang akan mereka konsumsi dimasak terlebih dahulu.
Dukuh Keruk 2 Eka Suryanti menuturkan, persoalan endapan kapur sudah muncul sejak jaman dahulu. Warga di tempatnya berusaha menghilangkan endapan kapur tersebut dengan melakukan penyaringan menggunakan kain kasa berwarna putih ketika akan mengkonsumsinya.
Meskipun akhirnya bisa menjernihkan kembali air yang telah dimasak, namun ternyata masih ada sisa sisa endapan kapur di dalam air tersebut. Endapan kapur tersebut juga sering membuat peralatan dapur mereka rusak. Karena kerak kerak putih dari endapan kapur melekat di perkakas yang mereka gunakan.
Baca Juga: Intensitas Kampanye Tatap Muka di Gunungkidul Tertinggi di Indonesia
"Airnya itu jernih tetapi kalau direbus nanti ada endapan kapur menempel ceret yang digunakan untuk memasak,"ujar Suyanti ketika ditemui di rumahnya, Kamis (22/10/2020).
Bagi keluarga yang mampu mereka lebih memilih untuk menggunakan air mineral atau galon yang dijual secara umum. Air yang berasal dari sumber mata air di tempat mereka hanya digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci. Karena mereka khawatir dapat menimbulkan penyakit ketika akan dikonsumsi.
Namun bagi warga yang kurang mampu mereka tetap menggunakan air dari sumber mata air setempat untuk dikonsumsi. Satu-satunya cara yang digunakan adalah melakukan penyaringan dengan menggunakan kain kasa berwarna putih ketika akan mengkonsumsinya.
"Ya mau bagaimana lagi. Harus dikonsumsi,"paparnya.
Persoalan inilah yang menjadi keprihatinan dari seorang santri yang bernama Najwa Zahratul Amalia. Santri dari Muhammadiyah Boarding School Al Mujahiddin ini melakukan inovasi. Dengan dibimbing oleh salah seorang ustadzahnya, Ilya Rosida, remaja ini menggunakan waktu Belajar Di Rumah (BDR) dengan melakukan riset.
Baca Juga: Cegah Klaster Liburan, Dinpar Gunungkidul Ingatkan Protokol Kesehatan
Riset itu sendiri ia lakukan karena juga ingin mengikuti sebuah kontes yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Risetnya itu pula yang menghantarkan dirinya menjadi juara satu dalam produksi film pendek pada kompetisi Sains (science), Teknologi (technology), Teknik (engineering), Seni (art) dan Matematika (mathematic) Ki Hajar Award yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Berita Terkait
-
Kemendagri Memperoleh Penghargaan Dari Ombudsman RI, Dinilai Patuh Selenggarakan Pelayanan Publik
-
Penuhi Kebutuhan Air Bersih dan Sanitasi Layak, Pentingnya Kolaborasi Lintas Sektor
-
Salurkan Bantuan Sanitasi Layak dan Air Bersih, PNM Peduli Masa Depan Sehat
-
Riwayat Pendidikan dan Gelar Najwa Shihab, Trending usai Wawancara Prabowo
-
Najwa Shihab Wawancara Prabowo Subianto, Pandji Pragiwaksono Beri Reaksi Tak Terduga
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
Terkini
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin
-
Soroti Maraknya Kasus Kekerasan Seksual Dokter Spesialis, RSA UGM Perkuat Etika dan Pengawasan