SuaraJogja.id - Perkembangan teknologi membuat serangan siber di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat, lebih dari 325 juta serangan siber mulai dari Januari hingga Oktober 2020 ini.
“Serangan siber diprediksikan akan terus berkembang, baik dari segi taktik, teknik, maupun prosedur yang digunakan,” ungkap Kepala BSSN, Hinsa Siburian dalam diskusi “Cyber Attack Countermeasures” di Museum Sandi Yogyakarta, Senin (26/10/2020).
Menurut Hinsa, serangan siber diprediksikan akan terus berkembang, baik dari segi taktik, teknik, maupun prosedur yang digunakan. Karenanya serangan tersebut perlu menjadi perhatian dalam meningkatkan kewaspadaan nasional.
BSSN mencoba mengatasi masalah itu dengan membangun pasukan untuk mengamankan serangan siber melalui Computer Security Incidents Respond Team (CSIRT). Saat ini BSSN sedang proses membangun CSIRT di 121 kementerian dan lembaga.
Baca Juga: Tambah 44 Pasien, DIY Tembus 3.506 Kasus Positif COVID-19
“Ini lah sebagai pasukannya untuk mengamankan siber di masing-masing kementerian dan lembaga,” tandasnya.
Di era digital saat ini, lanjut Hinsa masyarakat memerlukan pengetahuan yang cukup terkait manfaat maupun kerentanan yang ada di ruang siber. Karenanya masyarakat didorong untuk memanfaatkan ruang siber dengan baik.
“Masyarakat perlu menjunjung nilai, adat istiadat, budaya bangsa Indonesia agar dapat memanfaatkan siber dengan baik,” ungkapnya.
Sementara Penghageng Tepas Tandha Yekti Keraton Yogyakarta, GKR Hayu mengungkapkan Keraton mengembangkan inovasi untuk menyampaikan informasi terkait keraton. Sebab beberapa tahun silam belum ada laman bahkan sosial media (sosmed) tentang keraton termasuk berbagai kegiatan kebudayaan dan tradisi.
Pengembangan sosmed tersebut awalnya tidak mudah karena perbedaan pola pikir. Namun seiring makin berkembanganya teknologi, teknologi tersebut dibutuhkan dan bermanfaat dalam pelestarian budaya dan tradisi Keraton Yogyakarta.
Baca Juga: Diperbolehkan Gugus Tugas Gelar Liga 1, DIY Tak Mau Tergesa-gesa Izinkan
“Sekarang kami juga punya youtube untuk dokumenter budaya dan seni keraton. Kami menggandeng divisi lain termasuk untuk online library (perpustakaan-red,” ungkapnya.
Berita Terkait
-
Riset: Pelaku Kejahatan Siber Sasar Lembaga Pemerintahan dan Perusahaan Telekomunikasi
-
Jenis Serangan Siber Jangka Panjang 35 Persen Melampaui Durasi Satu Bulan di 2024
-
Rayakan Hari Kartini: 4 Perempuan Tangguh Menjawab Tantangan Era Digital
-
Suara.com Sempat Kena Serangan DDoS, Apa Itu dan Bagaimana Mengatasinya
-
Suara.com Dapat Serangan Siber, SAFEnet Ungkap Cara Kerja Serangan DDoS
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
Pilihan
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
Terkini
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin
-
Soroti Maraknya Kasus Kekerasan Seksual Dokter Spesialis, RSA UGM Perkuat Etika dan Pengawasan