SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi yang terus meningkat menyebabkan beberapa warga dalam kelompok rentan sudah harus dievakuasi. Peningkatan aktivias itu terlihat dari data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada Rabu (11/11/2020) kemarin, yang menunjukkan bahwa aktivitas itu sudah melebihi erupsi sebelumnya pada 2006 lalu.
Data tersebut disampaikan langsung Kepala BPPTKG Hanik Humaida kepada awak media melalui jumpa pers yang dilaksanakan secara daring, Kamis (12/11/2020). Dari data tersebut, kondisi Gunung Merapi dalam beberapa hari terakhir memang sudah melebihi erupsi yang pernah terjadi pada 2006, tetapi belum menyamai erupsi di 2010 lalu.
"Dari data kami memang menyerupai erupsi pada 2006, bahkan melebihi. Namun kalau dibandingkan tahun 2010, masih jauh lebih rendah," kata Hanik.
Hanik menyebutkan, data perbandingan tersebut diambil saat tiga hari menjelang munculnya kubah lava, ditambah juga dengan rata-rata tiga hari sebelum erupsi pada dua tahun terakhir. Selain itu, berdasarkan pemantauan hingga saat ini kubah lava belum terlihat muncul ke permukaan. Kendati begitu, pihaknya tetap mewaspadi potensi erupsi Merapi yang terjadi secara eksplosif.
Baca Juga: Jauh dari Bencana Primer, Pemkot Jogja Tetap Siaga Antisipasi Erupsi Merapi
"Kami naikkan status menjadi siaga ini melihat potensi bahaya yang mungkin muncul dengan erupsi secara eksplosif. Di sinilah potensi bahaya yang ada adalah jarak maksimal lima kilometer dari puncak, bukan radius lima kilometer," jelasnya.
Hanik menyampaikan, di sisi utara akan mendapat kemungkinan paling kecil bagian yang terdampak. Sementara untuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) sendiri sudah ditentukan berdasarkan sejarah erupsi beberapa tahun lalu, yang tidak menjangkau lima kilometer.
Melihat kemiripan pola dan kekuatan yang sejauh ini menyerupai erupsi Gunung Merapi pada 2006 silam, maka hal lain yang menjadi ancaman yakni jika nanti juga terjadi ekstrusi magma.
"Kalau di 2006 waktu itu ada ekstrusi magma dengan kecepatan tertentu. Ancaman bahaya maksimal yang dapat terjadi adalah ketika laju ekstrusi meningkat mencapai 100 ribu meter kubik per hari dan kubah lava telah memenuhi kawah mencapai volume 10 juta meter kubik," terangnya.
Perubahan atau kenaikan status Gunung Merapi, kata Hanik, akan tetap melihat dari data-data yang ada, mulai dari seismiknya, termasuk guguran, vulkanik, hingga melihat data inflasi dan deformasinya serta ancamanan bahaya yang ada.
Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, 1.294 Warga Telah Dievakuasi
"Kalau memang nanti kita menaikkan status itu adalah yang menjadi pertimbangan ancaman bahayanya. Status siaga saat ini merupakan status potensi bahaya dari potensi saat ini yakni eksplosif," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Momen Suporter Arab Saudi Heran Lihat Fans Timnas Indonesia Salat di SUGBK
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Kekayaan AM Hendropriyono Mertua Andika Perkasa, Hartanya Diwariskan ke Menantu
Pilihan
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
-
Kenapa KoinWorks Bisa Berikan Pinjaman Kepada Satu Orang dengan 279 KTP Palsu?
-
Tol Akses IKN Difungsionalkan Mei 2025, Belum Dikenakan Tarif
-
PHK Meledak, Klaim BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp 289 Miliar
Terkini
-
Logistik Pilkada Sleman sudah Siap, Distribusi Aman Antisipasi Hujan Ekstrem
-
Seharga Rp7,4 Miliar, Dua Bus Listrik Trans Jogja Siap Beroperasi, Intip Penampakannya
-
Skandal Kredit Fiktif BRI Rp3,4 Miliar Berlanjut, Mantri di Patuk Gunungkidul Mulai Diperiksa
-
Pakar Ekonomi UMY Minta Pemerintah Kaji Ulang Terkait Rencana Kenaikan PPN 12 %
-
DIY Perpanjang Status Siaga Darurat Bencana hingga 2 Januari 2025