Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Jum'at, 13 November 2020 | 10:09 WIB
Malioboro ditutup untuk kendaraan bermotor, Senin (3/11/2020). - (SuaraJogja.id/Putu)

SuaraJogja.id - Hampir dua minggu sejak 3 November lalu diberlakukan, uji coba kawasan Malioboro bebas kendaraan bermotor menuai beragam respon. Terbaru, respon juga disampaikan mantan Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudianto.

Sebagai upaya untuk mendukung Malioboro sebagai salah satu jalur sumbu imajiner yang masuk dalam warisan dunia, Pemda DIY melakukan uji coba kawasan tersebut sebagai area full pedestrian atau bebas kendaraan bermotor.

Uji coba yang diterapkan sejak 3 November lalu itu mendapat beragam respon. Sebagian ada yang sepaham, tapi tak sedikit pula yang melayangkan protes.

Beberapa PKL dan pemilik toko di kawasan Malioboro mengeluhkan sepinya pembeli sejak uji coba tersebut dilakukan.

Baca Juga: Tak Tahu Uji Coba Kawasan Pedestrian, Pemilik Toko Malioboro Protes Sultan

Selain dari masyarakat dan PKL di sekitar Malioboro, respon juga disampaikan oleh mantan Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudianto.

Lewat kicauannya di Twitter, ia menyebut perlu adanya rencana terpadu untuk memberlakukan kawasan Malioboro sebagai area pedestrian atau bebas kendaraan bermotor.

Ia mengingatkan bahwa penutupan kawasan Malioboro jangan sampai mengorbankan kenyamanan mereka terutama wisatawan yang berkunjung ke sana untuk rekreasi maupun belanja.

"Pedestrian tidak sebatas jalan ditutup untuk kendaraan tidak boleh lewat, tetapi tujuannya membuat kenyamanan untuk rekreasi dan atau berbelanja. Sudahkah direncanakan dengan terpadu untuk tujuan tersebut? (ingat Malioboro)," tulis Herry.

Kicauan Herry Zudianto menanggapi kawasan Malioboro yang bakal jadi area pedestrian. [@herry_zudianto / Twitter]

Terpisah, pakar permasalahan kota dari UGM yang telah meneliti kawasan Malioboro sejak 2001, Bambang Hari Wibisono mengungkapkan salah satu area sumbu imajiner tersebut tak dimungkiri seiring perubahan zaman terus mengalami transformasi.

Baca Juga: Uji Coba Malioboro Sepi Pengunjung, PKL Desak Pembatasan Jam Pedestrian

"Saya selesai melakukan penelitian dengan objek Malioboro itu 2001. Memang Malioboro telah mengalami transformasi dari periode ke periode. Ini juga muncul konsep yang unik karena memiliki sumbu filosofi bahkan sumbu imajiner yang menghubungkan dari Gunung Merapi hingga Laut Selatan," jelasnya.

Bambang menjelaskan bahwa perubahan akan terjadi seiring berkembangnya zaman. Termasuk Malioboro yang menjadi tumpuan hidup beberapa masyarakat mulai dari zaman Belanda hingga saat ini.

"Ini jelas akan mengalami perubahan. Tentu akan berbeda kondisi sekarang dengan 20 tahun lalu. Nah apakah sudah perlu Malioboro menjadi pedestrian, saya melihat Pemda memang menginginkan untuk mengurangi beban yang ada di Malioboro khususnya beban lalu lintas yang melewati Malioboro saat ini," ujar dia.

Ia tak menampik bahwa masalah akses jalan atau lalu lintas sudah sangat melebihi beban dari yang seharusnya dipikul oleh Malioboro.

"Saya kira tujuan itu baik-baik saja. Namun melihat dari sisi kultural atau historisnya akan lebih menarik jika dikurangi bebannya. Jadi tidak semuanya ditutup langsung," jelas Dosen jurusan teknik arsitektur dan perencanaan Fakultas Teknik UGM ini.

Load More