Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 18 November 2020 | 18:02 WIB
Salah seorang pengunjung yang kebetulan mengisi bangku-bangku kosong di warung makan Bu Ning, di Kaliurang Barat, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Rabu (18/11/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Dampak Gunung Merapi yang saat ini masih berstatus Siaga atau level III mulai dirasakan oleh pedagang di kawasan lereng. Tidak adanya kunjungan wisatawan membuat warung-warung di sepanjang kawasan wisata lereng Merapi jarang dijamah oleh manusia.

Kendati bisa dibilang mati suri, tak sedikit dari warga yang tetap teguh membuka warungnya berharap ada satu dua orang yang datang. Seperti yang dilakukan oleh Wahyuning, warga Kaliurang Barat, Hargobinangun, Pakem, Sleman.

Perempuan berusia 51 tahun tersebut masih tetap setia menanti kedatangan tamu yang hendak mampir ke warung makannya. Sempat merasakan angin segar ketika pengunjung mulai ramai beberapa bulan lalu semenjak pandemi Covid-19, Bu Ning sapaan akrabnya harus rela bersabar lebih lama lagi.

"Mulai Covid-19 sudah sepi tapi waktu masa liburan kemarin sempet sudah mulai rame. Tapi ternyata status Gunung Merapi naik menjadi siaga, ya jadinya sepi lagi. Kalau dulu pandemi Covid-19 awal udah sepi sekarang ditambah dengan Merapi jadi lebih sepi lagi," tutur Bu Ning saat ditemui SuaraJogja.id, di warung makannya, di Kaliurang Barat, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Rabu (18/11/2020).

Baca Juga: Berkali-kali Gempa Guguran, Gunung Merapi Keluarkan Gemuruh Keras

Menurutnya, status Gunung Merapi yang naik kali ini memberikan dampak yang lebih besar ketimbang dengan pandemi Covid-19 awal lalu. Hal itu membuatnya harus pintar-pintar menyiasati bahan makanan yang perlu dibeli. Sebab kalau tidak, bahan-bahan itu nanti hanya akan basi dan akhirnya terbuang sia-sia. Jika dalam keadaan normal, warung makan Bu Ning menyediakan berbagai macam aneka lauk penyetan dan sayur saat ini hanya tinggal beberapa menu saja.

"Mi instan, nasi goreng dan soto, semacam itu saja yang tersedia. Soalnya yang sederhana saja," sebutnya.

Diakui Bu Ning, sekarang ia lebih mengandalkan persediaan bahan makanan yang masih tersisa dan baik untuk diolah lagi.
Tak hanya itu, sekarang jam operasional warung pun juga dikurangi. Jika sebelumnya warung makan Bu Ning biasa buka dari pukul 07.00 WIB hingga 22.00 WIB.

Sekarang buka jam 08.00 WIB hanya sampai jam 20.00 WIB saja. Penurunan pengunjung tentu saja dibarengi dengan turunnya pendapatan yang diterima.

Bu Ning mengatakan, kalau dulu saat warungnya masih buka dengan kondisi normal tanpa pandemi Covid-19 dan kenaikan status Merapi, keuntungan sebesar Rp700 ribu sehari dengan mudah dikantongi. Namun sekarang, Rp100 ribu pun sudah sangat banyak, sejauh ini rata-rata di bawah itu.

Baca Juga: Status Gunung Merapi Siaga, Kawanan Monyet Turun ke Pekarangan Rumah

Kendati dengan kesederhanaan itu, Bu Ning tetap memilih untuk membuka warungnya. Sebab, warung ini menjadi satu-satunya usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Kemarin saat hari pertama diumumkan bahwa status Gunung Merapi naik, saya sempet tutup warung selama tiga hari. Soalnya ditambah hujan juga waktu itu," ucapnya.

Terkait upaya penanggulangan bencana erupsi Gunung Merapi, Bu Ning mengaku sudah mengemasi semua surat-surat penting miliknya untuk dibawa ke rumahnya yang berada di daerah bawah. Bu Ning pun menerangkan sudah mendapatkan informasi terkait diperbolehkannya warga untuk mengungsi lebih dulu.

Artinya, warga sudah diberi semacam arahan bahwa bagi siapapun yang akan mengungsi secara mandiri sudah diperbolehkan. Jika pun ingin ikut mengungsi ke barak-barak pengungsian yang telah disediakan juga telah disiapkan.

"Saya memilih ngungsi mandiri, soalnya juga ada cucu. Ada orang tua di bawah. Sementara ini saya masih sering di sini, mungkin dua hari sekali baru turun," imbuhnya.

Bu Ning sendiri menyatakan siap jika memang sewaktu-waktu diumumkan dan diminta untuk mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman. Sebab tidak dipungkiri bahwa dalam situasi yang tidak menentu semacam ini hanya membuatnya semakin was-was.

"Inginnya cepat segera selesai, kalau digantung gini rasanya malah khawatir dan tidak enak," ungkapnya.

Sementara itu salah seorang pengunjung yang kebetulan mampir untuk makan siang, Meli, mengaku iseng saja mampir ke warung Bu Ning. Sebab sepanjang perjalanan ia mengaku tidak menemukan banyak tempat makan yang buka.

"Kebanyakan tutup, saya cuma mau main saja niatnya keliling-keliling," kata warga Pakem tersebut.

Ia yang hanya memesan nasi goreng itu, mengaku juga khawatir dengan kondisi Merapi yang aktivitasnya terus meningkat. Namun di satu sisi, ia berharap agar kekhawatirannya dan banyak masyarakat lain tidak terjadi terlalu buruk dan dapat segerai selesai.

"Semoga cepat selesai deh lagian juga kasihan banyak yang jadi ngga buka warungnya kalau gini terus," harapnya.

Load More