SuaraJogja.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman terus melakukan penguatan koordinasi dengan beberapa pihak terkait antisipasi kenaikan status Gunung Merapi menjadi Awas atau Level III. Salah satu yang menjadi perhatian adalah penerimaan pengungsi jika situasi berubah sewaktu-waktu.
Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono mengatakan, dalam mitigasi bencana antisipasi kenaikan status Gunung Merapi kali ini, pihaknya akan berfokus pada penerimaan pengungsi di barak-barak hingga desa penyangga yang telah ditentukan. Hal ini sebagai bentuk respons terhadap penanganan pengungsian peristiwa erupsi 2010 silam.
"Saat ini pengungsian mandiri sudah bisa berjalan. Tidak seperti yang terjadi pada tahun 2010, di mana saat itu kita masih sibuk menyiapkan barak pengungsian untuk evakuasi, tapi sekarang sudah akan berjalan dengan sendirinya," ujar Joko kepada awak media, Rabu (18/11/2020).
Joko mengungkapkan bahwa evakuasi mulai dari nanti pemberangkat para pengungsi menuju barak pengungsian sudah ada standar operasional yang ditentukan. Masyarakat nanti akan dipandu oleh jejaring relawan yang tersebar di kawasan lereng Gunung Merapi.
Baca Juga: Berkali-kali Gempa Guguran, Gunung Merapi Keluarkan Gemuruh Keras
Untuk saat ini, Joko menyebutkan, pihaknya hanya tinggal menunggu arahan dari Kepala BPBD untuk melakukan eksekusi penanganan tersebut. Sementara itu, waktu yang ada terus digunakan untuk memperkuat koordinasi yang ada.
"Jadi evakuasi atau pengosongan wilayah itu memang tinggal menunggu perintah saja. Sekarang masih terus memperkuat koordinasi dulu," ucapnya.
Disampaikan Joko, hampir semua kelompok relawan yang ada menyatakan kesiapannya untuk mendukung BPBD, mulai dari pihak desa tangguh bencana, relawan, hingga jejaring yang dimiliki BPBD sendiri.
Semua unsur tersebut, kata Joko, akan membantu masyarakat lereng Gunung Merapi jika sewaktu-waktu terpaksa harus mengungsi, mengingat saat ini aktivitas Gunung Merapi masih terus berlangsung dan makin meningkat.
Selain melakukan koordinasi dengan para jaringan relawan, BPBD Sleman juga terus memantau perkembangan aktivitas Merapi yang disampaikan oleh BPPTKG. Harapannya, antisipasi bisa dilakukan lebih dulu jika memang status Merapi kembali dinaikkan.
Baca Juga: Status Gunung Merapi Siaga, Kawanan Monyet Turun ke Pekarangan Rumah
"Koordinasi dengan BPPTKG juga terus dilakukan sebagai rekomendasi jika nanti statusnya naik lagi. Kemungkinan seperti perkembangan jarak luncuran atau bahaya jadi fokus kami juga untuk menentukan pergerakan cepat evakuasi," tuturnya.
Joko menambahkan, saat ini telah disiapkan sebanyak 12 barak pengungsian untuk menampung warga lereng Merapi yang sudah dinyatakan masuk kategori bahaya sesuai rekomendasi BPPTKG, di antaranya Dusun Kalitengah Lor, Dusun Kaliadem, dan Dusun Palemsari.
Sementara itu, Panewu Cangkringan Suparmono mengatakan, di Cangkringan sendiri sudah ada 7 barak pengungsian yang sudah siap untuk digunakan. Ia juga akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait penyediaan logistik di barak-barak tersebut.
"Kita ada 7 barak di Cangkringan, yang baru dipakai barak ini [Glagaharjo] tapi yang lain dalam kondisi siap pakai. Kalau selimut, tempat tidur sudah ada, nah logistik yang belum ada. Akan lebih bagus kalau disiapkan juga," kata Suparmono.
Disebutkan Suparmono, selain di Glagaharjo, enam barak lainnya berada di Argomulyo dua barak, Wukir Sari juga dengan dua barak, Umbulharjo satu barak, dan satu barak lagi di Kepuh. Dari tujuh barak itu, lima barak dikelola oleh BPBD dan dua barak yakni Glagaharjo dan Kepuh dikelola oleh desa.
Suparmono menegaskan barak akan selalu dibuat berdekatan dengan sekolah. Hal itu guna menyiapkan serta mengantisipasi banyaknya pengungsi yang sewaktu-waktu bisa berdatangan.
"Semoga tidak terlalu banyak yang dipakai," harapnya.
Berita Terkait
-
Sejarah Erupsi Gunung Lewotobi dari Masa ke Masa, Terbaru Telan 10 Nyawa
-
Aktivitas Gunung Merapi Intensif, Ratusan Guguran Lava dan Awan Panas Ancam Zona Bahaya
-
Potret dan Profil Juliana Moechtar, Istri Komandan Upacara di IKN Dulunya Pemain Misteri Gunung Merapi
-
Letusan Gunung Kanlaon Filipina: 625 Hektar Lahan Pertanian Hancur Tak Berbekas!
-
Terus Bertambah, Korban Meninggal Dunia Banjir Lahar Hujan Gunung Marapi Mencapai 50 Orang
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
- Jadi Anggota DPRD, Segini Harta Kekayaan Nisya Ahmad yang Tak Ada Seperempatnya dari Raffi Ahmad
Pilihan
-
Freeport Suplai Emas ke Antam, Erick Thohir Sebut Negara Hemat Rp200 Triliun
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaik November 2024
-
Neta Hentikan Produksi Mobil Listrik Akibat Penjualan Anjlok
-
Saldo Pelaku UMKM dari QRIS Nggak Bisa Cair, Begini Respon Menteri UMKM
-
Tiket Kereta Api untuk Libur Nataru Mulai Bisa Dipesan Hari Ini
Terkini
-
AI Ancam Lapangan Kerja?, Layanan Customer Experience justru Buat Peluang Baru
-
Dampak Kemenangan Donald Trump bagi Indonesia: Ancaman Ekonomi dan Tantangan Diplomasi
-
Pengawasan Miras di DIY sangat Lemah, Sosiolog UGM Tawarkan Solusi Ini
-
Pakar hukum UGM Usul Bawaslu Diberi Kewenangan seperti KPK
-
Ini Perbedaan Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa pada Anak