SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir memaksa masyarakat yang masuk dalam kelompok rentan untuk dievakuasi. Namun bukan hanya masyarakat yang harus dievakuasi, melainkan ternak juga tak luput dari proses evakuasi.
Situasi ini dimanfaatkan oleh beberapa oknum untuk menjadi spekulan atau makelar ternak. Makelar ternak ini melakukan pendekatan dengan membujuk para warga untuk menjual ternak yang mereka miliki dengan harga murah.
Panewu (Camat) Cangkringan Suparmono mengakui memang sudah mendapat laporan tentang adanya makelar ternak yang menawarkan diri kepada warga. Namun diharapkan, warga tidak mudah tergiur, sehingga tidak terburu-buru memutuskan untuk menjual ternaknya.
"Terkait itu [makelar ternak] memang saya sudah dapat beberapa laporan. Sebaiknya memang masyarakat jangan terburu-buru tergiur, disimpan dulu saja," ujar Suparmono kepada awak media, Rabu (18/11/2020).
Baca Juga: Status Gunung Merapi Siaga, Kawanan Monyet Turun ke Pekarangan Rumah
Suparmono tidak memungkiri bahwa persoalan yang dihadapi masyarakat adalah terkait perawatan ternak selama harus dievakuasi ke tempat lain. Jika memang masyarakat memilih untuk tidak mengevakuasi hewan ternaknya, maka otomatis yang bersangkutan perlu mondar-mandir dari barak pengungsian untuk melakukan perawatan hewan ternaknya di rumah.
Namun jika dilakukan perpindahan atau evakuasi ternak ini, ada juga hal lain yang ditakutkan masyarakat. Salah satunya dapat menyebabkan stres yang meningkat pada hewan tersebut hingga berdampak pada produktivitasnya.
"Hewan ternak kalau dipindah tempat itu akan mempengaruhi produktivitasnya. Saat ini juga masih banyak warga di barak pengungsian [Glagaharjo] yang pulang tiap siang hari untuk sekadar memberi makan sapinya," ucapnya.
Ketakutan semacam itulah yang membuat masyarakat makin tergiur dari tawaran para spekulan atau makelar. Penawaran akan diberikan serendah mungkin dari harga yang ada di pasaran.
"Kesulitan dan ketakutan dari warga ini yang dijadikan para makelar untuk membuat penawaran dengan harga rendah," sebutnya.
Baca Juga: Pantau Kondisi Pengungsi Gunung Merapi, PMI Kerahkan 300 Personel
Merespons situasi tersebut, Suparmono menyebutkan, salah satu antisipasi yang bisa dilakukan adalah dengan kehadiran pemerintah daerah atau dinas terkait. Meskipun memang itu menjadi kewenangan pihak yang bersangkutan, tetapi menurutnya, pemerintah daerah dan masyarakat harus duduk bersama untuk menyelesaikan masalah ini.
"Mungkin pemerintah daerah bisa memfasilitasi masyarakat yang memang sudah ingin menjual hewan ternaknya, entah dengan cara dibeli atau seperti apa itu kewenangan yang bersangkutan. Kalau hanya diserahkan ke mekanisme pasar, dalam kondisi darurat seperti ini harga sudah pasti jatuh," tegasnya.
Sementara itu, Plt Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman Nawang Wulan mengaku memang sudah mendapat informasi juga terkait dengan penjualan hewan ternak dari beberapa masyarakat. Kendati begitu, hingga saat ini pihaknya belum dapat memastikan jumlah penjualan tersebut secara pasti.
"Dari informasi yang kami dapat, memang sudah ada warga di Kalitengah Lor yang justru menjual ternaknya, tapi untuk jumlah sudah sampai berapa orang atau ekor ternak yang dijual, belum tahu karena tidak dilaporkan," kata Nawang.
Menurut Nawang, alasan utama warga yang akhirnya memilih menjual sapinya ketimbang dievakuasi adalah karena merasa repot. Hal ini terkait dengan perawatan yang bakal lebih susah saat dipindahkan ke tempat evakuasi sementara.
Selain harus mencari pakan di tengah kondisi yang masih belum kondusif, warga juga khawatir hewan ternaknya stres dan semakin membuatnya tidak produktif lagi.
"Sebenarnya kita sudah siapkan petugas kesehatan untuk khusus selalu memantau dan memeriksa kesehatan ternak. Selain itu untuk pakan juga upayakan agar bisa disediakan oleh para relawan. Jadi walaupun belum bisa memastikan 100 persen, warga tak perlu khawatir yang berlebihan," tuturnya.
Walaupun harga jual ternak saat ini masih berada di batas yang wajar, tetapi Nawang tetap meminta warga tidak terburu-buru melakukan penjualan tersebut. Pasalnya, hewan ternak menjadi salah satu aset yang berharga dan dapat dimanfaatkan saat kondisi ekonomi sedang tidak baik.
"Warga tidak perlu buru-buru menjual ternak. Apalagi kalau harga yang ditawarkan jauh lebih murah. Pak Bupati juga bilang jangan sampai kejadian hewan ternak dengan harga murah terjadi lagi," tandasnya.
Berita Terkait
-
Sejarah Erupsi Gunung Lewotobi dari Masa ke Masa, Terbaru Telan 10 Nyawa
-
Dari Sapi Hingga Ikan: KPK Usut Penyimpangan Dana Hibah di Dinas Peternakan Jatim
-
Terkait Korupsi Dana Hibah, KPK Temukan Kejanggalan dalam Pengadaan Hewan Ternak di Jatim
-
Tim Dosen Paramedik IPB Beri Pengobatan Cacingan dan Vitamin pada Hewan Ternak di Kelurahan Mulyaharja
-
Aktivitas Gunung Merapi Intensif, Ratusan Guguran Lava dan Awan Panas Ancam Zona Bahaya
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Daftar Petinggi Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM), Viral Usai Video Razia RM Padang
- Penampilan Happy Asmara Saat Manggung Jadi Omongan Warganet: Semakin Hari Kelihatan Perutnya...
- Kecurigaan Diam-diam Paula Verhoeven sebelum Digugat Cerai Baim Wong: Kadang Chat Siapa Sih?
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
Pilihan
-
Harga Emas Antam Hari Ini Terpeleset Jatuh Rp30.000, Jadi Rp1.513.000/Gram
-
Meski Diupayakan, Menhub Tak Jamin Harga Tiket Pesawat Turun Jelang Nataru
-
Derbi Keturunan! Julian Oerip Cetak Gol Saat AZ Bantai Samuel Silalahi di UEFA Youth League
-
Tersangka Kasus Judol Bisa Kerja Padahal Tak Lulus Seleksi, SOP Komdigi Kini Diusut Polisi
-
Kondisi Sepak Bola NTT, Dapil Anita Jacoba Gah yang Kritik Naturalisasi Timnas Indonesia
Terkini
-
Diduga Lakukan Politik Uang Jelang Pilkada, Singgih dan Istri Dilaporkan ke Bawaslu Kota Yogyakarta
-
Diminta Tak Tergesa-gesa, DPRD Kota Jogja Minta Wacana Buang Sampah Berbayar Dikaji Lagi
-
DLH Wacanakan Buang Sampah Berbayar di Kota Jogja, Caranya Bagaimana?
-
Perintis Kuliner Mangut Lele Mbah Marto Ijoyo Meninggal Dunia
-
Beberkan Urgensi Wacana Buang Sampah Berbayar, DLH Kota Jogja: Agar Masyarakat Bertanggungjawab